Chapter 12 - Mengaku

1.6K 155 4
                                    

Paras indah bisa ditemukan dimana saja. Namun, yang membuat kamu berbeda adalah diri kamu sendiri. Dan perbedaan itu sama seperti sebuah keindahan.

Gentara Ferdinand

•••••


Genta seperti memiliki dua sisi berbeda. Kalau satu sisinya sangat bersikeras untuk tidak mempedulikan gadis itu, tetapi sisi lainnya justru lebih kuat ingin sekali menemukannya. Dua sisi tersebut seolah saling tarik menarik untuk mendominasi perasaan Genta seluruhnya nanti harus bagaimana.

Setelah meninggalkan ruangan Broto tadi, langkah kaki Genta membawanya berkeliling gedung kampus. Menuju sebuah tempat yang ia sendiri tidak tahu harus kemana. Perasaannya menjadi bingung tak beralasan.

"Woi, Nta!" seru Bary sambil menepuk bahu Genta dari arah belakang. Yang ditepuk menghentikan langkahnya, tetapi sama sekali tidak menunjukkan keterkejutan dan tetap mengedarkan pandangannya ke sekitar.

"Tumben dateng sepagi ini? Biasanya nunggu matahari di atas kepala dulu baru ada di kampus," tanya Bary penasaran.

Genta tidak menjawab. Ia masih sibuk dengan pencariannya yang terarah semakin jauh entah kemana. Dan pergerakan itu disadari oleh Niko yang sesaat menilik arah pandang Genta.

"Lo lagi nyariin orang, Nta? Siapa?" tanya Niko.

"Nggak nyari siapa-siapa," jawab sisi Genta yang satu. Sedangkan di sisinya yang lain justru menjawab sebaliknya.

"Nggak nyari siapa-siapa tapi mata lo kemana-mana kayak nyariin kambing ilang," celetuk Bary setengah mencibir.

Genta kemudian melanjutkan kembali langkahnya yang sempat berhenti karena dua temannya itu.

"Nyariin Bella, Nta?" tanya Niko lagi.

"Bukan."

"Eh, Nta. Minggu ini kita lagi dong, yang nemenin Bella keluar negeri kayak kemaren. Seru abis, Nta! Mana si Bellanya juga asik gila! Royal banget dia jadi cewek, Nta," ujar Bary yang seketika menghebohkan suasana.

"Gue rasa minggu ini Bella nggak bakal keluar negeri," ucap Niko menanggapi celoteh Bary.

"Lah? Kenapa emang? Sok tau lo! Pacarnya aja nggak komentar apa-apa," balas Bary seraya memajukan wajahnya dengan tengil.

"Dih! Lo lupa kalo minggu ini ada hari spesial bos besar kita, hah?" Niko seperti memberikan kode yang sama sekali tidak dimengerti Bary.

"Hari spesial?" gumam Bary menggaruk belakang kepalanya merasa bingung.

Di sela-sela obrolan dua orang itu, Genta masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Lantas tiba-tiba saja cowok itu berlari meninggalkan dua temannya. Genta seperti baru teringat sebuah tempat yang seharusnya ia datangi daritadi sehingga tidak perlu berkeliling kampus hanya untuk mencari gadis itu.

"Jaaah! Yang diomongin malah kabur gitu aja," gerutu Bary sambil menatap kepergian Genta yang semakin jauh karena cowok itu berlari cukup kencang.

Genta sampai di depan pintu ruang musik yang terbuka. Ia perlu mengatur napasnya sebentar sambil mengedarkan pandangan ke seisi ruangan kosong di depannya. Lalu ada suara alunan musik piano yang Genta dengar secara samar. Asalnya dari salah satu pintu di dalam ruang musik.

Cowok itu kemudian melangkah masuk dan menuju salah satu pintu di ruangan itu. Pelan-pelan Genta menekan engsel pintu lantaran tidak ingin sampai orang di dalam sana mengetahui kedatangannya. Dari celah kecil yang tersedia, Genta memperhatikan Sinar yang tengah asyik bermain piano seorang diri. Musik yang sedang Sinar mainkan sekarang berbeda dari yang pernah Genta dengar sebelumnya ketika di sanggar kala itu.

My Blind Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang