Chapter 23 - Hadiah Ulang Tahun

1.4K 127 3
                                    

Mulai sekarang dan seterusnya, aku akan menjadi kedua mata untukmu.

Gentara Ferdinand

Dengan segala kekurangan yang aku punya, aku akan terus berusaha agar selalu membuat perasaanmu damai.

Sinar Meydina

•••••


Jadi begini kronologisnya.

Setelah perdebatan di pesta ulang tahun Genta semalam, Bella cukup berpikir keras tentang perasaan Genta untuk Sinar. Meskipun Bella meyakini hal itu, tetap saja Bella perlu pengakuan langsung dari Genta.

Sampai di rumahnya, Bella langsung menghubungi ponsel Genta. Beberapa kali Bella mencobanya, tidak ada jawaban sama sekali dari kekasihnya itu. Pertama-tama tidak diangkat. Lalu berikut dan seterusnya ponsel Genta tidak aktif.

Tidak berhenti di situ saja, Bella terus mencoba menghubungi Genta untuk meminta bertemu dan berbicara dengan kepala dingin. Tidak seperti tadi malam yang sepertinya ia sendiri pun telah dikalahkan dengan emosinya. Jadi Bella mencoba menelepon Genta lagi di pagi hari.

Masih sama, tidak ada jawaban dari Genta. Lalu Bella mencoba menelepon Bary yang mungkin saja sedang bersama Genta. Bary mengangkat panggilan Bella. Entah sengaja atau hanya keceplosan, Bary langsung menjawab pertanyaan Bella tentang keberadaan Genta.

Maka terjadilah adegan yang tidak diinginkan itu. Bella sampai di depan pintu ruangan piano tepat ketika Genta memeluk Sinar. Jadi tidak ada obrolan di antara kedua orang itu yang sama sekali di dengar Bella. Namun, tetap saja Bella merasa marah seketika dengan pemandangan yang sangat menganggu perasaannya tersebut.

Genta berhasil menyusul Bella di koridor, masih di depan ruang musik. Bella sudah terisak. Dan jujur saja Genta merasa sangat bersalah dengan tangisan gadis itu.

"Bell, kita perlu bicara. Aku akan jelasin semuanya," ujar Genta cepat sebelum Bella berubah pikiran lagi untuk melanjutkan langkahnya yang sempat tertahan olehnya.

"Dugaan aku benar. Kamu suka sama Sinar. Aku pikir nggak akan sesakit ini. Tapi ternyata aku nggak bisa, Nta," kata Bella terus membiarkan saja airmatanya yang berderai.

"Dugaan kamu memang benar, Bell. Tapi aku akan omongin hal itu secara baik-baik ke kamu. Aku tetap nggak mau nyakitin kamu. Biar gimanapun kamu gadis yang baik buat aku," balas Genta.

"Kamu udah nyakitin aku, Nta. Dan kita emang perlu bicara." Bella menghela napasnya perlahan guna menenangkan dadanya yang sesak. "Tapi nggak sekarang. Aku perlu waktu." Bella kemudian melenggang pergi.

Cowok itu memijat pangkal hidungnya. Ia merasa bersalah. Tetapi Genta hanya diam dan membiarkan Bella pergi untuk menenangkan dirinya. Genta bertekad akan secepatnya menemui Bella dan mengungkapkan semua perasaannya untuk Sinar secara jelas.

Akhirnya Genta kembali saja ke ruang piano untuk menemui Sinar. Ia juga yakin kalau gadis itu tampak ketakutan dengan datangnya Bella yang tiba-tiba tadi. Jadi Genta juga perlu menenangkan Sinar sekarang.

Dari adanya langkah kaki yang mendekat, Sinar tahu kalau cowok itu sudah kembali. Sinar segera bangkit dari kursi piano. "Mas Genta, gimana mbak Bella? Pasti mbak Bella marah, kan? Mas Genta udah jelasin apa ke mbak Bella? Nggak ada salah paham kan, di antara kalian? Hubungan kalian baik-baik aja, kan?" tanya Sinar seraya ketakutan yang terdengar jelas dari nada bicaranya.

Genta tidak langsung menjawab. Pertanyaan Sinar sungguh banyak dan justru jadi membingungkannya.

"Mas Genta kok, diem? Mas Genta tolong jawab, dong. Saya takut mbak Bella marah."

My Blind Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang