Happy Readings:)
Follow me on instagram @lovanonym"Karna terkadang hal-hal tak terduga itulah yang membuat hidup kita lebih berwarna"
--verschillend--
"Abang kenal sama kak Nandio?" tanya Berry kembali karna abangnya tak kunjung memberikan jawaban
"Haha kalo kenal kenapa emang?" bukannya memberi jawaban dengan benar Gilang malah balik bertanya kepada Berry. Berry mendengus kesal mendengar ucapan Gilang. Karna bukan hal itu yang ingin Berry dengar.
"Bang ihh jawab dulu" ucap Berry dengan nada terdengar sedikit kesal. Gilang malah terkekeh melihat kelakuan Berry. "Abang gak kenal, tadi cuman mau nanya adek abang yang cantik ini kira-kira udah pulang atau belum" jelas Gilang sambil mengusap-ngusap bagian atas kepala Berry dengan telapak tangannya.
Berry masih belum dapat percaya akan penjelasan Gilang, apalagi tadi kedua matanya menangkap dengan jelas kalo Gilang itu terlihat sangat akrab. Benar-benar seperti dua orang insan yang sudah saling mengenal dalam waktu yang lama. "Serius? Tapi kok kelihatan kayak akrab banget gitu ngobrolnya?"
"Abang kan orangnya friendly banget, jadi wajar kalo kelihatan akrab begitu haha" jawab Gilang yang disertai candaan. Berry memutar matanya malas sambil sedikit menganggukkan kepala pura-pura memahami, sedang Vita hanya terkekeh melihat kelakuan abangnya Berry. Gilang memang memiliki kadar ke-pd-an yang sangat tinggi.
Berry teringat akan satu hal. Kenapa abangnya yang menjemput? Bukankah dia seharusnya masih di luar kota dan seharusnya juga baru kembali lusa depan.
"Abang kok bisa disini? Bukannya seharusnya masih di luar kota?" Berry pun menyuarakan pikirannya.
"Urusan abang ternyata kelar lebih cepat dari waktu yang dijadwalkan, jadi sekarang abang bisa jemput kamu yang sudah meninggalkan rumah selama tiga hari tanpa minta izin dulu ke abang" ucap Gilang sambil menyentil pelan kening Berry. Berry hanya membalas dengan menggaruk bagian kepalanya yang entah benar gatal atau tidak. "Hehe".
"Hmm Ber gue balik duluan ya, nyokap udah jemput" pamit Vita yang akhirnya juga ia membuka suara setelah bermenit-menit hanya menjadi pendengar yang baik nan budiman.
--verschillend--
"Baang" panggil Berry dengan wajah yang masih mengarah ke televisi di hadapannya. Berry dan Gilang saat ini sedang menghabiskan waktu bersama di minggu malam dengan menonton film miracle in sel no. 7. Sebenarnya mereka berdua sudah pernah menonton film ini tapi entah karna ada angin apa yang merasukinya hingga mereka memutuskan untuk menontonnya kembali.
Gilang menoleh kepada Berry. Ia meneliti setiap sudut wajah dan ekspresi yang ditunjukkan Berry tapi ia sama sekali tidak dapat membacanya. Berry memang terkadang sangat pintar menjaga ekspresi.
"Kenapa?" tanya Gilang selembut mungkin.
"Berry kangen ayah sama bunda Bang" jawab Berry tanpa menoleh kepada Gilang. Raut wajahnya ia usahakan sedatar mungkin. Ia tidak ingin membuat Gilang jadi ikut bersedih karna dirinya.
"Ayah bunda udah bahagia di sisi Tuhan Ber, meski mereka gak ada disamping kita tapi kamu harus yakin pada diri kamu kalo dia ada dekat kamu lebih tepatnya ada di hati kamu " ucap Gilang sambil mengusap lembut kepala Berry. "Tugas kita sekarang hanya tinggal mendo'akan mereka" tambahnya sambil menampilkan senyum tulus yang jika diteliti sedetail mungkin maka akan terlihat jika ada gurat keterpaksaan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Verschillend
Teen FictionAndai ini adalah sebuah novel maka akan ku beri judul "Verschillend" (Belanda = Perbedaan). Mau tau karna apa? Karna ini adalah kisah antara aku dan kau yang sangat berbeda. Jika aku perempuan maka kau lelaki Jika aku periang maka kau pendiam Jika a...