Ara sekarang berada di sebuah rumah sakit Amerika. Sudah seminggu ini dia berada di rumah sakit menemani neneknya yang tengah terbaring lemah.
"nenek pasti sehat kok!" ucap kakaknya sambil mengusap punggung Ara.
Ara tak kuasa menahan tangisnya, dia membenamkan wajah nya ke dada bidang kakaknya.
"Ara takut kak!" isak Ara.
"sssttt, everything it's gonna be OK!"kata ahsan menenangkan.
Ara berusaha untuk tenang dan tetap semangat mendampingi neneknya.
"ayo, sebentar lagi adzan maghrib kita cari makan buat buka, nanti mama sama papa ke sini!" ajak ahsan.
Ara mengangguk dan mereka meninggalkan nenek yang masih tidak sadarkan diri itu.
Sesampainya di sebuah cafe dekat rumah sakit, Ara dan ahsan memesan makanan dan minuman. Tak lama kemudian, hp ahsan yang sudah di setting untuk mengetahui waktu adzan pun berbunyi dan mereka pun berbuka dengan menu seadaanya.
"Ara sama udin akrab ya?" kata ahsan memecah keheningan.
"kakak ngeledek ya?"ucap Ara senewen.
"ya ampun, kakak cuma nanya juga!" jawab ahsan.
"ngapain nanya kalo kakak sudah tahu gimana hubungan Ara dengan udin?" tanya Ara.
"emang kalian punya hubungan apa?" tanya ahsan polos.
Ara hanya membulatkan matanya dengan jengah. Ahsan terkekeh melihat ekspresi Ara.
"lucu deh kalian, kecil nya aja akur gede gedenya kaya Tom and Jerry aja" ucap ahsan. Ara memandang ahsan tidak mengerti.
"maksud kakak kalian itu siapa?" tanyanya.
"kamu dan udin lah" ucap ahsan sambil menyuapkan ayam ke mulutnya.
"ha? Aku sama udin? Emang pernah akur?" tanya Ara bingung. Ahsan meminum sebelum menjawab pertanyaan Ara.
"Ara gak inget ya kalo dulu kalian kecil sering main bareng?" tanya ahsan.
"sejak kapan Ara main sama udin? Yang ada berantem terus!" jawab Ara malas.
"duh anak ini!" decak ahsan gemas.
"yah wajar deh kalo gak inget, dulu kepala kamu kan emang kebentur keras kena trotoar" kata ahsan lagi.
"hah? Ara pernah jatuh?" tanya Ara sambil memakan snack.
"kesrempet tepat nya, untung gak gegar otak kamu dek" kata ahsan.
Ara yang merasa tidak ingat apa apa tentang kecelakaan itu hanya menganggap obrolan itu sebagai angin lalu.
"ayo kak, kita sholat dulu" ajak Ara untuk segera menyelesaikan makanan mereka.
Dengan patuh ahsan menggandeng tangan Ara menuju rumah sakit dan melaksanakan sholat di dalam ruangan bersama nenek mereka yang masih menutup mata. Dalam doa mereka semoga nenek mereka segera membuka matanya.
Selesai melaksanakan sholat mereka membaca alquran sebentar kemudian mengecup kening nenek mereka. Tidak lama kedua orang tua mereka masuk.
"assalammualaikum" ucap mereka bareng.
"waalaikum salam" jawab Ara dan ahsan.
"mama papa" ucap Ara sambil menyalami mereka mencium tangan mereka begitu juga dengan ahsan.
"bagaimana dengan nenek?" tanya mama Ara.
"masih sama ma, tapi hasil operasi baik dan nenek sudah melewati masa kritis nya" jawab ahsan.
"alhamdulillah" ucap kedua orang tua Ara dan ahsan.
"kalian pulang saja ke rumah, biar mama sama papa yang gantian jaga" kata papa.
"Ara di sini saja pa, biar kak ahsan saja yang pulang, besok juga kakak harus ke kantor kan?" kata Ara.
