Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dek, bangun sayang. Ada yang cari kamu tuh."
(Namakamu) yang merasakan tubuhnya di goyangkan lantas membuaka mata dan mendapati sang Bunda yang duduk di pinggir kasurnya.
"Kenapa Bund?" Tanya (Namakamu) dengan suara khas orang bangun tidur.
"Ada yang cari kamu diluar, cepet temuin. Cuci muka dulu," ucap Fitri memberitahu bahwa ada tamu untuk (Namakamu).
(Namakamu) hanya mengangguk. Ia menggeliatkan badannya ke samping bermaksud merenggangkan tubuh. Sayangnya gadis itu lupa bahwa ia memiliki memar yang belum sembuh.
"AAAW." (Namakamu) menjerit kuat saat perutnya terasa sakit.
"Udah tau memar, malah geliat geliat kamu," tegur Fitri.
"Adek lupa Bund. Sakiiit," ringis (Namakamu).
"Hari ini mending kamu nggak usah kuliah dulu. Bunda takut nanti kamu malah susah gerak," ucap Fitri.
"Iya Bund."
"Yaudah, sekarang kamu cuci muka terus temuin tamunya. Kasian udah nunggu dari tadi."
Fitri hanya tersenyum penuh arti, "Makanya cepet ke bawah."
○
"Kak Iqbaal.."
Iqbaal yang sedari tadi duduk di sofa lantas berdiri saat (Namakamu) datang menghampirinya.
"Maaf Kak lama nunggunya," ucap (Namakamu).
"Nggak apa - apa," jawab Iqbaal tersenyum.
"Duduk Kak. Oh iya, mau minum apa?" Tanya (Namakamu) menawarkan.
"Nggak usah. Aku nggak lama, masih harus ke kampus," tolak Iqbaal halus.
(Namakamu) hanya mengangguk paham, ia kemudian duduk di sofa yang bersebrangan dengan Iqbaal.
"Ada apa Kak? Tumben ke rumah sepagi ini?" (Namakamu) membuka obrolan dengan menanyakan tujuan Iqbaal datang kerumahnya di pagi ini.
Bukannya menjawab pertanyaan (Namakamu), Iqbaal justru merogoh tas jinjingnya dan mengeluarkan satu buah botol pipih dari dalamnya.
"Aku mau obatin memar kamu. Tapi rasanya nggak sopan kalau aku harus pegang perut kamu. Jadi, aku cuma bisa kasih obatnya, kamu bisa minta tolong Bunda atau Abang kamu," ucap Iqbaal menyerahkan botol tadi ke hadapan (Namakamu).
(Namakamu) mengambil botol tersebut dan mengamatinya dengan heran. Bagaimana Iqbaal bisa tahu jika ia mempunyai luka memar?