Chapter 5 - Wajah Genta

1.8K 195 9
                                    

Aneh bagiku ketika jantung ini berdebar saat berada di dekatmu. Karena ini pertama kalinya dalam hidupku.

Sinar Meydina

•••••

Padahal sebelumnya Sinar sudah sangat memastikan kalau tidak ada kendaraan yang akan melintas dalam beberapa detik ke depan sampai setidaknya Sinar bisa  menyebrangi jalan. Meskipun tidak bisa melihat, tetapi Sinar dikaruniai pendengaran yang cukup bagus. Sinar sudah lebih dulu meyakinkan diri kalau tidak ada kendaraan yang mendekat ketika ia tengah berjalan.

Namun, kecepatan mobil Genta yang di atas rata-rata ternyata mampu mengelabui pendengaran Sinar tersebut. Untungnya Sinar masih dijaga selalu oleh Tuhan sehingga gadis itu bisa terhindar dari marabahaya untuk kedua kalinya dalam waktu yang dekat ini. Lagi-lagi Sinar harus bersyukur akan ini.

Dengan tergopoh-gopoh Genta keluar dari mobilnya. Cowok itu memandang ke arah Sinar dengan mata menyipit lantaran pening di kepalanya semakin mencuat. Sedangkan Sinar yang sudah mendengar suara pintu tertutup, Sinar tahu kalau ada orang yang keluar dari mobil dan hendak menghampirinya.

Kali ini Sinar tidak merasa bersalah karena perhitungannya tadi sudah benar. Jadi Sinar sudah siap pasang badan jika saja akan ada omelan atau cacian yang keluar dari lidah orang di depannya ini.

"Lo lagi?!" tanya Genta dengan pelan tetapi suara itu terdengar seperti sedang menahan sebuah kemarahan.

Sinar mengernyit. Telinganya kembali mencocokkan suara cowok itu dengan orang yang sempat menabraknya juga kala itu. Termasuk orang yang membuatnya jatuh tersandung di kantin kampus.

"Mas, yang kemarin hampir nabrak saya juga, ya? Terus sama yang bikin saya jatoh di kantin kampus. Bener kan?" tebak Sinar masih dengan pandangan yang sama seperti biasanya. Ketika berbicara, kedua manik mata Sinar tidak bisa menatap tepat ke lawan bicaranya.

Genta sontak mendengus sambil menyeringai. "Apa kata lo? Lo panggil gue 'mas'?"

"Lho, emangnya ada yang salah, ya? Bukannya kalo saya panggil situ 'mbak',  justru itu yang salah?"

"Ah, udahlah terserah!" Genta mengibaskan tangannya di depan wajah sebagai ketidakpeduliannya dengan apa sebutan Sinar untuknya. "Lo, kenapa selalu suka banget hampir ditabrak mobil gue? Lo sengaja atau gimana, hah?" Sesekali Genta perlu menggelengkan kepalanya lantaran mengusir pening yang kian menghampiri.

"Mana ada orang yang mau ditabrak sama mobil. Saya juga masih mau hidup kali, mas. Mungkin cuma kebetulan atau kita jodoh?" ujar Sinar polos.

Seketika Genta melebarkan matanya sebentar karena ucapan Sinar yang langsung menggelitik perutnya. "Gue jodoh sama cewek buta kayak lo?" Dan Genta menyeringai penuh cemooh.

"Biarpun buta, saya kan juga tetep cewek, mas. Jadi nggak ada salahnya kalo ternyata kita emang jodoh. Ya kan?"

Genta semakin tidak mengerti dengan pemikiran gadis ini. Sepercaya diri itukah dia? Karena kalau gadis pada umumnya wajar saja bagi Genta jika mereka membanggakan kecantikan paras dan kemolekan tubuhnya. Tetapi sekarang justru gadis yang jauh dari dua hal itu, terlebih memiliki kekurangan yang nyata, malah sebegitu kekeh menganggap pertemuan tidak terduga dengan Genta ini adalah jodoh.

"Lebih baik gue jadi perjaka tua daripada jodoh sama cewek buta kayak lo!"

Berbeda dari sebelumnya ketika Sinar merasa terlalu biasa jika Genta menyebutnya 'buta'. Anehnya ucapan kedua ini membuat perasaannya tertohok begitu saja. Mungkin karena cara bicara Genta yang benar-benar kental, tegas, dan pasti. Bahkan, Sinar hampir saja menjatuhkan tongkat dari tangannya karena perasaannya cukup tersentak detik itu juga.

My Blind Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang