sw
"Nona Rumia!" sapaku ketika Chungha baru masuk kedai.
"Aku sudah lama tidak mendengar panggilan itu, Tuan Onggerardo," balas Chungha.
Aku terkekeh pelan.
"Mau pesan apa?" tanyaku.
"Vanilla latte dan tiramisu," jawab Chungha.
"Oke." Aku langsung berbalik badan dan menyiapkan pesanannya.
"Kamu kok masih sempat bekerja?" tanya Chungha ketika aku berbalik mengantar pesanannya. "Makasih, Seongwoo."
Aku mengangguk. "Aku di kosan nggak ada kerjaan, makanya aku pake buat ngerjain tugas."
"Ooh." Chungha mengangguk-angguk sambil memotong kue tiramisunya. Lucu. "Aku sedang sering banget ke perpustakaan buat cari buku buat bantu ngerjain tugas nih. Adem sih di perpus, tapi kan enaknya tiduran di kosan," cerita Chungha.
Ah, aku jadi teringat sesuatu.
"Dua hari yang lalu kamu di perpus kan ya?" tanyaku.
Chungha mengangguk. "Kok tahu?"
"Aku denger suara kamu sama temen-temen kamu," jawabku.
Wajah Chungha terlihat terkejut. Aku sudah bisa menebak alasannya.
"Kamu denger kita ngomongin apa?" tanya Chungha panik.
Aku mengangguk sambil tersenyum, "Denger dong."
"Denger bagian yang mana?" tanya Chungha. Kulihat ia semakin panik, sepertinya menyenangkan untuk mengerjainya sedikit.
"Kamu lagi suka sama orang, kan?" jawabku.
Chungha terlihat pasrah, lalu mengangguk. Well, memang tidak ada yang bisa disembunyikan lagi sih.
"Kamu tahu orangnya siapa?" tanya Chungha.
Aku tidak langsung menjawab, namun aku tertawa kecil dan sepertinya Chungha menangkap artinya berbeda dari yang aku maksud.
"Yah, sudah tidak ada yang bisa ditutupi lagi," ucap Chungha.
Aku tidak enak sudah menjaili Chungha, jadi aku memutuskan untuk mengaku saja.
"Iya aku suka sama ka-"
"Jadi sebenarnya aku nggak tahu."
Kami berbicara secara bersamaan.
"Eh?" Chungha terlihat bingung.
Aku terkekeh. "Aku nggak tahu kamu suka sama siapa. Waktu salah satu temen kamu mau sebut nama, aku dipanggil Minhyun," jelasku.
Chungha menghembuskan napasnya, lega.
"Tapi kamu kenapa main rahasia-rahasiaan sama aku gitu sih? Aku aja cerita aku suka sama Sejeong," protesku. "Dulu."
"Kamu mah nggak cerita juga udah kelihatan jelas, Seongwoo," komentar Chungha, ia kembali melanjutkan aktivitas makannya. Sepertinya karena terlalu panik, dia sampai tidak menyentuh makanannya sama sekali.
"Tapi, tadi maksud kamu apa? Suka sama ka apa?" tanyaku penasaran. Andai saja aku bisa lebih lama berbohongnya, pasti aku tahu Chungha suka sama siapa!
"Jangan bilang maksud kamu itu kamu?" tanyaku iseng. Itu tidak mungkin, aku tahu. Tenang saja, aku masih sadar diri kok.
"Apa sih, Woo," balas Chungha. Ia kembali meletakkan sendoknya.
"Terus apa dong, Ha? Aku nggak bermaksud terlalu percaya diri, tapi ka itu apa maksudnya?" tanyaku. "Yah, aku tahu sih aku tampan, baik, dan humoris. Itu sangat memenuhi kriteria seluruh wanita kan? Tidak ada yang bisa membuktikan jika kamu tidak juga menyukai tipe laki-laki seperti itu, Nona Rumia."
"Aku memang menyukai tipe seperti itu, tapi laki-laki seperti itu tidak hanya kamu seorang, Seongwoo," sanggah Chungha.
"Lalu apa? Aku tidak menemukan kata-kata yang tepat selain kamu," balasku.
Chungha terdiam. Mungkin dia sedang mempertimbangkan untuk menjawabnya atau tidak.
"Kating," jawab Chungha akhirnya. "Aku suka sama kakak tingkat."
"Siapa?"
"Cari aja sendiri siapa kakak tingkat yang tampan, baik, dan humoris," jawab Chungha. "Aku pergi." Chungha mengambil vanilla latte nya dan meninggalkan tiramisu yang tersisa setengah beserta lembaran uang untuk membayarnya.
Aku memperhatikan langkahnya yang terburu-buru sambil menikmati sisa tiramisu miliknya. Lumayan lah untuk mengganjel perut.
Btw, aku tahu kenapa dia sangat gugup. Memangnya kalian pikir aku benar-benar tidak tahu, huh?
maaf lama karena ide cerita ini sempat terhentikan dan tergantikan cerita sebelah wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
[1.2] this is our end
Fanfiction"Aku tahu ini akan sulit, namun aku pun tahu, kita bisa melewatinya" "Sejak kapan positif bertemu negatif akan berujung baik?" "Aku tidak akan memaksamu, tapi aku yakin secara perlahan kamu akan menerimaku" "Jangan kejar aku, aku tidak pantas mendap...