War melawan hawa nafsu 2: Azimat [Avengers Fanfiction]
"Terima kasih telah membantuku, Doctor," ucap Peter pada Doctor Strange.
Doctor Strange pun mengangguk. "Terima kasih kembali."
Hari ini, Doctor Strange membantu Peter membersihkan kamarnya di asrama Avengers. Padatnya barang-barang Peter membuatnya kewalahan. Syukurlah, Doctor Strange dengan senang hati membantu.
Terlebih lagi, esok hari para anggota Avengers akan mengadakan bakti sosial ke panti asuhan. Peter ingin memilah barang-barangnya untuk disumbangkan.
"Apa ini?" tanya Doctor Strange. Ia mengangkat secarik kertas berisi tulisan yang tak dipahami artinya. Ada juga simbol-simbol aneh di dalamnya. Seketika, Doctor Strange teringat pada masa lalu.
"Oh, itu pemberian bibiku, Doctor," jawab Peter.
Doctor Strange mengerutkan kening. "Isinya apa? Dan untuk apa ini?"
"Aku tak tahu isinya apa. Bibiku hanya bilang itu bisa melindungiku dari bahaya. Sebagai pelindung gitu," jawab Peter.
Doctor Strange terlonjak. Ia pun segera membawa kertas itu keluar dari kamar Peter dan membakarnya hingga menjadi abu.
"Apa yang Doctor lakukan? Bibiku bisa marah jika kertas itu musnah!" teriak Peter dengan paniknya.
"Dugaanku ternyata benar, Peter. Bibimu memberimu sejenis azimat atau yang biasa kita kenal dengan jimat. Kamu tahu, ini termasuk perbuatan syirik, Nak," ucap Doctor Strange seraya menenangkan Peter.
"Syirik? Benarkah?" Peter tak menyangka.
"Kenapa kamu berlindung pada secarik kertas padahal hanya Allah lah satu-satunya tempatmu berlindung dan meminta pertolongan?" tanya Doctor Strange yang membuat Peter terdiam seketika.
"Ayo, kita lekas selesaikan ini agar aku bisa memberi tahumu sedikit tentang azimat itu. Semua itu sudah ku alami di masa lalu, Nak."
Peter pun mengangguk. "Yes, Sir."
*************Tamat************
[Kenapa kamu berlindung pada secarik kertas padahal hanya Allah lah satu-satunya tempatmu berlindung dan meminta pertolongan?]
[Niau, P200518]#Day4
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara
KAMU SEDANG MEMBACA
Coretan Kecil
Non-FictionTiada manusia yang sempurna di dunia ini. Kita tak pernah luput dari kesalahan. Mari merenung sejenak. Apa saja yang sudah kita perbuat selama ini? Dunia ini hanya sementara. Jangan terlalu larut dengan gemerlapnya dunia. Aku membuat tu...