"ya sudah kakak pulang ke rumah sana, mama sudah masakin makanan nanti pas sahur tinggal di angetin aja ya kak" kata mama.
"iya ma, kalo gitu ahsan pulang dulu ma, pa" kata ahsan sambil berpamitan kepada mereka.
"hati hati ya dek, jaga kesehatan" kata ahsan sambil memeluk Ara dan mencium kening Ara. Ara hanya mengangguk.
Setelah kepergian ahsan, Ara izin keluar untuk menelfon hanun.
"assalammualaikum" ucap Ara setelah telfon nya tersambung.
"waalaikum salam, ya ampun Ara....gue kangen sama loe" ucap hanun setelah tahu suara penelfon adalah suara sahabatnya. Mendengar ocehan hanun membuat Ara tertawa.
"loe kok tahu kalo ini gue?" tanya Ara.
"gue kenal elo luar dalam kaliii"jawab hanun pede.
"hahahahah iya iya percaya" jawab Ara.
"loe sampe kapan di Amerika?" tanya hanun yang membuat Ara terdiam.
"gue juga gak tahu, takut juga nanyanya tapi kemungkinan terburuk gue gak bakal balik deh nun" jawab Ara lesu.
"yahhh, gue kira loe bakalan di jodohin" ucap hanun keras.
"sialan loe, loe gak ke sini? Jenguk nenek tersayang?" tanya Ara.
"gak tahu, mama papa masih sibuk, loe tahu lah gimana mereka" kata hanun sedih.
"iya iya yang penting doain nenek gue ya" kata Ara.
"heh dodol nenek loe nenek gue juga" bantah hanun.
"hehehe lupa kalo loe sepupu jauh gue" jawab Ara tanpa dosa.
"untung loe sepupu, kalo enggak udah gue mutilasi loe" kata hanun.
"hehehe sadis banget cyin" ucap Ara sok ketakutan.
"eh loe tumben belum tidur" tanya Ara.
"dasar otak loe emang udah geser. Disini gue lagi piket masak buat sahur, pasti loe disana baru selesai buka puasa kan?" kata hanun dan Ara pun tersipu malu karena ketidak tahuannya mengenai perbedaan waktu mereka.
"heh hehe gue emang bodoh ya dari dulu?"
"enggak juga sih, mungkin gara gara kepala loe yang nyium trotoar kali ya"
"ha? Jadi bener gue pernah kecelakaan?" tanya Ara bingung.
"aduh ar, umi mau ke sini udah dulu ya takut di hukum gue masak sambil telfonan" kata hanun dan terputuslah komunikasi mereka.
Ara hanya menatap handphone nya dengan tatapan nanar. Ara merasa ada hal penting yang terlupakan olehnya tapi dia tidak tahu sepenting apa itu.
"Ara" ucap mama Ara yang membuyarkan lamunannya.
"iya ma?" jawab Ara dan segera menghampiri mamanya.
"ayo kita teraweh di dalam" ajak mama dan segera Ara mengangguk.
Mereka sekeluarga melakukan sholat teraweh di dalam kamar nenek, maklum di Amerika cukup sulit untuk menemukan masjid di dekat rumah sakit yang mereka tempati. Sedangkan di rumah sakit itu tidak ada tempat ibadah umat Muslim.
Meski berada di negara yang mayoritas nasrani tidak membuat keluarga Ara mengabaikan kewajiban mereka. Bagi mereka sholat adalah waktu dimana mereka dekat dengan sang pencipta dan waktu untuk mengisi energi, menyerahkan segala permasalahan mereka kepada sang kuasa.
Sujud ku dan rukukku membuatku tahu bahwa Allah selalu menemaniku.
-Arania Khadijah-
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Kepleset
أدب المراهقينAku pernah berjalan di atas bumi yang membawa ku ke dalam jurang kehidupan. Liku likunya membuat ku takut untuk terus ke depan. Lalu hidup untuk apa jika aku harus menyerah di tempat? Bukan kah hidup mengajarkan perjuangan? Maka, sama hal nya den...