Chapter 24 - Perubahan Sikap

1.5K 129 2
                                    

Ungkapkanlah segera apa yang kamu rasakan padanya. Sebelum semuanya terlambat sehingga takkan ada waktu lagi untukmu bisa bertatap wajah dengannya.

•••••

Pagi ini ketika Sinar membuka matanya, semangat yang tidak pernah luntur itu menyurut sedikit dari biasanya. Harinya sekarang tidak seperti sebelumnya yang bisa dibilang baik-baik saja. Hidup Sinar sudah penuh dengan masalah sekarang.

Meski begitu, hati kecil Sinar selalu meyakinkan kalau semua masalah ini akan berujung kebahagiaan untuk hidupnya. Sinar tahu bahwa Tuhan menyayanginya sehingga kini ia harus melewati beberapa ujian sebelum Tuhan memberikannya hasil yang setimpal.

Toh, tidak ada hanya Sinar yang memiliki masalah. Bisa dipastikan setiap orang di luar sana juga memiliki masalahnya masing-masing. Atau bahkan ada yang lebih berat dari yang dihadapi Sinar sekarang.

Jadi, setelah merenungkan itu semua secara singkat, semangat Sinar kembali utuh. Menjalani kehidupan yang gelap selama bertahun-tahun saja sudah Sinar lewati sampai sekarang. Dan hasilnya adalah seorang Sinar yang tegar nan pandai bersyukur. Berarti kalau saja Sinar bisa menyelesaikan satu per satu masalahnya ini, bisa jadi akan ada hal baik lainnya yang menghampiri hidup Sinar.

Gadis itu bergegas dari ranjangnya. Tidak banyak hal yang Sinar lakukan setiap paginya sebelum melakukan aktivitas. Ia hanya menguncir satu rambutnya atau kadang membiarkan rambut itu terurai. Tidak ada sedikitpun riasan di wajahnya. Sinar hanya selalu membiasakan air wudhu yang menjadi pelembab wajahnya.

Kalau semua yang dilakukan Sinar tiap pagi sudah biasa, kali ini berbeda. Sebelum keluar dari kamarnya,  Sinar menyempatkan waktu sebentar untuk duduk di kursi piano barunya.

Tangannya menyentuh lembut penutup tuts yang sengaja belum dibukanya. Sinar sedang tidak ingin memainkan piano, melainkan Sinar hanya masih tidak percaya dengan pemberian benda ini padanya.

"Kenapa mas Genta ngasih aku piano? Ini pasti harganya mahal," gumamnya seorang diri sambil memikirkan jawaban yang tepat atas rasa penasarannya ini.

Sentuhan tangan Sinar tadi bergeser pelan-pelan sampai ke ujung sisi lainnya. Pada dasarnya piano itu sama. Hanya saja Sinar merasa kalau piano ini berbeda. Sinar sangat penasaran dengan bentuk benda ini seperti apa.

"Aku harus ketemu mas Genta. Tapi gimana caranya?"

Ya, bagaimana caranya?

Ponsel Sinar hanya menyimpan tiga kontak pentik saja. Andin, Bu Ruri, dan nomor telepon rumahnya. Jika Sinar ingin menghubungi salah satu dari mereka, tentu sangat mudah karena Sinar sudah sangt hafal bagaimana cara mengutak-atik ponsel sederhananya kalau sekadar untuk menghubungi ketiga orang tersebut.

Sedangkan lainnya, Sinar hanya perlu menunggu telepon dari orang-orang yang berkepentingan padanya.

Nah, lantas bagaimana Sinar ingin menemui Genta?

Kalaupun Sinar mencari cowok itu di kampus, kedua mata Sinar tidak bisa beredar ke penjuru kampus untuk menemukan Genta. Sinar tidak bisa dengan mudah mencari seseorang yang ingin ia temui dengan cara mencari orang normal pada umumnya.

Jadi, Sinar harus bagaimana sekarang? Ia harus sangat bertemu dengan Genta untuk menyelesaikan perdebatan kemarin. Sinar menyesal akan sikapnya itu.

Tunggu! Sinar baru mengingat sesuatu bahwa Genta mengambil jurusan komunikasi. Jadi mungkin dengan Sinar mencari letak pasti gedung itu, Sinar bisa bertanya pada beberapa orang yang siapa tahu mengenal Genta.

Segera Sinar menghampiri tas bahu yang ia gantung di samping lemari pakaiannya. Sinar beranjak dari kamarnya dan hendak menuju kampus.

Namun, baru saja Sinar menutup pintu kamar, ponselnya bergetar.

My Blind Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang