⠀ ⠀ ⠀"Kayaknya dia bukan manusia deh Hoon," jawaban Woojin membuat Jihoon berdecak sebal.
⠀ ⠀ ⠀Sudah empat hari Jihoon menceritakan soal pertemuannya dengan Mina di Sungai Han, dan dirinya yang tiap malam ke sungai itu sekedar untuk mencari Mina.
⠀ ⠀ ⠀Namun, hasilnya nihil. Mina tak pernah ada dimana-mana.
⠀ ⠀ ⠀"Lagian ngapain dicari sih, yaudahlah. Biarin," katanya.
⠀ ⠀ ⠀"Gue utang susu pisang."
⠀ ⠀ ⠀Bener deh, soal Mina yang uangnya cuma cukup buat beli satu susu pisang bikin Jihoon kepikiran. Kata Woojin sih dia emang niatnya mau beli susu pisang disana eh ketemu Jihoon deh. Jadi buat bujuk Jihoon aja uangnya.
⠀ ⠀ ⠀Tapi nggak mungkin dia sendirian ke jembatan sungai buat beli susu pisang di mini marketnya. Emang deket rumahnya nggak ada mini market.
⠀ ⠀ ⠀"Dia ikhlas udah itu Hoon," kata Woojin asal, lelah.
⠀ ⠀ ⠀"Bodolah, cuci muka dulu."
⠀ ⠀ ⠀Cowok itu bangkit dari duduknya menuju wastafel dekat kamar mandi. Rumah Woojin sedang sepi, orang tuanya pergi keluar kota dan mereka berencana main game sampai tengah malam.
⠀ ⠀ ⠀Acara cowok, katanya.
⠀ ⠀ ⠀Bunyi bel menginterupsi Jihoon yamg mengusap wajahnya dengan sabun cuci muka.
⠀ ⠀ ⠀Konsumsi adalah hal penting, makanya mereka memesan beberapa kotak ayam cepat saji di tempat langganannya.
⠀ ⠀ ⠀"WOOJEEEEEEEEEN," Jihoon berteriak menyadarkan sahabatnya untuk mengambil pesanan.
⠀ ⠀ ⠀Tentu Jihoon tak mungkin mengambilnya dengan muka penuh sabun atau membuat pengantar itu menunggu sampai dirinya selesai membersihkan muka.
⠀ ⠀ ⠀Suara pintu menandakan Woojin sudah keluar dari kamarnya, kemudian suara pintu kedua berarti Woojin membuka pintu depan, menyambut ayam goreng mereka.
⠀ ⠀ ⠀Cahaya menabrak kaca di hadapan wajah Jihoon ketika Woojin membuka pintu depan. Wastafel ini memang lurus dengan pintu depan. Buru-buru ia membersihkan wajahnya dengan air kemudian mengeringkan dengan handuk.
⠀ ⠀ ⠀Sekali lagi Jihoon menatap wajahnya di kaca, ia malah melihat sosok dengan senyum tak asing terpantul disana. Ia terdiam sampai Woojin menutup pintu setelah menerima kembalian.
⠀ ⠀ ⠀"Hoon, dika- eh mau kemana?!" Woojin heran dengan sahabatnya yang langsung melesat ke pintu.
⠀ ⠀ ⠀Jihoon membukanya dengan tak sabar, berniat memastikan gadis yang sekiranya mirip dengan Mina. Tapi si pengantar sudah melesat dengan motornya.
⠀ ⠀ ⠀"Jin, itu yang nganter siapa namanya?" Kini Jihoon menghadap Woojin yang masih bingung dengan tingkahnya.
⠀ ⠀ ⠀"Mana saya tau?!"
⠀ ⠀ ⠀Woojin kembali ke kamar, diikuti Jihoon yang masih menuntut jawaban.
⠀ ⠀ ⠀"Namanya nggak tau?"
⠀ ⠀ ⠀"Iya cakep emang, tapi ya masa nanyain namanya siapa? Saya bisa di tampar," tutur Woojin berlebihan. "Kayaknya baru deh, biasanya yang nganter itu mas-mas."
⠀ ⠀ ⠀"Bagi nomer deliverynya," pinta Jihoon.
⠀ ⠀ ⠀"Buset? Ngegas amat."
⠀ ⠀ ⠀Tapi Woojin tetap meraih meja belajarnya, memberi satu kartu nama pada Jihoon.
⠀ ⠀ ⠀Jihoon yakin sekali matanya nggak salah lihat, kalau cewek yang mengantar pesanan mereka tadi Mina.
⠀ ⠀ ⠀Senyumnya, matanya yang menyipit, semuanya sama dengan Mina. Meski baru sekali Jihoon bertemu dengan gadis itu, ia mampu mengingat detilnya.
[]
YOU ARE READING
Absensi Bulan ; Jihoon, Mina.
FanfictionI used to never wait for tomorrow. But you became the reason for me to take one more step. aeluro, 2018.