Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku selalu ingin pergi ke dunia imajinasi. Entah mengapa, menemui Jihoon selalu membuat perasaanku menjadi lebih baik.
ㅡ ♡ ㅡ
[catatan benakmu untuk jihoon] Jihoon, mengapa harus aku lagi yang berkorban untuk mereka?
ㅡ ♡ ㅡ
Hari Senin｡
Kamu menghela nafas panjang dan tersenyum pahit. Dengan langkah gontai seusai makan malam, kamu bergegas masuk ke dalam kamar tidurmu.
Sret.
Kamu meraih gawaimu dari atas meja belajar. Jemarimu bergerak cepat, membalas notifikasi pesan dari teman yang menanyaimu tugas tanpa berhenti memandang layar.
"Selesai. Aku harus tidur," gumammu, lirih.
Tidak. Kamu tahu bahwa kamu tidak akan tidur secara harafiah terlebih dahulu. Kamu hanya ingin berpindah ke realita yang lain.
Realita yang kamu ciptakan sendiri di kepalamu. Realita. Bukan. Imajinasi. Imajinasi yang tampak bak realita.
Kamu merebahkan tubuhmu di atas ranjang, miring menghadap dinding. Boneka bebek yang menemanimu di kala malam, kamu tangkup menutup sebelah samping wajahmu.
Biarkan boneka bebek itu menutup senyummu ketika terbang menuju dimensi lain. Biarkan boneka bebek itu menciptakan gelap.. sependek matamu memandang dinding kamar.
"Jihoon.."
Kamu berbisik sangat pelan. Bisa dibilang hanya bibirmu saja yang mungkin bergerak tanpa suara.
Kamu memanggil namanya. Park Jihoon.
'Orang' yang selalu ada untukmu dikala kamu membutuhkan seorang untuk bercerita, berbagi, atau bahkan menangis.
Matamu tidak kamu pejamkan. Berkedip, dan terus berkedip secara normal.
Karena kamu hanya akan lelah jika memejamkan matamu ketika membayangkan dunia itu.
Terlalu menyenangkan, terlalu hanyut. Bukankah kamu agaknya tak ingin jatuh terlelap secepat itu dalam dunia imajinasi jika memejamkan mata?
Kamu tersenyum. Dunia itu mulai tergambar nyata di kepalamu.
Segala tempat dan orang-orangnya, properti dan detilnya.. semuanya jelas tergambar. Nyata.
