Author POV
Seorang gadis dengan rambut berwarna pirang mendekati Jimin. Wajahnya cantik, walau ada garis-garis yg menunjukkan ia pribadi yg keras.
Gadis itu terus mendekat ke arah Jimin, ia menaikkan tangannya yg berbalut sarung tinju. "Oppa, kita harus latihan!"
Belum sempat Jimin mengelak, gadis itu sudah meninjunya. Rahang, perut, lengan, bahkan kaki menjadi sasarannya. Jimin mengaduh kesakitan, tapi gadis itu terus meninjunya. Hingga akhirnya hidungnya berdarah, dan gadis itu terpekik kaget.
"Omo, oppa, hidungmu berdarah!"
Jimin tersenyum. Akhirnya penderitaan ini berakhir, batinnya. Namun saat ia menoleh ke belakang, gadis itu muncul lagi dengan sarung tangan tinju yg besar.
"Rasakan tinjuku, oppa!"
"Andwae!!!"
Jimin terbangun dari tidurnya. Ia terengah-engah. Mimpi itu lagi-lagi menghampirinya, padahal sudah lama ia tidak bermimpi seperti itu. Perasaannya langsung gelisah. Apa gadis itu akan kembali?
Jimin menoleh ke samping kirinya, ia terkejut dan langsung beringsut menjauh. So Hyun tidur disampingnya dengan tenang. Jimin kembali merasa gelisah.
"So Hyun-ssi, ireona." panggil Jimin. Tapi So Hyun tetap tertidur.
Jimin mendekat, hendak membangunkan So Hyun dan menyuruhnya pindah. Ia menggerakkan tangannya ke lengan So Hyun, namun ia menariknya kembali karena ragu. Bagaimana jika ia pingsan sesudah menyentuhnya?
Jimin mengusap tengkuknya dan turun dari ranjang. Bagaimanapun Jimin pria normal, ia bisa saja menerkam So Hyun jika keinginan primitifnya muncul.
Apalagi So Hyun gadis yg cantik dengan tubuh ideal. 36-24-34, ukuran tubuh ideal wanita menurut Jimin. Dan So Hyun memilikinya. Tapi, apa benar kau bisa melakukannya, Jimin? Kau tidak akan pingsan sebelum menyentuhnya, kan?
***
Jimin melirik arlojinya. Ini sudah jam 2 siang dan So Hyun masih tertidur. Ia berdecak kesal. Bagaimana cara membangunkan gadis ini?
Jimin hendak keluar dari kamar, tapi matanya teralih pada sebuah stick note yg tertempel di teko kaca yg terletak di meja kecil samping kasur. Jimin mengambilnya.
'Sentuh lenganku jika ingin aku terbangun. Aku harus beristirahat karena lelah'
Jimin melirik So Hyun yg masih tertidur. Kenapa ia harus menyentuhnya? Apa ia tidak bisa bangun sendiri? Apa gadis itu tidur seperti kerbau sehingga harus di sentuh agar bangun?
Jimin megedikkan bahunya tak mau tahu. Bukan urusannya, pikirnya. Jimin keluar dari kamar.
Malam sudah datang, Jimin kembali memasuki kamar. Matanya melebar, So Hyun masih tidur dan posisinya tak berubah.
Jimin mendekat, mengacak rambutnya frustasi. Apa harus menyentuhnya agar terbangun? Apa tidak ada cara lain? Tiba-tiba sebuah ide masuk ke dalam otaknya.
Jimin kembali masuk ke kamar dengan sapu di tangan. Ia tersenyum miring.
"Hei, So Hyun-ssi. Apa kau akan tertidur terus, eoh?" tanyanya menusuk-nusukkan ujung tangkai sapu ke pinggang So Hyun. Namun gadis itu bergeming.
"So Hyun-ssi. Kau tidak lapar? Aku lapar. Bangunlah."
Jimin mengerutkan alisnya. Gadis itu hanya diam tak bergerak. Apa jangan-jangan..
Jimin mendekat panik, menyentuh lengan So Hyun dan menggerak-gerakannya. "So Hyun-ssi, apa kau mati? Bangunlah. Kau benar-benar mati?"
So Hyun langsung membuka mata. Sensor tangan membuatnya terbangun. Ia menatap Jimin bingung, "Apa maksudmu dengan mati? Kau memintaku mati? Aku yg akan membunuhmu lebih dulu."

KAMU SEDANG MEMBACA
ROBBOT [END]
AcakDi tahun 2055, seorang profesor berhasil membuat robbot wanita yg hampir sempurna layaknya manusia. Robotnya ini akan ia perlihatkan pada pemerintah. Namun, sehari sebelum di tampilkan, robot itu menghilang. Kembali ke tahun 2018. Ada Park Ji Min, m...