Chapter 4 - Kelebihan dan Kekurangan

2.1K 185 12
                                    

Terkadang, kaya harta tidak menjamin kamu hidup bahagia. Justru hanya dengan kehangatan yang sederhana, mampu membuat hidup lebih berarti.

•••••

Karena tidak ingin ketahuan sudah mengikuti Sinar sejauh ini, akhirnya Genta memutuskan untuk cepat-cepat mengemudikan mobilnya untuk meninggalkan posisi. Sekalipun Sinar tidak bisa melihat, setidaknya jika Genta ceroboh mengeluarkan suaranya, bisa saja dengan mudah Sinar akan tahu kalau sudah diikuti oleh cowok itu.

Sementara itu, Sinar yang baru saja menginjakkan kakinya di depan pintu panti, lalu memberi salam dengan berteriak, langsung mendapat pelukan hangat dari beberapa anak tunanetra yang tengah bermain di ruang tamu. Bahkan, ada salah satu anak laki-laki berusia lima tahun yang sampai terjatuh karena begitu antusias setiap kali Sinar datang mengunjungi panti. Dengan cepat, ibu Ruri selaku pemilik panti membantu anak laki-laki itu untuk berdiri sehingga bisa kembali berlari menghampiri Sinar.

"Hai kalian. Lagi apa sore-sore begini?" tanya Sinar kepada anak-anak itu.

"Kita cuma lagi main kayak biasa aja, Kak. Kakak main yuk, sama kita," jawab salah seorang anak perempuan bernama Cika yang harus mengalami kebutaan sejak lahir.

"Itu Cika, ya?" tanya Sinar untuk memastikan.

"Iya, Kak. Ini Cika yang ngomong. Ayuk ka, main sama Cika," sahut anak itu begitu semangat.

"Kak Sinar main sama aku aja. Aku baru belajar lagu baru, Kak. Kakak harus denger," seru anak yang lainnya. Dia anak laki-laki berusia sekitar tujuh tahun.

"Pasti itu Ridho. Pemain piano cilik kebanggaan kakak," balas Sinar memuji dengan senyum yang membuat lainnya juga ikut tersenyum.

"Sama aku aja, Kak. Aku mau tunjukin gambar baru aku ke kak Sinar." Sekarang giliran anak perempuan berusia lima tahun yang tidak ingin kalah juga ingin menunjukkan sesuatu ke Sinar.

"Iya, Difa sayang," kata Sinar. Meskipun bukan dengan cara melihat sehingga bisa menilai gambar yang dimaksud oleh Difa, setidaknya Sinar bisa memberi beberapa pertanyaan ke anak itu tentang apa yang ia gambar. Karena hanya dengan sedikit respon yang bisa Sinar lakukan, bisa membuat Difa ingin terus menggambar.

Sinar bukan orang yang berlimpah kekayaan sehingga bisa memberikan anak-anak tunanetra ini benda-benda atau hal yang bisa menunjang kebutuhan mereka. Akan tetapi, perhatian, semangat, dan hadirnya Sinar di tengah-tengah mereka, sangat bisa membuat masing-masing dari mereka merasa kalau hidup perlu berjalan seperti biasa. Banyak hal yang masih bisa dilakukan oleh mereka yang tidak bisa melihat indahnya dunia ini.

"Eh, anak-anak. Kak Sinarnya baru sampai, masa sudah mau diajak main. Biarkan kak Sinar istirahat dulu, ya. Kalian teruskan saja kegiatan kalian dulu," ujar bu Ruri berusaha menenangkan sedikit keriuhan anak-anak itu.

"Iya. Kalian main dulu ya, sama mbak Eka dan mba Fifi. Nanti kak Sinar pasti main sama kalian. Kakak mau ngobrol sebentar sama bu Ruri. Oke?"

"Oke deh, Kak," jawab anak-anak itu secara serempak. Lantas dua orang gadis yang lebih tua lima tahun dari Sinar itu membantu pergerakan mereka. Selain bu Ruri, memang ada mbak Eka dan mbak Fifi yang membantu kegiatan anak-anak di panti.

"Ayo, Sinar. Ikut ibu," ajak bu Ruri yang kemudian menghampiri Sinar untuk membantunya berjalan ke taman belakang panti. Mereka mengobrol seperti biasanya.

"Kata nenek kamu, kamu sedang ikut beasiswa di universitas Pratama?"

"Iya, bu. Masih panjang sih, prosesnya. Tapi Sinar akan ikutin semua proses itu agar Sinar bisa kuliah di sana," jawab Sinar.

My Blind Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang