Izin Bunda

6.7K 944 46
                                    

"Di anter siapa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di anter siapa?

(Namakamu) membelalakan matanya terkejut ketika membuka pintu karena sosok laki - laki yang berdiri di belakangnya. Dengan panik ia mengusap dadanya pelan, "Ga usah nganggetin bisa ga?" Protes (Namakamu) kepada laki - laki yang lebih tua lima tahun darinya itu.

"Di anter siapa (Namakamu)..?"

"Manusia," jawab (Namakamu) seraya melepas sepatu abu - abunya.

"Cowo kan? Siapa?" Laki - laki itu terus menghujaninya dengan pertanyaan.

"Kakak senior. Ga usah kepo deh Bang." (Namakamu) berjalan menuju dapur meninggalkan Abangnya yang kini mengikutinya menuju dapur.

"Parah, mainnya sekarang sama senior. Ganteng ga?"

(Namakamu) menghabiskan tegukan terakhirnya sebelum meletakkan gelas yang tadi ia gunakan untuk minum dan menatap Abangnya malas.

"Udah ah, Adek capek." (Namakamu) mengabaikan pertanyaan itu karena sejujurnya ia salah tingkah.

"Bundaaaa, (Namakamu) udah main cowo - cowo an nih Buund," teriakan bariton menggema di sekeliling rumah.

"OJAN BISA DIEM GA?" Teriak (Namakamu) kesal karena perbuatan Fauzan, abangnya.

"Wah, ga sopan ya sekarang panggil panggil nama. Bilang Bunda nih biar uang jajan Adek di potong," ucap Fauzan mengancam yang membuat (Namakamu) semakin menatapnya malas.

"Bodo amat. Adek ga peduli," ucap (Namakamu) meninggalkan Fauzan sendirian di dapur.

"Abang mau masak indomie rebus, mau ga?" Seru Fauzan sedikit berteriak karena (Namakamu) sudah menaiki tangga menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.

"Anterin ke kamar, banyakin cabe rawit, kuning telor nya setengah mateng," teriak (Namakamu) kemudian masuk ke kamarnya untuk mengganti baju.

Fauzan yang sedang mengisi panci dengan air hanya terkekeh pelan. Nama lengkapnya Fauzan Suryana, namun keluarga serta teman - temannya lebih sering memanggil Ojan, lebih mudah disebut, begitu kata mereka. Umur ia dan adiknya berbeda lima tahun, ia 23 tahun, sedangkan (Namakamu) 18 tahun. Namun tetap, sifat anak lima tahun mereka sering sekali muncul saat mereka berada di rumah.

Namun bagaimanapun, Fauzan sangat menyayangi adiknya itu. Pun sebaliknya.

"Pedes banget ini Bang, Abang kasih merica bubuk ya?" (Namakamu) meneguk air dingin nya karena mulutnya terasa terbakar saat memakan mie rebus buatan Fauzan.

"Kan Abang buat sesuai request. Tinggal makan aja, ga usah protes," ucap Fauzan yang asyik sendiri dengan semangkuk mie di tangannya.

"Ngeselin dasar." (Namakamu) mendengus kesal saat melihat Fauzan yang santai saja sementara dirinya kepedasan.

(Namakamu) mengurungkan niatnya untuk turun ke bawah mengambil air minum saat handphone nya berdering. Senyum (Namakamu) mengembang saat mengetahui siapa yang menelfonnya. Iqbaal.

PemilikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang