19. Is This The End?

160 9 3
                                    

Taehyung mengelap air mata di pipinya. Selalu saja seperti ini jika netranya menangkap keadaan Jimin. Siang ini dia sudah kembali ke rumah sakit. Dia sudah mengurus ijin ke kantornya, menelepon asuransi mobil untuk mengurus mobilnya yang tertinggal sebelum dia diculik, dan mengobati luka-lukanya. 

Dia juga sudah mengabari keadaan Jimin kepada managernya juga Kookie dan Lisa. Saat Taehyung mengabari dan menceritakan soal Jimin, Lisa hanya diam sambil menangis. Sedangkan Kookie langsung melayangkan tonjokan kuat di pipinya sambil berteriak 'brengsek kau, Kim Taehyung!!'. Beruntung kafe sedang sepi, hanya ada satu orang pelanggan. Taehyung mengabaikan rasa malu dan sakitnya dipukul seperti itu. Dia memang pantas mendapatkannya. Sakit itu tidak seberapa dibanding apa yang dialami Jimin sekarang. 

Taehyung menceritakan semuanya, termasuk perbuatan Jaebum. Lisa, Kookie, juga Mark yang kebetulan sedang ada di kafe hanya bisa melongo tak percaya mendengar Jaebum bisa berbuat seperti itu. Apalagi Mark yang merupakan sahabat Jaebum. Sedikit banyak Mark juga merasa bersalah, tidak berusaha lebih kuat memperingati Jaebum untuk tidak mendekati Jimin.

Lisa berjanji padanya sepulang kerja akan menjenguk bersama Kookie. Sedangkan Kookie, sampai Taehyung pulang namja itu masih saja menjaga jarak dan beraut dingin padanya.

Taehyung menaruh dahinya pada kaca dan mengetuk kaca itu sesekali dengan pelan. Matanya tidak lepas sedikit pun dari Jimin. 

"Sayang, nyenyak sekali tidurmu? Aku disini, Jim. Maaf kau jadi sendirian, dokter itu tidak mengijinkanku menemanimu di dalam. Sadarlah sayang, aku merindukanmu. Maafkan aku, aku tidak bisa menjagamu dengan baik. Maafkan kesalahanku, yang mencoba berkhianat darimu. Aku mohon sayang, bangun ayo sadarlah..." gumam Taehyung pelan.

Sesaat kemudian dia merasakan tepukan halus di bahunya. Dia melihat Yoongi berada di belakang tersenyum padanya dan Taehyung membalas senyum itu. Namja itu terlihat berbeda jika memakai seragam dokter. Lebih hangat auranya ketimbang semalam.

"Kau bisa istirahat semalam?" tanya Yoongi sambil menatap intens ke arah Jimin.

"Tidak, Hyung. Sedetik pun aku tidak bisa memejamkan mataku. Kejadian itu seolah-olah selalu terjadi lagi di depan mataku. Aku tahu berapa kali pun aku menyesal itu tidak akan mengubah semua. Tapi aku mohon setidaknya ada kesempatan untukku..." Taehyung menghembuskan nafasnya sambil kembali memandang ke arah Jimin.

Yoongi mengepalkan tangannya di saku celana. Matanya menatap kurva kardiograf yang bergerak naik-turun. 

"Anak itu...dari kecil tidak pernah lepas dari air mata..." katanya pelan membuat Taehyung menengok ke arahnya. 

"Seokjin membencinya. Dia selalu mengatakan pada teman-teman kalau Jimin bukan adiknya. Dia tidak pernah menganggap Jimin ada. Hanya kasih sayang dari appa-nya yang membuat Jimin menjadi gadis kuat sampai sekarang."

Taehyung terdiam.

Yoongi lalu menengok tersenyum kepada Taehyung sambil menatapnya dalam, "Aku berdoa baik kau ataupun Seokjin mempunyai kesempatan untuk memperbaiki kesalahan kalian. Berjanjilah padaku apabila kesempatan itu datang, kau harus lebih menjaganya."

**

Jaebum mengerjapkan matanya. Rasa dingin di punggungnya membuatnya sedikit berjengit. Dia tertidur di lantai rupanya. Semalam setelah puas berteriak dan melemparkan barang, saking lelahnya dia langsung telentang di lantai. 

Pip..pip...

Tangannya bergerak cepat mengambil handphone itu, "Ya, halo? Hmm... Bagaimana? Rumah sakit? ICU? Oke, kirimkan aku alamat rumah sakit itu..."

Jaebum lalu menutup sambungan telepon itu dan meremas kuat handphonenya. Mendengar Jimin masuk ICU membuat jantungnya kembali berdetak lebih kuat. Dirinya bergegas mencuci mukanya lalu pulang kembali ke apartemennya. Tidak mungkin dia ke rumah sakit dalam keadaan berantakan seperti sekarang.

I Just Love You - END COMPLETEDWhere stories live. Discover now