음밭브라스 🍂 dn;sj

134 39 10
                                    

sj

Setelah aku meninggalkan Daniel di kantin waktu itu, perasaanku benar-benar tercampur aduk. Lega karena berhasil mengeluarkan segala hal yang mengganjal, sedih karena mendengar jawaban Daniel, namun ada terbesit rasa senang karena melihat gestur tubuh Daniel yang menurutku ingin menahanku. Tatapan kecewanya menusuk ke dalam hatiku.

Aku tidak tahu apa yang ia kecewakan. Keputusanku pergi? Atau dia yang kecewa dengan dirinya sendiri? Aku tidak mengerti, dan aku tidak ingin mencoba mengerti. Yang aku inginkan, Daniel secara jelas mengatakan apa yang ia rasakan padaku.

"Sejeong?"

Ah iya, aku tadi baru saja menelpon Taehyung, video call lebih tepatnya. Semester ini dia tidak lagi ngekos, lebih memilih tinggal di rumah saja. Jadwalnya tidak terlalu padat untuk semester ini, katanya.

"Ah iya, Bang," jawabku.

"Kamu kenapa?" tanya Taehyung. Aku suka ketika dia menunjukkan sifat kakak yang protektif terhadap adiknya. Aku merasa disayang dan dilindungi.

"Kenapa apanya?" tanyaku balik.

"Kenapa telpon?" tanya Taehyung lagi. "Jangan bilang kangen. Kebohongan kamu itu udah basi."

"Hehehe." Aku terkekeh. Sesering itukah aku mengatakan aku rindu padanya sampai dia bisa bicara seperti itu?

Hey, jangan katakan aku sister complex ya. Bagaimana aku tidak menyayangi abangku ini jika dia bisa menjadi badut, motivator, bahkan dukun cinta dalam kehidupanku. Banyak yang iri karena aku punya abang seperti Taehyung, ditambah dengan wajahnya yang tampan. Aku mengakui itu, karena itu artinya aku juga cantik, kan?

"Aku bisa menebaknya," ucap Taehyung. "Aku sangat yakin aku benar."

"Apa?"

"Daniel si menyebalkan yang bisa-bisanya mencuri hati adikku sampai tidak meninggalkan sedikit potongan untukmu," jawab Taehyung.

Aku tertawa lalu mengangguk. "Kamu benar."

"Ada apa lagi?"

"Aku tidak mau terlalu percaya diri. Namun aku merasa dia mulai kembali menganggapku lebih dari teman," jawabku. "Tapi gimana aku enggak pede ya, Bang. Tatapannya Daniel itu menusuk banget. Dan jauh berbeda dari apa yang aku dapat semester lalu," sambungku.

"Ah, benarkah? Kau tidak hanya mengada-ada agar aku cepat merestuinya denganmu, kan?" tanya Taehyung.

"Enggak kok," jawabku cepat. "Tapi, Bang..."

"Dia nyakitin kamu lagi?"

Kok tahu sih?

"Enggak kok," jawabku dengan jawaban yang sama. "Maksudku, dia tidak bermaksud untuk itu, namun aku saja yang terlalu baper."

"Ceritakan pada abang, Sejeong," pinta Taehyun. Kemudian cerita tentang peristiwa di kantin itu mengalir dari mulutku.

"Dia tidak menjawab apa-apa, tapi justru karena itu membuatku jadi gelisah, kecewa, dan lelah," ucapku menutup cerita tersebut. "Aku harus gimana, Bang?"

"Kamu serius nanya sama abang, Jeong?"

Aku mengangguk.

"Kamu kok nanya masalah ginian ke cowok yang baru putus sih, ya abang nggak ahli lah," ucap Taehyung.

"Tapi kan satu-satunya laki-laki yang bisa aku tanya cuma abang," balasku.

"Seongwoo?"

"Kami sedang dalam mode menjauh, Bang," jawabku.

Di antara aku dan Seongwoo memang tidak ada yang mengumumkan hal itu secara langsung, namun itu terjadi begitu saja. Seongwoo yang berusaha move on, dan aku yang berusaha menebalkan muka agar tidak malu jika berpapasan dengannya.

"Saran abang masih sama seperti yang dulu, Jeong," ucap Taehyung akhirnya.

"Apa?"

"Jauhin dia. Beri dia waktu dan tempat untuk berpikir. Biar dia tahu rasanya jika nggak ada kamu di sekitar dia. Biar dia bisa pastiin perasaan apa yang ada di hatinya buat kamu, Jeong," jawab Taehyung. "Menurut abang, justru dia nggak jawab perasaan kamu karena dia ragu. Itu artinya, dia udah mikir apakah dia bisa balas perasaan kamu atau enggak."

"Kalau dia diam karena mikir gimana cara kasih tahu aku tapi nggak bikin aku sakit hati, gimana?" tanyaku. Lagi-lagi aku tidak mau berharap. Jatuh itu sakit.

"Kalau kamu mikirnya jelek kayak gitu, nanti Daniel jadi ikut mikir kayak gitu," ucap Taehyung. "Udah, nggak usah dipikirin lagi. Sekarang kamu tidur aja, menjauh dari gebetan juga butuh tenaga."

Aku terkekeh. "Oke deh. Makasih, abangnya Sejeong yang tercinta." Aku melambaikan tanganku yang kemudian dibalas olehnya.

Mungkin memang aku tidak bisa memenuhi ucapanku dulu.


this is our end — 14 — end

buat yang lupa apa itu ucapan sejeong yang gak bisa dia penuhi: sejeong bakal menjauh dari daniel kalau daniel udah bisa temuin cewek yang bisa bikin dia bahagia

dan sekarang belum, kan?

atau sebenarnya udah tapi daniel aja yang nggak nyadar? :)







BTW aku mau minta maaf kalau punya salah sama kalian yaaa😄 maaf juga kalo aku bikin karakter daniel disini nyebelin tingkat dewa hwhw

SELAMAT LEBARAN, JANGAN LUPA BAGI AKU THR YAAA

[1.2] this is our endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang