1. Prolog

226 10 2
                                    

Perawat dan dokter itu mendorong tempat tidur itu dengan tergesa. Di atasnya tergeletak seorang wanita dengan perut buncitnya, dia terlihat sangat kesakitan.

"Tolong selamatkan istriku, Dokter!!" teriak pria itu dengan cemas, sepertinya itu suaminya.

"Pasti, Tuan. Kau tunggu disini. Operasinya akan segera kami mulai." 

Dokter itu pun berlalu meninggalkan si pria dan sedang berdiri bergetar. Tangannya tak henti terus memeras ujung kemejanya dari tadi. Disampingnya, berdiri seorang anak laki-laki,  sambil menjilat lolipop merah dari tadi. Umurnya sekitar 7 tahun. Dia seperti tidak mengerti apa yang terjadi, yang dia tahu, pria disampingnya itu sedang sedih sekarang karena dia tidak berhenti menangis dari tadi.

"Appa, kenapa Eomma dibawa ke sana?" bocah itu menarik ujung kemeja si pria yang sudah kusut.

"Seokjin, Eomma akan segera melahirkan, Nak. Adikmu akan segera lahir. Kau tunggu disini bersama Appa ya. Doakan Eomma kuat disana." si pria berjongkok sambil mengusap pelan kepala anak laki-lakinya itu. Si anak hanya mengangguk sambil kembali memakan permen lolipop itu.

Si pria kembali berdiri sambil berjalan gelisah, mondar-mandir tidak bisa diam. Pikirannya bercabang antara menanti kelahiran anaknya dan kejadian sebelum mereka sampai di rumah sakit ini. Bagaimana dia tidak khawatir ketika mendapati istrinya jatuh terduduk di kamar mandi, dengan darah mengalir di kedua kakinya. Bukan saja keselamatan istrinya yang dia khawatirkan, tetapi juga anak di dalam kandungannya yang baru berumur 7 bulan.

Sejam lebih dia dan anak laki-laki itu menunggu di ruang tunggu itu. Matanya tidak lepas menatap pintu ruang operasi itu. Sesekali tangannya mengusap rambut anak laki-lakinya, yang sekarang tertidur di pangkuannya. Teduh sekali wajah anak itu. Dia tidak tahu Appa-nya sedang gelisah sekarang, dan Eomma-nya berjuang untuk melahirkan adiknya dengan selamat.

Tak lama kemudian, pintu itu pun terbuka. Pria itu menaruh anak di pangkuannya dengan hati-hati ke kursi di sebelahnya. Dan lekas menghampiri dokter itu.

"Bagaimana, dokter? Anak dan istriku...?"

"Anakmu berhasil lahir dengan selamat. Anak perempuan, Tuan. Tapi dia harus mendapatkan perawatan di dalam inkubator karena usianya belum cukup untuk lahir. Sedangkan istri anda..." dokter itu menggantungkan kalimatnya.

"Tetapi apa dokter?" si pria tidak sabar mendengar kalimat selanjutnya.

"Maafkan saya, Tuan. Istri anda tidak dapat bertahan. Dia terlalu banyak mengeluarkan darah sehingga mengalami pendarahan. Kami tidak bisa menyelamatkannya." dokter itu berkata pelan dengan wajah simpati.

I Just Love You - END COMPLETEDWhere stories live. Discover now