Chapter 22 - Genggaman dan Pelukan

1.4K 127 4
                                    

Kamu benar-benar ajaib. Kamu bisa mengubah yang mustahil menjadi sesuatu yang sekarang aku rasakan.

Gentara Ferdinand
Sinar Meydina

•••••


Tidak ada masalah seberat apapun yang menghalangi Sinar untuk tetap datang ke kampus. Apalagi jika pagi-pagi sekali sudah ada orang yang tiba-tiba menunggu di depan gerbang rumahnya untuk menjemputnya.

Tidak salah kan, jika Sinar begitu percaya dirinya kalau orang itu adalah Genta? Karena hanya cowok itu yang akhir-akhir ini tidak pernah jauh darinya. Sayangnya orang yang sekarang tengah berdiri tepat di depan gerbabg rumah itu membuat jalan Sinar terhalang.

"Permisi," sapa Bary dengan sangat ramah dan bersikap manis.

"Iya. Siapa, ya?" tanya Sinar sambil mengingat kembali suara yang memang jarang ia dengar. Pernah sekali, tetapi Sinar perlu meyakinkan dirinya lagi agar tidak salah orang.

"Lo Sinar, ya?"

Sinar mengangguk pelan. "Mas sendiri siapa, ya?"

"Gue Bary." Sambil menjulurkan tangannya hendak berjabat tangan. Namun, beberapa detik setelahnya Bary baru tersadar kalau tidak mungkin Sinar bisa melihat tangannya yang ingin disambut itu. Jadi Bary menarik lagi uluran tangannya. Beralih mengusap belakang kepalanya lantaran menjadi sedikit canggung.

"Mas Bary," ulang Sinar terdengar seperti pertanyaan tentang siapakah cowok ini.

"Gue temennya Genta. Kita pernah ketemu sekali pas lo jatoh di lorong kampus kemarin itu."

"Oh!" pekikan Sinar membuat Bary praktis melebarkan matanya dengan suara nyaring gadis ini. "Saya baru inget sekarang. Mas Bary temennya mas Genta. Ada apa, Mas? Kok, mas Bary tau rumah saya? Pasti dari mas Genta, ya?"

Bener kata Genta. Ini cewek mulutnya udah kayak keran bocor. Gerutu Bary dalam hati.

"Gue ke sini emang disuruh sama Genta." Sinar mengernyit bingung. "Gue di suruh jemput lo pagi-pagi dan bawa lo ke ruang piano. Genta udah nunggu di sana. Cepet yuk," ujar Bary yang kemudian menggiring Sinar dengan menarik lengannya pelan ke dalam mobil.

"Emangnya ada apa mas Genta nungguin saya di ruang piano?" tanya Sinar ketika sudah berada di dalam mobil. Ini mobilnya Genta yang sengaja dipakai Bary hanya untuk menjemput Sinar.

"Gue juga nggak tau." Bahu Bary tergidik. "Pagi-pagi banget itu anak udah gangguin tidur gue. Dia nelpon gue dan minta jemput lo. Dia ngasih alamat rumah lo lewat sms."

"Pagi-pagi banget? Ada apa, ya? Kayak ada yang penting. Tapi kenapa bukan mas Gentanya sendiri yang dateng nemuin saya. Kenapa malah nyuruh mas Bary? Kan, jadinya mas Bary kerepotan begini," cerocos Sinar seperti biasa. Yang baru ini diketahui oleh Bary sehingga cowok itu merutuk dalam hati.

"Tenang aja. Gue udah biasa kok, jadi ajudan setianyan Genta. Sekalian gue mau kenalan juga sama lo. Ternyata cewek kayak lo bisa juga berpengaruh buat cowok kayak Genta. Salut gue." Entah sadar atau tidak Bary mengucapkan hal itu. Karena sekarang Sinar sungguh tidak mengerti maksud Bary.

"Berpengaruh gimana, Mas? Terus maksudnya cewek kayak saya itu kayak gimana emang?"

"Heh?" Bary menggaruk belakang kepalanya lantaran menjadi kikuk. "Hehe, lupain aja, Nar. Anggap gue nggak ngomong apa-apa. Gue juga bingung tadi ngomong apaan," elak Bary.

"Oke deh. Saya lupain aja kalo gitu," balas Sinar sambil manggut-manggut.

"Btw, lo udah lama kenal sama Genta?"

My Blind Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang