0.9

35 3 0
                                    

Follow me on instagram
@lovanonym

"Terlalu banyak menebak-nebak hingga lupa kalo itu hanya sebuah tebakan belaka yang bisa saja salah"

--verschillend--

"Pagi Vita" sapa Berry sambil mendudukkan dirinya di kursi samping milik Vita. Ya, kali ini Berry kembali duduk beresebelahan dengan Vita karna kemaren ketika pembagian kelas entah secara kebetulan atau memang rencana dari si author dalam cerita ini, mereka dipertemukan kembali dengan kelas yang sama. X IPA 2.

"Pagi Berry" sapa balik Vita. Vita menoleh ke arah Berry yang sedang memainkan handphone-nya. Wajah Berry tampak bersinar bahagia. "Kenapa lo Ber? Berhasil buat doi peka? Bahagia amat" tanya Vita penasaran.

"Haha doi gue susah pekanya, gak bisa diarepin" jawab Berry asal.

"So? Lo kenapa?" Vita melirik ke arah monitor handphone Berry. Samar-samar terlihat roomchat Berry dengan sebuah nomor tanpa nama.

"Enggak kenapa-napa kok" balas Berry sambil mematikan layar monitor handphone-nya dan dimasukkan ke dalam saku rok seragam Berry.

"Temenin gue ke kantin yuk Vit, bel masuk masih dua puluh menit lagi kok, yuk yuk" tambah Berry setelah mengecek jam dipergelangan tangannya. Jarum pendek pada jam nya menunjukkan pukul tujuh lewat lima sedangkan kegiatan belajar mengajar dimulai tepat pukul tujuh lewat tiga puluh menit.

"Hayyu gue juga mau beli cemilan, lumayan buat mengisi kegabutan kalo guru pelajarannya gak asik" ucap Vita sambil bangun dari posisi duduknya.

"Yeeeuh dasar"

--verschillend--

"Sudah sampai neng" ucap manusia berjaket hijau kepada Berry.

Mendengar ucapan tersebut Berry pun langsung turun dari kendaraan yang telah membawanya sampai di depan pagar sebuah rumah.

Pagar kayu berwarna coklat yang cukup tinggi hingga menutupi secara sempurna apa yang ada di dalamnya.

Berry mengambil uang dari saku seragamnya lalu memberikannya kepada si manusia berjaket hijau seraya mengucapkan terimakasih.

Berry menatap kekanan-kekiri-keatas-kebawah pagar tersebut. Tepat di tembok pagar terdapat sebuah papan bertuliskan no rumah Dan di ujung atasnya terdapat sebuah cctv.

Berry tersenyum. Sudah lama dia tidak menginjakkan kaki di tempat ini. Semuanya masih terlihat sama hanya rumah kanan kirinya yang terlihat sudah berbeda model.

Berry menekan bel beberapa kali. Tidak sabar bertemu dengan seseorang yang tinggal di rumah tersebut.

Sesorang yang tiba-tiba menghilang dari hidupnya.

Seseorang yang membuatnya harus merindu selama bertahun-tahun.

Seseorang yang pernah mengajarinya tentang arti tersenyum.

Seseorang yang menjadi salah satu dari banyaknya alasan untuk ia tetap bertahan hingga detik ini.

Seorang perempuan paruh baya berpakaian santai daster membuka pagar. Ia menampilan senyum manis untuk memberikan citra baik pada seseorang yang baru ia temui . Berry pun membalas tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VerschillendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang