9. One Step Closer

63 3 0
                                    

Sudah tengah hari sekarang. Setelah mengusir Namjoon agar lekas pergi ke kantor, dia memejamkan matanya lagi sambil berharap sakitnya mereda. Seokjin lalu berjalan keluar dari kamarnya. Sakitnya masih terasa, malah dia merasa pinggangnya panas sekali sekarang. Dia lalu berjalan mengarah ke dapur hendak mengambil air dari dispenser. Baru dua kali langkah, kepalanya terasa berat dan pandangannya mengabur.

Brukk...

Seokjin pun pingsan.

**

"Taehyung, perkenalkan ini anakku yang ku ceritakan padamu kemarin." ucap CEO Bae menunjuk kepada yeoja cantik disampingnya.

"Halo, nama saya Bae Irene. Anda boleh memanggil saya dengan Irene." yeoja yang bernama Irene itu menganggukan kepalanya dengan sopan.

"Hai, saya Taehyung yang memimpin proyek ini. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik." kata Taehyung.

"Kepulangannya ke Korea ternyata lebih cepat dari yang kuduga. Maka langsung saja dia ku ajak kesini untuk bisa langsung merasakan bekerja." ucap CEO Bae lagi.

Taehyung hanya menganggukan kepalanya.

"Mohon bantuannya, Taehyung-ssi." ucap Irene sambil tersenyum.

**

"Ku lihat, kau sekarang jadi dekat dengan teman manager yang bernama Jaebum itu?" tanya Kookie siang itu saat pergantian shift hampir tiba. Kafe sedang sepi siang itu. Lisa yang mendengar hal itu langsung datang menghampiri.

"Kemarin malah dia datang dari pagi sampai kita tutup hanya untuk menemani Jimin." lapor Lisa pada Kookie.

Jimin yang tahu mereka berdua demen menggosip hanya tertawa mendengarnya.

"Tidak ada apa-apa. Kami hanya berteman." sahutnya.

"Kau yakin? Aku merasa dia menyukaimu. Kalau tidak, untuk apa dia berbuat hal seperti itu?" Kookie bicara langsung ke inti.

"Tapi aku tidak menyukainya. Aku kan sudah punya Taehyung."

"Kau harus tetap hati-hati, Jiminie. Aku takut Jaebum berbuat kelewat batas saking cintanya padamu."

"Iya, Kookie aku tahu."

"Dan...panjang umur sekali dia. Sedang dibicarakan tahunya muncul. Lihat, jemputanmu sudah datang!" seru Lisa dengan dagunya menunjuk ke arah luar.

Kookie dan Jimin mengikuti arahnya sampai mereka melihat Jaebum yang baru saja keluar dari mobil. Dan menyender di pintu mobil.

"Aku tidak menyuruhnya menjemput." Jimin seakan membela dirinya, setengah berbisik, padahal jelas Jaebum tidak akan dengar.

"Tidak perlu kau suruh pun dia pasti akan tetap datang menjemputmu." kata Kookie memandang tajam pada Jaebum yang masih setia menyender di pintu mobil.

"Tapi bukankah kau cerita akan pergi dengan Taehyung hari ini?" tanya Lisa heran.

"Entahlah, dari kemarin tidak ada kejelasan darinya. Sebentar aku telepon dulu..." katanya lagi seraya mengambil handphone dari kantong apronnya.

Lama hanya terdengar nada sambung sampai akhirnya yang disebrang sana mengangkat panggilan itu.

"Halo sayang... Apa kau sibuk? Bagaimana dengan rencana kita siang ini? Apa kau bisa pergi?" tanya Jimin sambil memandang Kookie dan Lisa bergantian.

"......"

"Oh begitu, baiklah aku mengerti. Jaga kesehatanmu ya. Sampai nanti."

Jimin menutup teleponnya dan mendesah.

