Bagian 5

204 21 3
                                    

Dalam hati aku tertawa geli melihat wajah Sammy yang rada-rada lain warna. Aku selalu menunggu momen-momen seperti ini. Sammy masih 19 tahun, tapi...

"Woooiiiii!!!" Widya berteriak dari ujung koridor kelas, membuat novel yang dipegang Melisa hampir lari dari tangannya. Untung Icha sigap menangkap novel itu.

"Apaaan sih tuh anak?" gerutu Melisa sebal.

"Kaliaaannn!!" Widya meneriaki Icha dan Melisa yang duduk berdampingan di depan stand, menjaga bazaar kelas.

Melisa melotot galak. "Apa lagi?? Mau lapor kalo elo hari ini SEBEELLL bangeettt sama Adi? Iya!?"

Pasti, tuh! Huh.

Tidak membantah, tidak juga mengiyakan. Widya yang berlari menghampiri, sibuk ngos-ngosan di depan Melisa dan Icha. Setelah semenit berlalu, baru otak Widya connect .

Matanya mendelik. "Apa hubungannya sama Adi, sih? Nggak nyambung, deh..."

"Jadi, apaan??"

"Tedy jadi raja terfavorit lagi, booo!" cerocos Widya menggila.

Melisa mencibir. Idih! Kirain apaan.... Kalau soal itu, mah, seluruh dunia juga tahu, cowoknya itu pasti menang..! Hohoho...

"Ih," gerutu Widya sebal. Sudah capek-capek lari pontang-panting dari Sabang lapangan sekolah, sampai Merauke 3 IPA 1, cuma begitu respon si Melisa. "Ayyoooo!"

Ditariknya tangan kanan Icha dan tangan kiri Melisa, mrmbawa mereka berlari cepat menuju ke tengah lapangan. Enak saja, ia sudah coba mengalahkan pelari tercepat di Indonesia tadi, mereka malah cuma lempeng-lempeng begini.

Begitu mereka sukses sampai dengan selamat, baca : Icha tidak terjerungkup dan Melisa tidak keseleo gara-gara diajak lari paksa-, Widya memalingkan wajah Melisa ke panggung. "Noh! Liat."

Di sana, Tedy berdiri dengan... apa ya, namanya? Gagahnya? Bukan ah. Cakepnya? Nggak nyambung banget. Ah, apalah itu namanya, yah... sama saja lah kayak tahun kemarin. Tedy tetap keren, ganteng, cakep, sempurna dengan mahkota di kepalanya.

"Doooo...segitu terkesimanya....," goda Widya puas melihat Melisa tak bicara. Berarti larinya tadi sama sekali tidak sia-sia.

Melisa menatap Widya gemas. "Nggak ada kerjaan lo, ya? Oke, gue terima kasih karena sekali lagi lo menyadari gue kalau gue punya cowok yang memang tiada duanya di dunia ini," kata Melisa sengaja membangga-banggakan diri.

Widya mencibir sebal. Jadi agak nyesal. Bagaikan senjata makan tuan, kalau begini, mah!

Terdengar suara Reyhan sebagai MC bergaung-gaung.

"Yak! Sudah ada yang bosan??? Jangan bosan dulu! Karena sebentar lagi kita akan menyaksikan kompetisi band! Ada 13 band yang akan berkompetisi.Waw... menegangkan! Karena jumlahnya adalah angka sial. Tapi, semoga saja tidak terjadi kesialan hari ini..." selorohnya, yang asli tidak membuat seorang pun tertawa.

"Udah, ah. Gue mau balik." Melisa berjalan cepat menggandeng tangan Icha.

"Yaahhh, Mell...." Widya manyun menahan tangan Melisa yang satunya lagi.

"Mau ngapain lagi, Wid? Nggak ada yang jaga stand, nih.. Lagian, cuma band doang. Males banget. Adi juga nggak bakal main, kan?"

Betul juga, dengus Widya. Apa yang mau ditonton?

Akhirnya ia mengikutin Melisa dan Icha pergi dari lapangan.

"Penampilan band pertama, sangat istimewa!!" teriak Rey mengheboh-hebohkan suasana. "Kalian pasti akan kaget!"

Melisa yang masih menangkap suara Rey itu dari kejauhan, tak bisa menahan tawa. "Gila juga tuh si Rey kalo jadi MC. Heboh banget suaranya. Logat bulenya udah lenyap, pupus!"

Lover's Sweet TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang