Chapter 7 - Dimulai karena Hujan

1.9K 183 12
                                    

Salahkah jika makhluk tidak sempurna sepertiku memiliki perasaan yang sempurna untuk seseorang sepertimu?

Sinar Meydina

••••••


"Makasih ya, mas Genta. Karena tawaran dari mas Genta ini, saya jadi nggak perlu nunggu kelamaan di halte," ucap Sinar sudah berada di dalam mobil Genta.

"Hm."

"Sebenernya sih, rumah saya nggak begitu jauh dari sini. Biasanya saya juga suka jalan kaki kalo cuaca lagi bagus. Kadang-kadang doang naik ojek kalo lagi lumayan capek," cerocos Sinar yang rasanya sangat tidak penting untuk Genta dengar.

"Kalo mas Genta, pasti nggak pernah jalan kaki dengan jarak yang jauh, ya? Mas Genta kan punya mobil buat pergi-pergi gitu." Genta mulai merasa bising dengan kalimat Sinar yang semakin ngawur ini.  "Eh, tapi mas. Jalan kaki itu bagus lho, buat kesehatan. Berasanya sih, bukan sekarang. Nanti kalo udah tua baru dapet banget manfaatnya," lanjut Sinar berceloteh ria.

Secara tiba-tiba, Genta menghentikan mobilnya dengan mengijak rem cukup kuat.

"Lho, kok berhenti mas? Ada apa emang?" tanya Sinar menjadi bingung sendiri.

"Macet. Ada perbaikan jalan," jawab Genta singkat.

"Oh, pantes." Suara Sinar yang meninggi membuat Genta sontak menoleh ke gadis di sebelahnya itu.

"Pantes kenapa?" tanya Genta dengan kening berkerut.

"Pas tadi saya berangkat, jalanan ini kayak ramai orang gitu. Saya pikir mah, cuma jalanannya aja ramai. Eh, ternyata ada perbaikan jalan, toh."

Sebegitu cerewet kah gadis ini?

Genta memang tidak mempunyai hak untuk melarang orang berbicara, tetapi rasanya sebentar lagi ia akan menurunkan Sinar di jalan begitu saja. Bella, pacarnya memang terbilang gadis yang tidak suka diam. Namun, sekarang ada yang melebihi Bella dalam hal berbicara. Sinar menjadi juaranya.

"Oiya, gimana keadaan mas Genta sekarang? Mas Genta nggak masuk angin kan, karena harus tidur di taman kayak semalam? Terus mas Genta baca pesan yang saya tulis di kertas nggak?"

Dan sekarang Genta baru mengingat benar kejadian semalam. Kalau Sinar tidak membahasnya, mungkin Genta sudah menganggap kejadian semalam hanyalan angin lalu.

Sebelum menjawab, Genta mencengkram setir dengan kuat. Cowok itu mulai gemas bercampur kesal dengan apa yang dilakukan Sinar semalam.

"Ngapain lo bawa gue ke taman dan ninggalin gue sendiri di sana? Dan lagi." Genta perlu mengatur napasnya agar tidak mengeluarkan lahar emosi yang sekarang sedang menggumpal perlahan di dalam dirinya. "Kenapa tiba-tiba mobil gue bisa ada di taman?"

"Oh, soal itu." Karena Sinar tidak bisa melihat ekspresi Genta sekarang, justru gadis itu tampak biasa saja ketika menjawab. Bahkan, bisa dibilang cara bicara Sinar sekarang kelewat semringah. "Saya minta bantuan bapak keamanan buat bawain mobil mas Genta ke taman. Katanya si bapak itu, mas Genta nggak boleh parkir sembarangan. Mas Genta inget nggak sih, kejadian semalam? Mas Genta tiba-tiba pingsan lho. Saya aja kaget. Tapi saya ...."

Sontak Genta membungkam mulut Sinar dengan telapak tangannya yang besar. Telinganya sudah sangat panas kalau harus dipaksa mendengar ucapan Sinar yang terlalu panjang dan tidak ada jeda sama sekali.

"Kok mulut saya ditutup, Mas." Seharusnya kalimat itu yang terdengar jika Genta tidak menutup mulut Sinar. Sayangnya yang terdengar hanyalan gumaman yang sangat tidak jelas karena Genta cukup lama meletakkan tangannya di depan bibir Sinar.

My Blind Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang