Bagian 4

239 24 1
                                    

            Begitu bel masuk, rombongan Tedy cs masuk ke kelas dan ke bangku masing-masing, kecuali Melisa yang justru menghampiri bangku Icha. Icha hanya memberikannya lirikan dalam diam.

"Elo kenapa, Cha?" tanya Melisa khawatir.

Icha hanya menggeleng, namun raut mukanya yang diam jelas menunjukkan berbeda.

"Udah, jangan bohong, deh, sama gue. Ayo, jujur, kenapa."

Lagi, Icha menggeleng. Melisa menghela napas.

"Oke. Terserah, kalau elo nggak mau cerita ke gue. Tapi, elo jangan gitu, dong. Kasian Andre. Sikap lo tadi itu bikin dia jadi ngerasa nggak enak hati. Gue sama yang lain juga jadi nggak enak ke dia."

Icha tetap diam, namun kini matanya melirik ke Andre yang nampak meliriknya juga sesekali. Kemudian ia menghela napas panjang.

Sementara itu, Novi cs yang memperhatikan mereka, menyeringai sebal. "Tiap ada anak baru, pasti duluan mereka ambil ke geng mereka, huh," sungutnya.

==

Suasana hutan yang gelap, membuat suasana jadi tambah angker! Perlahan Icha menelusuri setapak jalan yang ada di hutan itu. Tubuhnya ia akuin mulai merinding. Tapi, ia tak tahu lagi harus melangkah kemana selain menembus kegelapan ini.

Icha memandang ke langit malam. Hanya ada rembulan di sana, yang justru menambah kecekaman yang ia rasakan.

Aduh!

Icha mulai panik.

Kenapa tidak ada siapapun di sini? Melisa mana? Renni mana??? Widya mana?

Kenapa juga ia bisa datang ke tempat ini?? Ini hutan mana, sih??

Perlahan Icha memegang lehernya, merasakan bulunya sudah pada meremang.

DUAG! Hampir ia terjerungkup karena menabrak sesuatu.

Apa lagi, sih, itu? Wajar ia tidak menyadari ada benda di sana. Keadaan begitu gelap gulita!

"Hah?" Mata Icha melotot ketika ia coba berusaha mempertajam matanya, ia mendapati sebuah nisan, tepat di depan kakinya!

Andi Kristian. Nama itu terpahat dengan sangat jelas di batu besar itu.

Icha tersentak mundur, kaget ketakutan sekaligus gugup campur aduk.

Entah sudah ada dari tadi atau bagaimana, Icha baru menyadari ada peti mati di sampingnya.

"KYAAAAA!!!!!" jerit Icha nyaring.

Icha sontak bangkit dari tidurnya dengan napas memburu cepat. Matanya membeliak. Keringatnya mengalir deras di sekujur tubuhnya.

"Ya ampun..." Icha menutup mulutnya yang masih terbuka, syok dengan mimpi barusan. Disekanya air matanya yang sedikit mengalir. Ia tak kuasa menahan tangisnya.

***

Melisa dan Tedy baru masuk kelas jam setengah delapan pagi. Sengaja mereka datang lama, mumpung hari free tak belajar karena besok menyambut HUT sekolah.

"Andre belum datang ya?" tanya Melisa saat duduk di bangkunya. Entah kenapa Melisa merasa Andre sudah menjadi bagian temannya, meskipun anak baru kemarin. Padahal kalau teman yang lain seperti Rossa, Indah, dan lainnya pada belum datang, ia tidak kerajinan nanya-nanya.

Fakhrul dan Rey yang ditanya tak perlu menjawab lagi karena bangku kosong di depan sudah memberikan jawabannya sendiri.

"Aaa...sebel gue!" sungut Widya, merengsek masuk begitu saja. Ia anak Bahasa. Lho, kenapa bisa nyantol ke kelas 3 IPA 1?? Ya, karena para sahabatnya ada di situ. Biasanya kalau ia datang pasti mau curhat segala macam.

Lover's Sweet TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang