Braakk....!!
Pintu rumah itu terbanting terbuka, Seokjin masuk dengan angkuh. Di belakangnya Namjoon masuk dan menutup pintu itu. Raut wajahnya masih segusar tadi.
"Seokjin, jangan seperti ini. Ada masalah apa kau dengannya, hah? Kenapa kau bisa semarah ini dan menuduh Jimin begitu? Bukankah jelas bagimu, aku tidak mungkin ada main dengannya karena aku sama sepertimu, seorang gay ? Aku juga bukan bisex, jadi jangan berpikiran yang tidak-tidak seperti ini!"
Seokjin menatap balik kepadanya.
"Aku hanya tidak ingin orang yang bernama Jimin itu mengganggu kita! Aku membencinya..!! Orang itu...aku hanya ingin dia pergi...dari kehidupanku...!" teriaknya terbata sambil kembali sesenggukan.
Mata Namjoon melotot mendengarnya. Dia terkejut melihat sikap Seokjin yang seperti ini.
"Ada apa dengannya? Apa kau mengenal Jimin sebelum aku mengenalnya? Jawab pertanyaanku, Seokjin!" Namjoon menjadi tidak sabaran sambil mengguncang bahu Seokjin. Selama ini dia selalu penasaran dengan sosok Jimin. Kali ini dia berharap segera tahu jawabannya.
Seokjin menggeleng kuat.
"Jawab aku, Kim Seokjin!!" bentak Namjoon kuat.
"Dia...dia...adikku..." sahut Seokjin terbata dengan wajah memerah dan mata berair.
"Apa?? Apa maksudmu, hah!"
"Dia adikku, Joonie... Tapi aku membencinya..." potong Seokjin cepat, "Kelahirannya membuat Eommaku meninggal! Eomma yang aku cintai...."
Namjoon memerlukan sekian menit untuk mencerna kalimat Seokjin. Dia hanya bisa terdiam sambil melihat wajah penuh air mata sekaligus kekesalan.
"Tapi...itu bukan kesalahannya, Jinnie..." kata Namjoon akhirnya melembut, "Dengarkan aku, aku sangat terkejut mendengar ini, kau dan Jimin bersaudara....? Astaga...!! Jelas sudah bagiku kenapa kau selalu bersikap seperti anjing melihat kucing kalau didekatnya."
Namjoon menghela nafasnya dan menuntun Seokjin duduk di sofa. Seokjin mengikuti sambil mengelap airmatanya. Namjoon harus berbicara dengan tenang, dia tahu kalau perasaan Seokjin suka sensitif melebihi perempuan. Jadi dia harus mencari cara yang tepat untuk berbicara dengannya.
"Kau berpikir kalau kehadiran Jimin yang mengakibatkan Eomma meninggal? Kau merasa kehilangan yang berat, mungkin kau juga merasa kesal karena harus melewati masa kecil tanpa Eomma disampingmu... Tapi pernahkah kau berpikir posisi Jimin lebih miris dibandingkan denganmu? Kau meskipun sebentar, tapi masih bisa merasakan kasih sayang Eomma. Sedangkan Jimin, bahkan tidak tahu rupa Eomma seperti apa, hanya bisa lihat dari foto atau cerita Appa. Kau merasa kehilangan, tapi Jimin lebih kehilangan darimu. Dia bahkan sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Eomma. Kasih sayang yang dia dapatkan hanya dari Appa..."
Seokjin tercenung mendengarnya, tangisnya total berhenti sekarang. Dia hanya bisa diam kaku sambil menyenderkan punggungnya di sofa.
"Jangan kau merasa kehilangan sendiri, Jinnie... Jujur, aku lebih kasihan pada Jimin daripada kau. Maafkan aku sayang, tapi sikapmu sangat egois. Kau bahkan menyalahkan Jimin atas kondisimu. Tanpa berpikir, Jimin justru dua kali lebih sakit dan kehilangan daripada dirimu. Sudah harus kehilangan Eomma, dia juga harus kehilangan figur kakak yang tidak pernah dia dapatkan. Apa itu adil?"
Jantung Seokjin berdebar dengan kuat. Untuk beberapa saat dia terdiam. Hatinya sakit sekarang. Entah kenapa, kali ini dia membenarkan kata-kata yang keluar dari mulut Namjoon. Walaupun dia seringkali dinasihati seperti itu sebelumnya baik oleh Appa ataupun Yoongi, tapi kali ini untuk pertama kalinya dia merasa bersalah pada Jimin.
YOU ARE READING
I Just Love You - END COMPLETED
FanfictionSeokJin, Jimin, Taehyung.. Dua namja, satu yeoja.. Bukan..bukan... Ini bukan cinta segitiga seperti yang kalian duga... Ini hanya cerita tiga anak manusia yang terjalin dalam satu cerita.. Tentang menyayangi, tentang kehilangan.. I released you.. I...