"Taehyung tidak bisa pergi. Ada meeting dadakan hari ini dengan tim-nya." ucapan Jimin terdengar seperti keluhan di telinga kedua temannya.

"Dia sesibuk itu sekarang?" tanya Lisa.

"Ya, dia pernah cerita ada proyek besar. Dan proyek ini bisa jadi batu loncatan bagi karirnya."

"Ya sudahlah, Jim. Mungkin memang takdirmu hari ini harus menghabiskan waktu bersama Jaebum. Sudah kau pulang sana. Jemputanmu sudah menunggu dari tadi, ahahahahahahah...." oceh Kookie.

Jimin hanya mendelik mendengarnya sambil tetap membereskan apron dan bersiap pulang.

"Hai..." sapa Jaebum riang ketika melihat Jimin keluar dari pintu kafe.

"Kau mau bertemu manager? Dia tidak ke kafe hari ini." kata Jimin.

"Tidak. Aku ingin bertemu denganmu. Aku sudah menunggumu dari tadi."

Tentu saja Jimin tahu. Dia hanya memastikan.

"Kau jadi pergi dengan pacarmu, Jim?" sambung Jaebum lagi.

"Aku...hmmm... Tidak, dia ada meeting hari ini." jawab Jimin.

"Good!! Hehehehehe... Kalau begitu kita bisa pergi sekarang. Ayo Jim!" ajak Jaebum menggamit tangan Jimin dan menuntunnya ke kursi penumpang di depan.

"Heii.. Kau mau ajak aku kemana? Aku belum mengiyakan ajakanmu, kan?"

"Tapi aku tidak mau menyia-nyiakan peluangku ini sebelum kau berubah pikiran." jawab Jaebum membuka pintu mobilnya dan memaksa Jimin untuk duduk. Lalu setelah dia berlari ke pintu sebelah dan siap melajukan mobilnya.

"Ayo kita bersenang-senang hari ini. Hehehehehehe..." tingkahnya seperti anak kecil yang mendapat permen. Sedangkan Jimin masih belum tahu akan dibawa kemana.

**

Taehyung dan Irene sedang diskusi di ruang kerja Taehyung. Sesekali Taehyung berdiri di samping Irene dan menjelaskan sesuatu di laptop. Dan hal itu membuat Irene dengan mudah mencium harum parfum Taehyung apalagi dari jarak sedekat ini. Lama mereka berdiskusi sampai tak terasa hari sudah malam.

"Haaahhh...!" Taehyung menggerakan pinggangnya ke kiri dan kanan untuk sekedar melemaskan otot-ototnya.

"Sudah malam, Irene-ssi. Apa kau dijemput?" tanya Taehyung memandang jam di tangannya.

"Tidak, aku akan naik taksi saja." jawab Irene lembut sambil membereskan laptop dan kertas-kertas di atas meja.

"Kalau begitu biarkan aku mengantarmu. Apa boleh? Wanita tidak baik pulang sendiri malam begini."

"Jangan sampai aku merepotkanmu. Dan kalau tidak salah umur kita sama? Cukup panggil nama saja."

"Oya? Aku malah baru tahu kalau kita seumur. Aku mengira kau lebih tua dariku karena kau sudah mengambil S2. Tidak, kau sama sekali tidak merepotkanku."

"Hahahahah.. Selama sekolah dan kuliah aku selalu mengikuti program akselerasi sehingga bisa lulus lebih cepat. Jadi aku bisa mengambil S2 walaupun sebenarnya kita sebaya." ucap Irene lagi sambil tersenyum.

Taehyung hanya membalas senyumannya dengan ringan. Dia tidak berbohong, Irene memang cantik, sangat cantik. Tapi tetap Jimin yang menguasai hatinya.

"Bagaimana kalau kita makan dulu, lalu aku akan mengantarmu pulang?"

Irene mengangguk senang.

I Just Love You - END COMPLETEDWhere stories live. Discover now