Prolog

176 83 60
                                    

Seorang perempuan cantik dengan penampilan yang berdominan pink putih dan dua buah koper ditangannya sedang berjalan sambil mengedarkan pandangan ke segala arah untuk mencari sesosok manusia yang katanya akan menjemput dirinya di Bandara. Ia beralih menatap jam pada pergelangan tangannya, jarum pendek menunjuk ke angka sebelas itu tandanya ia sudah lebih dari setengah jam menunggu sosok yang sampai detik ini sama sekali belum memperlihatkan batang hidungnya. Lelah menunggu sambil berdiri, ia memutuskan untuk mendudukkan dirinya dan mengambil benda pipih yang ada pada sling bagnya, mencoba untuk menghubungi sosok manusia penjemputnya itu tapi ketika berkali-kali ia melakukan panggilan maka jawabannya tetap sama.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif cobalah beberapa saat lagi.

Ia menundukkan kepala, rasa kantuk yang sejak tadi ia tahan kembali menyerangnya. Tidak hanya itu rasa lelah, pegal dan pusing juga sepertinya sedang berlomba-lomba untuk menyerang dirinya. Tak ingin kalah dari perlombaan, ia bangkit dari duduknya berharap rasa kantuknya kembali pergi dan ia kembali mencoba untuk menghubungi sosok manusia penjemputnya itu.

"Hallo" ucap seseorang ketika sambungan telepon telah terangkat

"Bang dimana? Udah lumutan nih nunggu dari tadi" jawabnya dengan kesal

"Sorry sorry, kena macet gue bentar lagi nyampe kok sabar ya adek Berry yang manis dan baik hati serta tidak sombong" balasnya meminta maaf

"Iya cepetan" ucapnya sambil menekan tombol merah yang berarti mengakhiri sambungan. Ia terlalu malas dan kesal jika untuk berbasa-basi. Menunggu itu tidak enak!

Ya, perempuan cantik dengan penampilan yang berdominan pink putih itu bernama Berry --Berry Amelta Clarissa--. Ia baru saja menginjakkan kakinya kembali di Indonesia setelah kurang lebih lima tahun menetap di Negeri Paman Sam.

Berry melangkahkan kembali kakinya kali ini tujuannya adalah parkiran, ia akan menunggu sosok manusia penjemput yang tak lain adalah abangnya sendiri di tempat itu. Tapi terhitung baru tujuh kali ia melangkahkan kaki, ada sesuatu hal yang membuatnya terhenti. Di depan dan sekitar tempatnya berdiri tidak ada apapun yang menarik, ini serius karna hanya ada orang berlalu lalang jadi jangan berpikir jika ada cogan yang sedang melamun dan tiba-tiba menabraknya atau apapun kisah klasik seperti di novel-novel.

Ia berhenti karna seperti mendengar suara yang sangat dirindukannya, rasanya sudah hampir tujuh tahun ia tidak mendengarnya. Ia mengedarkan pandangannya mencari dari mana suara itu berasal dan nihil ia tidak dapat menemukannya. Jadi ia putuskan untuk melanjutkan kembali langkah kakinya. Tapi baru beberapa kali melangkah, langkahnya kembali terhenti. Kali ini kisah klasik di novel-novel itu terjadi. Ada seorang laki-laki yang menabraknya ehh tidak bukan menabrak hanya menyenggol karna ia tidak sampai jatuh mendarat ke lantai dan menahan malu karna menjadi pusat perhatian. Ia membalikkan badan melihat punggung orang yang menyenggolnya barusan. Orang itu masih dengan mantapnya melangkahkan kaki, sama sekali tidak meminta maaf bahkan berhenti atau sekedar menoleh saja tidak.

Pandangannya masih tetap tertuju ke orang tersebut hingga suara yang ia rindukan itu kembali terdengar di telinganya. Dugaan sementara suara itu keluar dari seseorang yang baru saja menyenggolnya. Langkah orang itu terhenti tepat di depan seorang perempuan yang sepertinya seumuran dengan orang itu dan sepertinya juga seumuran dengan dirinya --Berry-- atau kalau tidak mungkin hanya berselisih beberapa tahun.

Berry penasaran, hingga tidak sadar dirinya mulai melangkahkan kaki mendekat dan sekarang Ia berdiri tidak jauh dari orang tersebut. Ia dapat mendengar percakapan mereka dan yaa tebakannya ternyata benar, suara yang dirindukannya itu keluar dari bibir orang tersebut. Ada sedikit rasa kecewa sebenarnya, karna suara itu bukan keluar dari bibir seseorang yang juga dirindukannya.

"Yoo..." perempuan di depannya memanggil dengan sebutan tersebut, tapi siapa nama panjangnya Yohan kah? Atau Tayo mungkin? Tapi Berry menggeleng tidak sepertinya bukan itu, nama itu terlihat tidak cocok jika dibandingkan dengan paras ganteng dan penampilan trendi laki-laki itu. Dan ditambah lagi Tayo yang ada dibenak Berry adalah kartun bus cilik imut berwarna biru yang dapat bicara, jadi tidak mungkin tidak mungkin. Hmm... atau mungkin Yoo Shi Jin? Sepertinya cocok, persis seperti Yoo Shi Jin tokoh drama Korea yang kelewat ganteng miriplah seperti dia hanya saja ini versi Indonesianya. Tapi tidak tidak dimuka dia tidak punya unsur Korea sama sekali jadi mana mungkin memiliki nama Korea seperti itu, tapi bisa jadi kalau ibunya adalah seorang K-popers sejati hingga memberikan nama tersebut kepada anaknya.

"Woyy... tungguin gue Helan Ahmad Fernandio" perempuan itu berlari mengejar Yoo --seseorang yang menyenggol Berry tadi-- yang telah melangkah pergi terlebih dahulu. Mereka berdua terus melangkah menjauh hingga tidak terlihat lagi dari pandangan Berry.

--verschillend--

Gimana? Suka gak?

Harapan saya sih semoga anda suka dan penasaran dengan cerita ini...

Jangan lupa vote dan comment ya!!! Karna satu vote dan satu comment dari kalian sangat berarti untuk memacu semangat saya


Lovanonym

VerschillendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang