tiga

100 16 0
                                    


⠀ ⠀ ⠀Jihoon menggenggam ponselnya kuat kuat. Berpikir apa tindakannya benar atau salah. Apa dia terlalu berlebihan atau tidak.

⠀ ⠀ ⠀Sekali ia berpikir, buat apa mencari Mina? Benar-benar bukan tipikal Jihoon. Sejak kapan di perduli dengan orang-orang? Pada kakaknya saja bodo amat.

⠀ ⠀ ⠀Kemudian ia ingat, dirinya hutang susu pisang. Kalau diingat-ingat lagi, ia berhutang nyawa.

⠀ ⠀ ⠀Sebab kalau saat itu tak ada Mina, mungkin ia bisa meninggalkan dunia ini dengan satu lompatan. Mungkin ia bisa menyesal karena sebenarnya masalah yang dialaminya bisa dibicarakan.

⠀ ⠀ ⠀"Emang kenapa mama nggak boleh masak?" Mamanya tiba-tiba menghampiri.

⠀ ⠀ ⠀"Jihoon beli ayam goreng."

⠀ ⠀ ⠀"Kan lebih sehat kalau mama yang masak, Hoon."

⠀ ⠀ ⠀"Nggakpapa, sekali," katanya masih dengan jantung yang berdegup.

⠀ ⠀ ⠀Bel di rumahnya berbunyi. Mamanya mendekati layar intercome yang mewujudkan seorang gadis dengan jaket kuning mengangkat tiga bungkusan ayam.

⠀ ⠀ ⠀"Udah dateng nih, Bi tolong ambil ayam di depan!" Perintah mamanya.

⠀ ⠀ ⠀Sambil berdoa, Jihoon mengintip ke intercome yang siap di matikan oleh mama.

⠀ ⠀ ⠀Mina!

⠀ ⠀ ⠀Jihoon melesat lebih cepat dari Bibi rumahnya, membuat mama dan si Bibi bengong.

⠀ ⠀ ⠀Ia membuka pagar, melihat Mina dengan seragam pesan antarnya. Gadis itu terkejut. Jihoon pura-pura terkejut.

⠀ ⠀ ⠀"Lihat siapa ini? Tuan Muda Jihoon, kamu yakin bakal ninggalin kehidupan mewah gini? Untung waktu itu saya ngelarang, kamu hutang sama saya," canda Mina yang terkagum dengan rumah mewah Jihoon.

⠀ ⠀ ⠀"Mau dibayar berapa buat utangnya?"

⠀ ⠀ ⠀Jihoon merutuki diri sendiri, kenapa sih dirinya tak bisa memilih diksi yang lebih baik. Lagipula nadanya kenapa terdengar tak ramah?

⠀ ⠀ ⠀Mina malah tertawa. Bikin Jihoon kesal.

⠀ ⠀ ⠀"Saya bercanda kok. Ini ayamnya, ambil aja. Traktiran dari saya," kata Mina menyodorkan bungkusan tersebut.

⠀ ⠀ ⠀"Beli susu pisang aja nggak punya uang, mau sok traktir."

⠀ ⠀ ⠀Kali ini ia benar-benar kelewatan. Berhasil membuat Mina menunduk dan memainkan jemarinya.

⠀ ⠀ ⠀"Nih, ambil kembaliannya. Sekalian buat bayar susu pisang waktu itu."

⠀ ⠀ ⠀Apa sih yang diharapin dari mulut Jihoon? Ia tak bisa mengucapkan kata-kata halus apalagi permintaan maaf.

⠀ ⠀ ⠀Segera setelah Mina mengambil uang tersebut, Jihoon berbalik hendak masuk.

⠀ ⠀ ⠀"Jihoon," Mina menahannya, "saya bisa kasih kembalian kok. Susu pisang waktu itu beneran ikhlas, waktu itu juga saya belum gajian. Nah hari ini saya habis gajian kebetulan saya nggak punya temen yang pernah saya beliin sesuatu pas gajian, jadi maksud saya-"

⠀ ⠀ ⠀"iya, iya."

⠀ ⠀ ⠀Jihoon memutus penjelasan Mina seolah itu semua tidak penting baginya. Padahal, Jihoon hanya tak mau semakin terpojokkan dan remuk. Sebab Mina tersenyum, dan senyum itu membuatnya semakin merasa bersalah.

⠀ ⠀ ⠀"Yaudah, selamat menikmati Jihoon!" Ia tersenyum kemudian menunduk hormat sebelum pergi dengan motor bebeknya.

⠀ ⠀ ⠀Jihoon terdiam sambil meremas uang kembalian di tangan kanannya. Menyesali dirinya yang tak bisa lebih halus.

⠀ ⠀ ⠀Padahal banyak yang ingin ia tanyakan pada Mina.

⠀ ⠀ ⠀Hari itu dia sedang apa di Sungai Han? Apa dia bisa naik motor? Sekolahnya dimana? Apa dia suka susu pisang?

⠀ ⠀ ⠀Kini Jihoon hanya menelan seluruh pertanyaannya sebab dirinya sendiri juga kata-katanya.

[]

Absensi Bulan ; Jihoon, Mina.Where stories live. Discover now