Chapter 25 - Peduli

1.3K 127 2
                                    

Jika suka dan duka mengetuk ke dalan hidupmu, mana yang kamu izinkan untuk masuk? Pastinya semua orang menginginkan suka. Namun, ketahuilah. Kamu harus melapangkan hati untuk membiarkan duka yang datang ke hidupmu. Karena di akhir nanti, akan ada suka yang berlipat ganda yang tidak pernah kamu bayangkan untuk menggantikan duka itu.

•••••


Ketika sampai di ruang tunggu rumah sakit yang sebelumnya sudah diberitahukan oleh papanya, perasaan Sinar semakin memburuk. Pasalnya selama perjalanan menuju rumah sakit, Sinar sangat terlihat gelisah.

Tidak peduli dengan apa yang sudah dilakukan orang tuanya terdahulu, Sinar tetap menyayangi mereka. Karena Sinar masih beruntung bahwa ternyata orang tuanya masih bernapas. Jika ingin pun Sinar masih bisa memeluk keduanya.

Dan sejujurnya Sinar sangat merindukan kedua orang tuanya itu.

Sudah ada nenek Mira yang menunggu bersama Hadi. Termasuk Sinar yang datang tidak sendirian. Genta menemani gadis itu.

"Pa ...," sebut Sinar agar pria itu menghampirinya.

"Papa di sini, Sinar." Dengan cepat Hadi beringsut ke hadapan putrinya. Mata pria itu sudah memerah akibat menangis karena istrinya yang sedang bertarung untuk hidup di dalam ruangan icu.

"Gimana keadaan mama, Pa?" tanya Sinar. Ia belum menangis, tetapi siap mengeluarkan airmatanya kapanpun jika sudah tidak bisa ditahan lagi.

"Mama kamu masih kritis, Sinar. Kondisinya semakin lemah," jawab Hadi dengan lidah yang terasa berat.

Sinar diam seraya meneguk salivanya lantaran sangat takut akan kondisi mamanya di dalam sana. Sinar sangat ingin menemui dan meneluk wanita yang sudah melahirkannya itu.

"Pa ...."

"Ya, sayang."

"Kalau mama mendapatkan donor ginjal, apa bisa mama sembuh?"

Semua yang ada di sini sekarang seketika membulatkan mata bersamaan. Apalagi nenek Mira yang tahu betul kemana arah tujuan dari pertanyaan Sinar. Berbeda dengan Genta yang masih mencerna masalah ini baik-baik. Sebab sedikitpun Sinar belum menceritakan apapun tentang kejadian di panti kala itu padanya.

"Meskipun apa yang kamu tanyakan benar adanya, papa tidak setuju, Sinar. Ini juga yang mau papa jelaskan ke kamu malam itu. Kedatangan papa ke panti kemarin, nggak ada sama sekali di benak papa untuk meminta kamu mendonorkan ginjal untuk mama," ucap Hadi berusaha meyakinkan Sinar. Bersamaan dengan kalimat terakhir, Genta diam-diam terkejut dan baru tahu inti dari masalah yang Sinar hadapi.

"Papa hanya ingin menyampaikan pesan mama kamu. Dia sangat ingin bertemu kamu untuk meminta maaf selagi sempat. Papa tidak tahu lagi harus bagaimana, Sinar. Papa sudah pernah bawa mama kamu keluar negeri. Hanya sementara mama kamu sembuh. Tapi setelahnya mama kamu kembali seperti semula. Dan semakin parah." Pria itu memijat pangkal hidungnya. Menahan airmata di kelopak matanya yang akan turun sebentar lagi.

Tangan Sinar yang tidak sedang memegang tongkat, terkepal cukup kuat. Ia sedang menahan untuk tidak menangis sedikitpun. Sinar harus membuktikan kepada semua yang ada di dekatnya ini kalau ia sangat yakin dan akan baik-baik saja jika mengatakan kalimat ini.

"Sinar akan mendonorkan ginjal Sinar untuk mama."

Tentu saja semuanya terkejut. Nenek Mira ataupun Genta sama-sama tidak akan menerima begitu saja jika Sinar melakukan hal membahayakan itu.

"Enggak, Sinar. Kamu nggak boleh melakukan itu. Nenek nggak mau terjadi apa-apa sama kamu. Sudah cukup kamu menderita selama ini. Nenek nggak setuju pokoknya. Meskipun kamu bisa memaafkan kedua orang tua kamu, kamu tetap tidak boleh memberikan ginjal kamu begitu saja," ucap nenek Mira menolak dengan kuat apa yang dikatakan Sinar. Wanita itu sudah berlinang mata tepat ketika Sinar mengutarakan keinginannya baru saja.

My Blind Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang