Bagian 10

224 12 4
                                    

            "Ayo, kita mulai ya!" Melisa segera memutar botol kaca yan ada di tengah-tengah mereka. Mereka semua (hampir sebagian besar anak yang ikut liburan) kini sedan duduk melingkar di atas pasir dekat pingir pantai, bermain truth or dare yang diusulkan Melisa sendiri yang mengaku sedang bosan dan rindu pada permainan ini.

Putaran botol tersebut terhenti dengan posisi tutup botol yang mengarah pada Reyhan. Mereka berseru heboh, meminta Reyhan memilih antara Truth or dare.

"Dare!" seru Reyhan mantap. "Udah bosan gue sama Truth, dari dulu Truth mulu."

Beberapa anak nampak kecewa, sebab inginnya Reyhan memilih Truth. Jawab pertanyaan kayaknya lebih seru daripada melakukan tantangan.

"Hm... Dare ya... Apa ya..." Melisa mencoba memikirkan tantangan yang patut untuk Reyhan. "Hmmm.... ohhhhhh!" Gadis itu segera berbinar ketika sebuah ide muncul di kepalanya. "Pukul pantat wanita bule di sini!"

"What??" Reyhan terkejut mendengar tantangan yang tidak pernah ia duga itu. Melisa hanya manggut-manggut mantap, yakin tidak akan mengubah keputusannya.

Reyhan menyerah untuk mendebat. "Oke. Tapi nanti ya, habis ini."

"Oke, kita pegang itu!" Melisa menatap Reyhan dengan tatapan 'gue nggak akan lupa untuk menagihnya nanti'.

"Lanjutttt!"

Reyhan memutar botol tersebut, dan sekarang ternyata giliran...

"Wah, Widyaaa!" seru mereka girang saat gadis berambut ala iklan shampoo itu yang kena.

"Truth," ujar gadis itu segera, agak deg-degan.

"Berencana melepas keperawananmu di usia berapa?" tembak Reyhan langsung.

Widya seketika terpana, begitu juga mereka semua yang lain.

"Woy!" gadis itu langsung menyambar sandal jepitnya dan melemparnya ke blasteran india itu. "Pertanyaan elo kampret banget!" makinya.

Reyhan hanya tertawa-tawa geli menghindari serangan sandal jepit Widya. "Jawab pokoknya."

Muka gadis itu memerah. "Ya, pokoknya kalau udah ada yang mau nikahin gue lah! Kampret lu!" misuhnya.

Reyhan manggut-manggut dengan bibir terkatup rapat menahan tawa geli. "Oke, deh, oke. Gadis baik-baik ni ceritanya?"

Widya langsung menatapnya keki, dan yang lain cuma gelen-geleng kepala.

Ketika putaran kembali berlangsung..

"Wah, RENNIIII...!" seru mereka memekik, entah kenapa. Gadis ini ada daya tariknya sendiri yang membuat mereka sendiri jadi deg-degan juga.

"Truth or dare, Ren??"

"Truth..." jawab Renni cepat dengan pelan, lebih deg-degan dari yang lain. Ia cuma bisa menatap Widya, berharap sahabatnya itu berbaik hati tidak memberikannya pertanyaan yang aneh.

"Hmmm.. apa ya...." Menolak balas menatap tatapan memohon Renni, Widya mulai berpikir, ingin menyiapkan pertanyaan yang bagus. "Hmmm..."

"Cepat dong, Wid," sergah anak yang lain tak sabaran.

"Atau, mau dibantu, Wid?" tawar Reyhan segera dengan iseng, yang segera dijawab Renni dengan gelengan kepala kuat, semakin melas. kalau Reyhan yang nanya, pasti ada-ada saja!

"Nggak usah," tolak Widya, sedikit membuat Renni lega. "Hmmm... hmmm... Kalau misalkan Fakhrul mau ngasih lo hadiah, elo pengennya dikasih apa?"

Renni menundukkan kepala, antara lega namun nelangsa juga. Ia sih sekarang sedang tidak mau apa-apa dari Fakhrul. Cuma mau....

Lover's Sweet TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang