Kelas tampak sudah ramai saat Juni baru memasuki kelas. Dan baru saja Juni menempatkan bokongnya di kursi, ia sudah di serbu oleh Awang, ketua kelas yang banyak bicara, namun tegas.
"Jun pinjem PR kimia dong. Buru, bentar lagi masuk nih." ucap Awang dengan cepat.
Juni langsung mengeluarkan buku tulis kimianya dan memberikan kepada Awang.
"Pinter doang, tapi rajin enggak." ejek Juni sambil memberikan bukunya kepada Awang.
"Bukan nggak rajin, Jun. Tapi gue habis ngurusin pesta--"
"AWANG!!!!" Teriakan Jessy membuat Awang menutup mulutnya dan mendelik saat menatap Jessy, Rena, dan Dita sedang memelototinya.
"BURUAN LO KERJAIN PR LO! UDAH MAU BEL!" Teriak Rena membuat Awang mendelik dan pergi dari hadapan Juni.
"Thanks Jun. Ckckck" ucap Awang kemudian pergi ke bangkunya untuk menyalin PR Juni.
Urusan PR, Juni memang selalu memberikan temannya jawaban. Bukan seperti anak-anak pintar yang lain, yang dari kelas-kelas lain, atau sekolah-sekolah lain yang jika dimintai jawaban PR selalu menolak dengan alasan; "gue belum ngerjain" padahal udah dikerjain sampai selesai. Atau bisa; "punya gue salah, soalnya ngerjain sendiri" alasan yang nggak masuk akan dan kentara banget kalau nggak boleh dipinjemin.
Juni tidak pernah seperti itu. Ia selalu baik. Selalu membantu temannya yang kesulitan dalam menghadapi materi yang diberikan guru. Saat ulangan, jika ada temannya yang bertanya, Juni selalu membantunya juga. Bukan membantu memberi jawaban, namun membantu dengan memberi cara supaya bisa mendapat hasil yang benar.
Tak salah jika Juni disenangi banyak orang. Teman-temannya juga banyak karena kebaikannya. Adik kelasnya, juga ramah-ramah kepadanya karena dimata adik kelas, Juni adalah ketua Art yang ramah.
"Gimana lo nangis-nangisnya sama J udah kelar?" tanya Dita sembari duduk disebelah Juni.
"Baru juga seminggu ketemu udah pergi aja tu bocah." jawab Juni dengan kesal.
"Yaudah yok nyusul ke sana. Mayan lah bisa liat bule-bule" ucap Jessy dengan keanehannya. Keanehan itu yang membuat mereka tertawa.
"Duit siapa buat bayar kesana? Lo bayarin mau?" tanya Rena dengan sewot.
"Yeee gue duit dari mana coba?! Ngemis aja nggak bakal bisa dapetin uang banyak." jawab Jessy dengan santai.
"By the way ni gaes, semalem pas gue nganter J ke bandara itu Juna ternyata ngikutin. Dan ke gab sama si J. Tapi J kayak kasih kepercayaan gitu ke Juna. Nggak tau dah motifnya apa, tapi kayaknya J nyembunyiin sesuatu dari gue deh." cerita Juni kepada ketiga temannya.
Ketiga temannya saling menatap satu sama lain. Mereka tersenyum puas entah karena apa.
"Mungkin emang lo jodoh kali sama Juna." celetuk Jessy. "Makanya J langsung kasih kepercayaan gitu ke dia."
"Nah, bener tuh kata Jessy. Nyatanya Juna sampe mergokin lo pas jalan sama J" ucap Rena mengungkit masalah Juna memergoki dirinya dengan J. Mereka pun sudah tahu karena Juni semalan cerita kepada mereka.
Bahkan sebelum Juni cerita, mereka sudah tahu karena diberitahu oleh Saga."Nggak mungkin lah. Juna 'kan pasti sukanya yang seksi-seksi gitu, yang berisi... Ya pokoknya nggak mungkin deh Juna itu typenya kayak gue gini." ucap Juni spontan
Kesannya gue ngarep ya.
"Tapi ntar ujung-ujungnya dia juga sama lo, Jun" ucap Dita santai.
"Nggak lah." Nggak mungkin. Lanjutnya dalam hati.
JUNA & JUNI
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNA & JUNI
Teen FictionMahardika Arjuna Galaksi. Cowok badboy, tapi nggak mencerminkan sifat badboy. Ganteng, keren, karismatik, sudah jelas. Cerdas pula. Sang Difa sekolah yang dikenal badboy, tapi percayalah, dia tidak playboy. "Nggak semua cowok badboy itu playboy, Jun...