스브라스 🍂 dn;sj

138 39 3
                                    

dn

Hari ini hari terakhir aku di rumah sebelum kembali ke kampus esok hari. Dan lagi-lagi ibu menyuruhku mengajak Sejeong ke rumah. Masih kangen, katanya.

"Bu, Sejeong pasti juga mau bareng keluarganya lah," tolakku secara halus.

"Ih, coba tanya dulu sana. Kalau memang enggak bisa ya baru enggak jadi," balas ibu tetap kukuh.

Aku menghela napas. Pasrah sajalah, memangnya aku bisa dan boleh melawan ibu?

Saat aku baru saja mendekatkan ponsel ke telinga kananku, ibu kembali bicara.

"Nggak, nggak. Loud speaker, Daniel. Ibu harus pastikan kamu enggak bohong," perintah ibu.

"Aku mana mungkin bohong sih sama ibu," balasku tidak terima. Bukannya mendapat balasan dari ibu, aku malah mendengar kekehan seseorang.

"Sejeong?" panggilku.

"Iya. Kenapa telpon?" tanya dia.

"Udah diangkat?" tanya ibu. Buru-buru beliau merebut ponselku dan bicara pada Sejeong.

Tidak lama kemudian aku mendengar balasan Sejeong. Ibu benar-benar melakukan apa yang ibu mau rupanya.

"Ada apa, Bu?"

"Nih, Daniel yang mau ngomong," jawab ibu.

Sejeong terkekeh lagi. "Lalu ibu ngapain?"

"Ibu kebagian tugas pegangin ponselnya Daniel," jawab ibu asal.

"Jadi, ada apa, Danyel?" tanya Sejeong.

"Ehm, bisa ke rumah nggak?" tanyaku.

"Bentar, aku tanya bunda dulu," balas Sejeong. "Jangan dimatiin dulu. Aku nggak bisa telpon balik, nggak punya pulsa."

Ibu yang terkekeh membuatku menoleh. "Sejeong lucu," ucapnya.

"Bisa, Nyel," ucap Sejeong tiba-tiba. "Tapi sebenernya mau ngapain di rumah kamu?"

Aku menggaruk kepalaku bingung. Aku menatap ibu, meminta pertolongan.

"Daniel ka-"

"Mau belajar bahasa inggris lagi nggak, Jeong?" tanyaku cepat. Aku tidak yakin dengan jawaban apa yang akan ibu berikan pada Sejeong.

"Oh gitu. Boleh deh, biar lebih bagus lagi," jawab Sejeong. "Bentar ya, aku siap-siap dulu. Sepuluh menit lagi aku nyampe."

"Daniel jemput kok, Sejeong," ucap ibu tanpa bisa aku tahan.

"Beneran nih?"

Aku melirik ibu yang juga menatapku. Lebih tepatnya melotot, mengancamku agar aku menjawab iya.

Lagi-lagi aku tidak bisa melawan ibu.

"Iya, Sejeong," jawabku.

"Oke, Danyel. Aku tutup dulu ya," balasnya.

"Iya."

Dan setelah itu, sambungan terputus.

"Sana ke rumah Sejeong," ucap ibu.

"Ibu ngusir?"

"Iya, asal kamu balik-balik bawa Sejeong," jawab ibu.

"Ibu kenapa suka banget sih sama Sejeong?" tanyaku. Namun aku tetap mengikuti perintah ibu.

"Sejeong tuh definisi menantu idaman tau, Daniel. Awas aja kalau kalian enggak balikan," jawab ibu. "Hati-hati, Daniel."

sj

Jujur saja tadi aku terkejut melihat nama Daniel terdapat di layar ponselku. Tidak pernah aku bayangkan akan ditelpon duluan oleh Daniel.

"Sejeong! Ada Daniel!" suara berat milik Taehyung tertangkap pendengaranku.

"Iya, sebentar!" balasku.

Setelah mengambil tas kecil yang selalu aku bawa ke manapun, barulah aku keluar kamar untuk menemui Daniel.

"Yuk, Nyel."

Daniel mengangguk, lalu ia pamit pada Taehyung yang melempar tatapan tajam padanya.

Aku segera menarik Daniel sebelum Taehyung mengatakan hal-hal aneh.

"Abangmu masih enggak suka sama aku ya, Jeong?" tanya Daniel ketika kami sedang berjalan menuju rumahnya.

"Enggak juga kok, Nyel. Bang Taehyung kan emang begitu," jawabku.

Daniel hanya mengangguk, dan percakapan kami pun selesai begitu saja.

🍂

Sudah lima menit kami berdiam diri di kamar Daniel. Dengan pintu yang terbuka, tentu saja.

"Kita kapan mulai belajarnya, Nyel?"

Daniel menggaruk kepalanya. "Sebenernya aku nggak ngajak kamu ke sini buat belajar."

"Terus?"

"Nggak tau," jawabnya.

Aku mengernyitkan dahi, bingung.

"Disuruh ibu panggil aku ke sini ya?" tebakku.

Daniel mengangguk.

Aku tersenyum pahit. "Aku pulang aja? Nanti kamu bisa bilang tiba-tiba Bang Taehyung manggil aku."

Namun Daniel menggeleng.

"Kenapa?"

"Aku juga nggak tau." Daniel menatapku. "Tapi aku pengen tetep bareng kamu, di sini, sekarang."

Aku tersenyum lebar.

Akhirnya aku kembali merasakan bahagia karena perasaan rumit yang selama ini mengurungku dalam kesedihan.

Akhirnya aku bisa kembali bahagia, karena kamu, Danyel.


















hanya sedikit pesanku untuk kali ini yang lagi-lagi sama seperti sebelumnya. harap bersabar untuk chapter depan yaa

[1.2] this is our endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang