9 - Kerja Kelompok

44 6 0
                                    

.

.

Yaaahhh, iya sih. Tapi paling nggak kan lo dapet vitamin C.

Vitamin C apaan?

Vitamin Cogan. Hahahahahahaha.

.

.

-9-

Dia..... Daniel?

"Ayo siram kalau berani." Tantang cowok itu, Daniel. Suara Daniel membuyarkan lamunan Sasha. Ia kira ia hanya berkhayal, namun itu nyata. Dia benar-benar Daniel. Pradipta Daniel Angkasa. Anak paling kaya nomor 11 di Indonesia. Dia sekarang berdiri di hadapan Sasha!

Sementara cewek kakak kelas itu hanya terdiam sambil memicingkan matanya ke arah Daniel. Sasha dapat melihat raut wajah kesal cewek itu.

"Ayo cabut." Akhirnya cewek itu menyerah dan menyuruh gengnya pergi dari sana.

Setelah mendengar kata-kata cewek itu, Daniel langsung melepaskan tangan cewek itu, membiarkan cewek itu pergi.

"Kita belum selesai." Bisik cewek itu kepada Sasha saat ia dan gengnya melewati tubuh Sasha.

Sasha mengatupkan bibirnya erat-erat dan menghela nafas panjang. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Belum juga satu bulan ia bersekolah di SMU ini, namun ia sudah berhasil membuat kakak kelasnya memusuhinya.

"Lo nggak apa-apa kan?" Ujar Daniel kemudian. Cewek kakak kelas itu telah pergi dan orang yang berkerumun di sana pun mulai membubarkan diri.

"I..iya. Makasih, kak tadi udah ditolongin." Sasha berterima kasih kepada Daniel. Ia tidak tahu akan jadi apa dia kalau tidak ada Daniel tadi.

"Santai aja. dia nggak bakal gangguin lo lagi." Ujar Daniel dengan senyumnya.

Sial senyumnyaaaa manis banget. Es teh aja kalah.

"Sha, kita balik ke kelas aja yuk." Ajak Jessy.

"Oh oke. Kak, aku ke kelas dulu ya. Makasih lagi ya kak buat yang tadi." Sasha segera berpamitan dengan Daniel dan melangkah pergi dari kantin.

Sementara Daniel masih berdiri di sana sambil melihat kepergian Sasha. Ia kemudian tersenyum.

Padahal belum sempet gue ajak kenalan, udah main pergi aja lo, Sha.

---

"Sha kelompokan di rumah lo aja gimana?" Jessy memasukkan buku pelajaran biologinya dan mengeluarkan buku matematikanya.

"Di rumah lo aja deh mending." Ucap Sasha cepat.

"Ntar sore ada arisan bokap gue di rumah. Ya lo tau kan emak-emak rempong pasti berisik banget."

"Gitu ya." Sasha terlihat pasrah saat mendengar jawaban Jessy.

Ya, mereka baru saja mendapat tugas untuk menganalisis struktur dan fungsi sel penyusun jaringan tumbuhan. Dan tugas itu harus dikumpulkan paling lambat dua hari lagi. Kejam memang.

"Eh gimana kalau di cafe deket sekolah aja? kayaknya di sana tempatnya enak tuh." Bujuk Sasha meyakinkan.

Jujur saja ia belum siap jika Jessy tahu keadaannya yang sebenarnya. Ia terlalu malu jika orang lain sampai tahu bahwa ia tinggal serumah dengan si manusia es a.k.a Faro.

SISTER?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang