Kuat bukan berarti tidak pernah meneteskan air mata, tetap kokoh meski badai menerjang kita.
-Arania Khadijah-
Ara berlari menuju rumah haji rahman. Hatinya cemas, karena selama ini dia tidak pernah di panggil oleh haji rahman terlebih harus ke rumah haji rahman. Ara berharap tidak akan terjadi apa apa, Ara takut jika dia harus di keluar kan di pondok pesantren ini yang sudah menjadi rumah kedua nya.
Sesampainya di sana, Ara mengetuk pintu rumah tersebut. Namun sebelum dia mengetuk dia terkejut dengan kehadiran udin yang sudah terlebih dahulu membuka pintu itu. Udin tampak kaget sekali akan kedatangan Ara.
"ngapain loe disini?" tanya udin.
"bukan urusan loe" jawab Ara dengan jutek.
"baru juga nanya, udah di jutekin. Gue sumpahin loe bakal gue nikahin habis lebaran" ucap udin ceplas ceplos. Mendengar hal itu membuat Ara membulatkan matanya dan membuat gumaman amit amit tanpa bersuara.
"Ara, kamu sudah di depan nak?" tanya haji rahman pada Ara yang sudah berada di depan belakang udin.
"eh..i..iya haji rahman" ucap Ara gugup.
"kenapa gak di suruh masuk din?" kata kakek.
"iya ini baru udin suruh kek" elak udin.
Mereka pun masuk dan mempersilakan Ara untuk duduk di ruang tamu. Udin yang berencana untuk pergi, mengurungkan niatnya dan menemani kakek dan Ara di ruang tamu.
"udin katanya mau keluar ke masjid" ucap kakek.
"hehehe, belahan jiwa udin di sini kek" ucap udin santai dan membuat Ara semakin sebal dengannya.
Kakek yang mendengarnya hanya menggelengkan kepalanya.
"maaf kyai" ucap Ara kepada haji rahman. Ara mengganti kosa kata haji rahman menjadi kyai karena saat ini Ara berhadapan dengan pemilik pesantren bukan tetangganya jadi Ara harus menyesuaikan kapan dia bersikap sebagai sesama tetangga atau sebagai anak didik pesantren.
"Ara di panggil ke sini, apa Ara melakukan kesalahan?" tanya Ara takut takut.
"iya loe salah, salah karena ngumpetin sarung gue" ucap udin yang membuat Ara tidak paham.
"sarung?" ucap Ara.
"iya sarung gue yang gue taruh di semak semak terus gue tanya sama anak anak siapa juga gue gak kenal, katanya loe yang bawa sarung gue terus akhirnya gue mau nanya ke elo. Eh malah gue di tuduh nguntitin loe, di hukum lagi. Jahat banget" ucap udin sok sok an mewek.
"lah, emang situ ngikutin gue kan?" ucap Ara yang gak mau kalah.
"iya niatnya mau nanya sarung eh situ songong banget. Kepedean aja gue deketin" ucap udin juga gak mau kalah.
"lah situ gak mau nanya" bantah Ara lagi.
"lah gimana mau nanya kalo situ ngamuk terus" balas udin.
Ara sempat ingin membalas udin namun sudah di lerai terlebih dahulu oleh kakek.
"hei, sudah sudah kalian ini. Ingat puasa gak boleh berantem" ucap kakek.
Ara hanya menunduk sedangkan udin mengupil. Melihat udin yang seenak jidatnya membuat kakek menoyor kepala cucu kesayangan nya.
"aduh" keluh udin sambil memijat kepalanya.
"gak sopan" ucap kakek dan udin hanya cengengesan sedangkan Ara yang melihat tingkah udin yang gak tahu etika itu hanya mencibir dalam diam.
Tak lama berselang, seseorang mengetuk pintu. Udin segera membukakan pintu setelah kakek menyuruhnya. Masuk lah seorang lelaki yang tampan dan terlihat lelah. Ara melihat kedatangannya pun kaget dan segera menyalami laki laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Kepleset
Teen FictionAku pernah berjalan di atas bumi yang membawa ku ke dalam jurang kehidupan. Liku likunya membuat ku takut untuk terus ke depan. Lalu hidup untuk apa jika aku harus menyerah di tempat? Bukan kah hidup mengajarkan perjuangan? Maka, sama hal nya den...