Bagian 8

253 14 3
                                    

            "Ayo." Icha berjalan dari bangkunya, menghampiri meja Andre. Begitu di hadapan cowok itu, ia berdiri menunggu seraya mengangguk, memberikan kode agar mereka segera ke perpustakaan sekolah seperti yang direncanakan.

Andre buru-buru membereskan bukunya, tak menyadari tatapan mata teman-temannya yang berbinar menggoda.

"Aicieee..." goda Melisa senang yang hanya dibalas lirikan sebal Icha.

"Mau ikut?" Andre menawarkan teman-temannya yang segera dijawab dengan gelengan.

"Udah, kalian pergi aja. Kita nggak mau ganggu, ya, nggak?" Melisa mengerling jail ke Tedy, Fakhrul dan Reyhan. Tedy hanya tersenyum. "Kita juga lagi masih ngebahas Bali, kok."

Icha baru ingat kalau besok teman-temannya ini akan berangkat ke Bali semua. Ya, karena seperti tahun kemarin, mereka memenangkan juara lomba berpasangan, dan hadiahnya liburan ke Bali. Termasuk Reyhan, yang kali ini memutuskan ikut ke Bali, tapi dengan biaya sendiri.

"Enak banget sih, kalian." Icha cemberut. Tahun kemarin ia ikut, tahun sekarang sudah tidak bisa.

"Hahahaha." Melisa tertawa setan. "Enak kan, lo? Sekarang nggak bisa ikut ke Bali. Makanya, disuruh ikut lomba karaoke, nggak mau."

Icha hanya merengut. Tak ada gunanya penyesalan.

"Hm...." Tedy nampak mikir. "Elo ikut aja, Cha."

Kedua mata gadis itu membulat. "Gue? Ya mana mungkin gue bisa ikut. Gue mana ada uang, huh."

Untuk yang tidak memenangkan hadiah sekolah, tetap bisa ikut ke Bali, dengan catatan biaya sendiri. Ini yang bermasalah buat Icha. Aduh, uang jajannya saja sehari-hari sering terasa kurang, mau ke Bali segala, pula.

"Gue bayarin," ujar Tedy lagi, mantap.

Mata gadis itu semakin membesar. "Hahh? Serius lo, Ted??"

Cowok itu mengangguk, sama sekali tak ragu. "Elo butuh refreshing juga. Anggap aja hadiah dari gue. Nggak apa-apa, santai aja, Cha."

"Tapi..." Icha menggigit bibir, melirik Melisa. Sahabatnya itu langsung paham dan tersenyum mendukung.

"Iya, Cha. Mau ya?? Jarang-jarang loh Tedy baik gini. Gak tahu tuh kesambet apaan. Mending buruan lo terima niat baiknya, sebelum dia balik kesambet yang lain lagi."

Tedy mendelik, dan ceweknya itu langsung cekikikan senang melihatnya.

"Hm... ya udah, deh, kalau memang maksa." Icha meringis, tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. "Rezeki masa ditolak, kan?"

"Nah, gitu, dong! Mantap!" Melisa semakin kesenangan. "Pulang nanti langsung pakcing-packing ya, Cha. Hati jangan sampai ketinggalan," selorohnya.

Icha cuma manyun.

"Hm...." Andre satu-satunya yang masih nampak bingung. "Emangnya boleh ya ikut ke Bali, kalau bayar sendiri?"

Mereka lantas melirik Andre, (tanpa mengurangi rasa hormat) memang hampir melupakannya.

"Iya, An." Tedy tersenyum. "Kenapa? Elo mau ikut? Nggak apa-apa, kok. Ikut aja."

Andre masih ragu. "Boleh?"

"Boleh. Tapi, bayar sendiri ya," seloroh Tedy langsung. "Kalau elo mah gue tahu lebih dari mampu." Tedy terkekeh.

Andre mengangguk-angguk. "Nanti gue bilang ke Oma dulu, kalau gitu."

Tedy turut mengangguk-anggukkan kepala. "Oke. Kalau deal, ntar sore elo ke sekolah ya, buat registrasi. Batas pendaftarannya buat yang mau ikut dengan biaya sendiri, nanti sore, sampai jam lima. "

Lover's Sweet TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang