"Kamu tau? Bagiku melawan ego itu jauh lebih berat dibanding melawan rindu"
--verschillend--
"Ber, kita duluan ya" ucap Vita mewakili lima teman kelompok kemah lainnya.
Berry membalas dengan isyarat lewat jari-jarinya. "Oke".
Berry dan kelompok kemahnya telah selesai menyiapkan keperluan kelompok. Semua barang dititipkan kepada duo kembar Laras dan Liras karna rumah mereka berdua lah yang paling dekat dengan sekolah dan mereka pun mengiyakan asal teman lainnya membantu membawakannya ketika di sekolah nanti.
Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore tapi Berry masih belum berkeinginan untuk pulang berbanding terbalik dengan keenam teman-temannya. Jadi berakhirlah dengan Berry yang berkeliling sendiri di sebuah toko buku. Sebelumnya ia sudah mengajak keenam temannya, tapi mereka menolak dengan alasan lelah dan harus menyiapkan keperluan pribadinya untuk kemah nanti.
Berry mengambil satu novel yang memang sudah ia incar dari hari-hari kemarin dan membawanya ke meja kasir untuk membayarnya.
"Harganya 73 ribu mba" ucap seorang perempuan yang sedang melayani Berry. Berry pun langsung mengeluarkan selembar uang berwarna merah dan memberikan kepadanya. Sambil menunggu novelnya dibungkus Berry mengedarkan pandangan melihat kondisi sekitarnya dan menemukan seorang yang dari kemarin ia tunggu-tunggu notifikasinya pada akun instagram. 'Ketemu lagi sama si muka datar. Jangan-jangan jodoh' celetuknya dalam hati.
"Ini mba, terimakasih jangan lupa untuk datang kembali" Berry hanya membalas dengan sebuah senyuman dan mengambil bungkusannya. Ia kembali mengalihkan pandangan berharap seorang yang ia lihat tadi masih berada pada posisi sebelumnya tetapi ternyata tidak ada. "Cepet banget ngilangnya sih gak tau apa yang disini masih pengen merhatiin" gerutu Berry pelan.
--verschillend--
Berry dan keenam temannya sedang dalam proses pembangunan tenda yang hingga detik ini belum juga terlihat bentuknya. Mereka juga sesekali tertawa karna mendengar celotehan si duo sejoli kembar yang kompaknya melebihi saudara kandung. Ehh ini maksudnya apa?
Dan tanpa mereka sadari semua yang mereka kerjakan tak luput dari pengawasan seseorang yang sudah lebih dari sejam memperhatikan mereka dari kejauhan.
"Serius amat sih Mas Nandio" ucap seseorang yang membuyarkan perhatian Nandio
Nandio menoleh, di sebelahnya sudah terdapat seseorang yang sedang duduk manis. Entah sejak kapan orang itu melakukanya Nandio tidak tahu menahu karna sedari tadi ia sibuk dengan dunianya sendiri. "Jijik Do dengernya" balas Nandio.
Valdo yang dikomentari hanya mengangkat bahunya tak peduli dan kembali memfokuskan pandangannya.
"Tempat gimana? Beres?" tanya Nandio. Valdo yang mengerti dengan arah pembicaraan Nandio pun langsung membalas dengan isyarat jemarinya. "Beres"
"Lo merhatiin cewek itu ya dari tadi?" Kini giliran Valdo yang bertanya sambil menunjuk ke salah satu orang yang berada di area kemah putri. Nandio yang ditanya hanya diam seakan-akan sama sekali tidak mendengar adanya sebuah pertanyaan.
Valdo yang kepo pun langsung menyenggol lengan Nandio agar yang ditanya segera menjawab. "Woy kalo ditanya tuh jawab elah. Lo merhatiin bocah itu kan?" tanya Valdo kembali dengan menekan kata 'bocah'.
"Kaga. Sok tau lo jadi manusia" balas Nandio sambil bangun dari duduknya dan melangkah pergi menuju ke ruang panitia. Valdo yang dengan kadar kekepoan semakin tinggi langsung pergi menyusul Nandio. "Jujur aja Yo. Bohong tuh dosa" ucap Valdo setelah berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Nandio.
"Gue tau bohong tuh dosa tapi nikmat" ucap Nandio. Valdo menghentikan langkahnya dan beralih menatap Nandio yang secara otomatis membuat Nadio juga menghentikan langkahnya. "Jadi tadi lo beneran merhatiin bocah itu?" tanya Valdo kembali untuk yang ketiga kalinya.
"Enggak" balas Nandio dengan tegas. "Ngapain juga gue merhatiin manusia pembunuh kayak dia" tambah Nandio.
Valdo yang mendengarnya hanya memutar matanya jenuh. Nandio selalu saja seperti itu. 'Otak lo tuh jenius dalam pelajaran tapi kalo dalam kehidupan kenapa enggak dipake sih Yo' batin Valdo.
"Ck terus aja ngomong gitu. Semuanya sudah menjadi rencana Tuhan tinggal kitanya mau menerima atau tidak. Tapi kalo saran gue sih lo harus menerima, karna gue yakin Tuhan selalu memberi yang terbaik buat kita. Dan satu lagi jangan lupain ucapan adek lo bro" Valdo menepuk bahu Nandio berharap agar orang yang ditepuk segera sadar dari kebodohannya. Kini keadaan berbanding terbalik jika tadi Nandio yang meninggalkan Valdo maka sekarang Valdo yang meninggalkan Nandio.
Nandio terdiam. Ia memandangi punggung Valdo yang semakin lama semakin tidak terlihat. Sebenarnya Nandio paham dengan apa yang dimaksud Valdo, bahkan sangat sangat paham hanya saja hatinya berkata lain dan ia masih sulit untuk melawan kata hatinya.
--verschillend--
"Ada yang bisa dibantu tuan putri?" tanya seseorang dari belakang Berry. Yang ditanya pun langsung membalikkan badannya dan memandang orang yang tadi menawarkan bantuan. "Hmm... bisa tolong pasangin ini?" pinta Berry dengan mengarahkan kedua tangannya yang memegang patok tenda kepada Devian.
"Dengan senang hati" Devian mengambil patok tenda yang berada di tangan Berry dan bantu memasangkannya. Devian juga meminta agar Berry duduk saja disamping tenda biar ia yang menyelesaikannya. Tapi Berry menolak dan kekeh ingin membantu Devian.
"Yeayyy... selesai" ucap Berry sambil menepuk-nepuk kedua tangannya setelah melihat tendanya berdiri kokoh. "Thanks Dev" tambah Berry.
Devian hanya menganggukan kepalanya. "Hmmm.. tapi kayaknya gak gratis deh" ucap Devian dengan menaik turunkan kedua alisnya. Berry pun langsung segera menatap tajam Devian "Ohh jadi lo gak ikhlas?" tanya Berry.
Devian yang melihat reaksi Berry bukannya takut tapi ia malah menahan tawa gemas. "Haha canda bu canda" ucap Devian sambil menyatukan kedua telapak tangannya.
"Ehhemm"
"Ehh ada sepupu gue yang paling cantik" ucap Devian setelah melihat siapa yang berdeham. Yang dipuji malah menatap tajam kesal karna ia tahu maksud 'cantik' yang disebut Devian. "Basi tau gak".
Devian hanya tertawa receh sambil menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. "btw thanks Dev udah bantuin" tambah Vita. Devian mengangguk sebagai jawaban.
"Yaudah gue balik ke tempat gue ya. Bye sepupu. Bye tuan putri" pamit Devian sambil melambaikan tangannya.
--verschillend--
Semoga sukaaa😊
Jangan lupa vote dan coment ya!!! Harus meninggalkan jejak pokoknya wkwk😂
Salam Ber-Nand👊
♥
Lovanonym
![](https://img.wattpad.com/cover/149482014-288-k568140.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Verschillend
Teen FictionAndai ini adalah sebuah novel maka akan ku beri judul "Verschillend" (Belanda = Perbedaan). Mau tau karna apa? Karna ini adalah kisah antara aku dan kau yang sangat berbeda. Jika aku perempuan maka kau lelaki Jika aku periang maka kau pendiam Jika a...