tujuh

80 17 0
                                    

⠀ ⠀ ⠀Jihoon mengatai dirinya sendiri sinting begitu menelfon telpon umum. Memangnya Mina penjaga telfon umun itu? Memang dia akan menjawab?

⠀ ⠀ ⠀Memangnya akan ada yang menjawab?

⠀ ⠀ ⠀"Halo?"

⠀ ⠀ ⠀Jihoon segera menegakkan badannya kemudian mendekatkan ponselnya ke telinga.

⠀ ⠀ ⠀"Mina?"

⠀ ⠀ ⠀"Ini Jihoon?"

⠀ ⠀ ⠀"..."

⠀ ⠀ ⠀"Kenapa Jihoon? Ada apa?" Suara Mina halus sekali. Rasanya Jihoon harus bertemu dengannya langsung.

⠀ ⠀ ⠀"Orang tua saya bertengkar. Mama minta bercerai, dan papa memaki."

⠀ ⠀ ⠀"Hanya sebatas bicara kan? Tidak fisik?"

⠀ ⠀ ⠀"Hanya? Kamu bilang hanya? Itu lebih dari hanya, Mina. Ibu saya meminta bercerai, ayah saya memaki-maki dia. Lalu kamu bilang itu hanya? Kamu tau apa tentang saya? Salah saya menelpon orang gila kayak kamu," setelahnya Jihoon memutus sambungan.

⠀ ⠀ ⠀Jihoon tau dia salah. Tapi dia tak sepenuhnya salah, menurut Jihoon yang dikatakknya benar adanya. Mina tak boleh menggampangkannya dengan berkata hanya verba bukan fisik. Nyatanya kejahatan verba lebih menyiksa batin.

⠀ ⠀ ⠀Selama lima menit semua pikiran bercampur aduk di kepalanya, hingga ponselnya berdering lagi.

⠀ ⠀ ⠀"Halo?"

⠀ ⠀ ⠀"Jihoon, ini Mina. Gimana? Sudah tenang?"

⠀ ⠀ ⠀Jihoon tak menjawab, tak juga memutuskan sambungan telfonnya. Ia membiarkan suara lembut Mina masuk kedalan rungunya.

⠀ ⠀ ⠀"Jihoon maaf, saya nggak bermaksud. Yang kamu bilang itu bener, saya nggak seharusnya pakai kata-kata hanya. Saya bener-bener minta maaf."

⠀ ⠀ ⠀Mina mudah sekali mengucapkan, sedangkan bagi Jihoon, maaf adalah kata yang sulit keluar dari mulutnya. Sulit bahkan tak akan pernah sepertinya.

⠀ ⠀ ⠀"Jihoon, kalau kamu nggak mau kehilangan orang, kalau kamu nggak mau kehilangan orang yang kamu sayang, peluk dia. Peluk mereka, Jihoon."

⠀ ⠀ ⠀Jihoon merasa pelupuknya mulai menghangat, siap menumpahkan bulir air mata.

⠀ ⠀ ⠀"Sekarang tenangin pikiran kamu, temui orang tua kamu, peluk mereka. Bilang apa yang kamu rasain Jihoon, kamu nggak bisa mendam perasaan. Orang lain nggak tau kamu benci sama mereka, kamu suka sama mereka, atau kamu marah sama mereka kalau kamu nggak ngomong.

⠀ ⠀ ⠀"It's okay to cry. Saya yakin kamu bisa ngadepin ini semua. Kamu aja bisa survive dari suicide. Apalagi hal kayak gini. Semangat Jihoon!"

⠀ ⠀ ⠀Sambungan telpon diputus, setelahnya Jihoon bergerak dsri kasurnya. Turun kebawah menemui kedua orang tuanya, dan mulai memeluk ibunya.

⠀ ⠀ ⠀Lalu ayahnya. Dan dia menangis, berharap semuanya cepat mereda. Tak ada lagi pertengkaran diantara keduanya.

⠀ ⠀ ⠀Dia tau, dia berhutang banyak pada Mina. Yang jadi masalah adalah, selain kata maaf, terimakasih juga cukup sulit keluar dari bibirnya.

[]

Absensi Bulan ; Jihoon, Mina.Where stories live. Discover now