satu

216 20 0
                                    

⠀ ⠀ ⠀Hari itu sudah malam, Jihoon rasa berdiri membelakangi Sungai Han tak akan terlihat siapapun. Tangannya masih berpegang pada jembatan, menahan tubuhnya yang siap terhempas ke belakang.

⠀ ⠀ ⠀Masalah keluarga serta teman-temannya makin merumit membuatnya ingin membuang semuanya. Semua masalah termasuk dirinya kedalam Sungai Han.

⠀ ⠀ ⠀Ia sibuk merapel doa agar kematiannya membuahkan hasil hingga tak sadar ada gadis yang berlari ke arahnya.

⠀ ⠀ ⠀"Kamu gila ya?" Gadis itu berteriak di depan wajahnya. Membuat Jihoon membuka mata.

⠀ ⠀ ⠀"Kamu siapa?"

⠀ ⠀ ⠀"Naik sini nggak?" Jihoon hanya mengerutkan dahi apalagi ketika tangannya di pegang gadis yang tak diketahuinya itu.
"Kamu lompat, saya ikut lompat."

⠀ ⠀ ⠀Ancamannya malah membuat Jihoon tertawa, gantian gadis itu yang mengerutkan kening.

⠀ ⠀ ⠀"Apa hubungannya saya lompat sama kamu? Mending kamu cari temen lain."

⠀ ⠀ ⠀"Yaudah, saya dorong ya kamu?" Ia menarik tangan Jihoon, tapi sang adam malah mengeratkan pegangannya.

⠀ ⠀ ⠀Dia memang akan melompat, tapi tidak dengan dorongan gadis ini. Ia akan melakukannya setelah merapel doa yang sudah di interupsi kedatangannya gadis itu.

⠀ ⠀ ⠀"Kalau kamu emang nggak takut dan siap mati, harusnya udah lompat daritadi. Bukannya masih diam dan pegangan erat-erat, Jihoon," ia melirik seragam sang adam.

⠀ ⠀ ⠀Merasa namanya di ketahui dari nametag bajunya, Jihoon berniat menutupinya. Namun jika ia melepas tangannya maka ia akan jatuh terhempas ke belakang.

⠀ ⠀ ⠀Gadis itu ada benarnya. Kalau saja ia tak ragu, sudah sejak tadi nyawanya hilang. Tak perlu menunggu-nunggu.

⠀ ⠀ ⠀"Nggak usah aneh-aneh makanya. Sekarang naik sini, saya traktir susu pisang," katanya lagi.

⠀ ⠀ ⠀"Saya nggak suka susu pisang."

⠀ ⠀ ⠀"Bohong."

⠀ ⠀ ⠀"Yaudah, misi."

⠀ ⠀ ⠀Gadis itu tersenyum lebar kemudian menggeser tubuhnya, Jihoon menghela napas dan melompati pembatas itu. Melompat kembali menginjak tanah.

⠀ ⠀ ⠀Kemudian ia merasa lega, beruntung tak jadi jatuh pada keputusan gilanya. Beruntung ada gadis yang menolongnya.

⠀ ⠀ ⠀"Nama saya Mina," ia menyodorkan tangan untuk di jabat. Tapi yang diterimanya bukan jabatan melainkan tepisan. Cowok itu baru aja menepis tangan Mina tanpa sadar.

⠀ ⠀ ⠀"Mana susu pisang?"

⠀ ⠀ ⠀"Tadi katanya nggak suka?"

⠀ ⠀ ⠀"Kamu tau saya bohong tadi," wajah Jihoon tak berubah. Semacam menuntut. Maka gadis itu menghela napas.

⠀ ⠀ ⠀"Jalan duluan."

⠀ ⠀ ⠀"Nggak, saya tunggu disini."

⠀ ⠀ ⠀"Nggak! Nanti kamu rencama bunuh diri lagi. Ayo!"

⠀ ⠀ ⠀Punggungnya di dorong sang dara membuat Jihoon jengkel tapi tetap melangkah. Membawanya sampai ke mini market terdekat untuk membeli sesuai yang dijanjikan.

⠀ ⠀ ⠀Di kasir, ia menyempatkan diri untuk memandang Mina dari atas sampai bawah. Menebak asal gadis yang melawan kekukuhan hatinya.

⠀ ⠀ ⠀Kemudian ia menggelengkan kepala, untuk apa memikirkannya.

⠀ ⠀ ⠀Setelah gadis itu menyodorkan susu pisangnya. Jihoon segera menusuk dan menyedotnya. Bohong memang kalau Jihoon tak suka susu pisang. Ia suka semuanya apalagi kalau gratis.

⠀ ⠀ ⠀"Kamu nggak beli?" Ia sadar sedaritadi dirinya sibuk menyedot sendiri, sedangkan gadis di hadapannya hanya diam.

⠀ ⠀ ⠀"Uang saya cuma cukup buat beli satu."

⠀ ⠀ ⠀Jihoon tersedak. Sedikit merasa bersalah pada susu pisang yang tinggal satu sedot. Tau begini dia yang membayar tadi.

⠀ ⠀ ⠀Cowok itu merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa lembar uang.

⠀ ⠀ ⠀"Beli sana."

⠀ ⠀ ⠀"Nggak usah."

⠀ ⠀ ⠀"Ngeyel banget?"

⠀ ⠀ ⠀Loh, Jihoon jadi marah. Mina tetap menggeleng.

⠀ ⠀ ⠀"Perlu saya anter sampai rumah nggak? Biar nggak ada rencana bunuh diri lagi?" Godaan Mina dijawab decakan lidah sang adam.

⠀ ⠀ ⠀Mendapati wajah Mina yang kesal hanya dapat jawaban decakan, akhirnya cowok itu menggeleng.

⠀ ⠀ ⠀"Bener?" Ia mengangguk, "Yaudah saya tinggal ya?" Jihoon mengangguk sekali lagi.

⠀ ⠀ ⠀Mina tersenyum sampai matanya membentuk sabit, kemudian berdiri dan mengusak rambut Jihoon walau mendapat tepisan sekali lagi. Setelah itu pergi entah kemana, Jihoon tak mau tau.

⠀ ⠀ ⠀Malam itu Jihoon benar-benar kembali ke rumah. Keadaan rumahnya sudah normal, ibunya bahkan menangis mendapati dirinya pulang dengan keadaan selamat.

⠀ ⠀ ⠀Jihoon merasa beruntung menuruti kata-kata Mina yang malam itu entah datang darimana. Setidaknya, ia bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.

[]

Absensi Bulan ; Jihoon, Mina.Where stories live. Discover now