T u m b u h

469 20 75
                                    

"FIGHTING HUNGRY~ DYNAMIC~ DEKKAI SONO YUME HUNTING~!!"

Yak. Hari libur kali ini mempersembahkan Chinen yang sedang ber-fanboy-ria menonton DVD konser bertajuk 'Apakah Kamu Bahagia?' milik om-om grup idola nasional bernama 'Badai'. Tak kalah brutal dengan wota-wotanya grup idola mbak-mbak, Chinen dengan suara high-pitchnya ikut menyanyikan lagu-lagu yang dibawakan oleh grup idolanya itu.

"I'M A VERY BAD BOY!"

"WAAAAARGH MAS SATOSHEEEEEEE KEREEEEEEEEEN!!!" Chinen dengan tidak santainya berteriak ketika biasnya yang bernama Satoshi Ohno keluar ke atas panggung menyanyikan lagu solo terbarunya. Si fanboy heboh ini terus-terusan berteriak tak jelas sampai ia mendengar nada dering iPhone Yamada yang tergeletak di atas meja ruang televisi, ruang dimana Chinen dengan tidak-tahu-malu-nya meneriaki layar kaca.

"Duh sapa sih telpon-telpon? Ganggu orang lagi seneng-seneng aja," gerutu Chinen sembari dengan agak kasar meraih iPhone Yamada. Ia hendak mengangkat telepon, namun terhenti ketika melihat nama kontak yang tertera di layar sentuh telepon pintar itu.

"YAMBEEEEEEEEEEB!!! MAMA TELPOOOOOOOON!!!!"

"Gausah bengok-bengok hih. Kecilin dulu suara tivinya," Yamada dengan masih menggunakan apron memunculkan diri dari dapur. Ia lalu mengambil iPhone dari Chinen yang kemudian mengambil remote control dan menghentikan sementara pemutaran DVDnya.

"Halo. Apa, Ma? Iya ini lagi libur dua bulan. Heh? Dua minggu? Mulai kapan? Minggu depan? Ooo nggih, nggih. Nggih, abis ini Ryo bilang Yuri. Oke, Ma. Jaga kesehatan, Ma," dan panggilan pun berakhir. Chinen yang sedari tadi hanya mendengar percakapan Yamada langsung bertanya ketika sambungan telepon sudah terputus.

"Kenapa Mas?"

"Dek, minggu depan kita disuruh nginep di vilanya Papa dua minggu," jawab Yamada yang lalu menghela napas panjang. Maklum, baru saja kemarin lusa ia kembali menapakkan kaki di Jepang.

"Aaargh! Packing lagi, packing lagi!"

✖✖✖

Yamada, terlepas dari kenyataan bahwa ia mengeluh ketika harus menata barang bawaannya, ia sangat menikmati ketika akhirnya ia menempati vila ayahnya. Vila itu saat ini sedang ditinggal penjaganya pulang kampung, yang karena itulah akhirnya Mama Yamada bertitah kepada anaknya untuk menjaga vila itu bersama pacarnya.

"Cuma~ kamu~ sayangku di dunia ini~"

Sambil menyenandungkan lagu-lagu favoritnya, Yamada yang memang suka bersih-bersih ini dengan semangat pagi mengelilingi vila, membersihkan apapun yang bisa ia bersihkan. Yamada berjalan menyusuri ruang demi ruang, lalu terhenti ketika melihat Chinen masih goleran di atas kasur kamar tidur utama, telanjang (tapi bagian bawah ketutupan selimut), dengan sisa-sisa jatah dari malam sebelumnya.

"Heh kebo. Tangi. Ayo bantuin Yama bersih-bersih," Yamada tanpa sungkan menyibak selimut Chinen, mengekspos pantat mulusnya.

"Bokongku periiiiih..." rintih Chinen sembari perlahan berubah posisi dari tengkurap menjadi telentang.

"Halah alasan," celetuk Yamada yang seketika membuat Chinen terpelatuque.

"ALASAN, ALASAN! GARA-GARA SIAPA BOKONGKU PERIH HA?! MAU KUTUSBOL DIRIMU BIAR TAU RASA PERIHNYA?!"

"Oke. Sori," Yamada yang dibleyer Chinen langsung angkat tangan lalu mundur teratur, sedikit menjauh dari macan tidur yang baru saja ia paksa untuk bangun, sementara Chinen si macan tidur kembali berbaring dan menutupi wajahnya dengan bantal setelah bangkit sejenak untuk memarahi Yamada.

Iya yang ditutupi wajahnya. Bukan itunya. Cerdas memang.

"Shower kosong, sarapan ada di dapur. Tetep ntar tolong bantuin Yama, tapi woles ae, mandio dulu trus makano. Tak tunggu di halaman belakang, oke?"

"Hm...!" Chinen mengiyakan permintaan Yamada dengan gumaman judes sebelum Yamada mengacungkan jempolnya lalu keluar dari kamar.

✖✖✖

"Yambeeeb?"

Penampilan Chinen kini sudah kembali rapi. Ia sudah mandi dan berpakaian dan sarapan dan kini suasana hatinya sudah kembali bagus seperti sedia kala. Setelah menghabiskan nasi goreng buatan Yamada, ia pun segera menghampiri bebebnya yang sedang memotongi daun-daun pohon hias yang tumbuh tak teratur.

"Ho. Udah ga sakit?" tanya Yamada yang melihat Chinen sudah kembali bugar.

"Masih sih, dikit. Tapi gapapa. Kalo disuruh lari bisa kok," balas Chinen.

"Gitu? Jangan dipaksa loh?" dengan logat medhoknya, Yamada menunjukkan kekhawatirannya.

"Gapapa gapapa. Aku harus ngapain nih?"

"Oke kalo gitu. Kamu nyiramo kembang-kembang itu disana ya. Pake selang itu yang disana itu, tancepin ke keran yang disitu," Yamada dengan kalem memberikan petunjuk kepada Chinen.

"Oke syap," berlari kecil, Chinen pun mengambil selang lalu menancapkannya pada keran sesuai dengan instruksi Yamada.

Setelah persiapan beres, Chinen pun mulai memutar keran dan menyirami bunga-bunga dan tanaman hias kecil yang ada di halaman belakang. Sementara itu, di sisi lain halaman, Yamada yang sedari tadi berkutat dengan gunting raksasa dan pohon-pohon hias akhirnya berhasil menyelesaikan tugasnya. Setelah meletakkan peralatan kembali ke gudang, ia menghampiri Chinen, memperhatikan si pacar bertugas tanpa berkata apa-apa. Chinen yang sadar dengan keberadaan Yamada pun hanya meliriknya sekilas sebelum ia mengeluarkan seringainya yang tak disadari si yang lebih tua.

"Siram siram bunganya~ siram siram tanamannya~ dududududu~"

Chinen dengan lirik buatannya sendiri bersenandung, membuat bebebnya tersenyum melihat keunyuan Chinen, tetap tanpa menyadari maksud terselubung si imut itu.

"Siram siram tanaman~ BIAR CEPET TINGGIIIIII!!!" Chinen masih terus menyanyi sebelum ia tiba-tiba mengarahkan ujung selang pada Yamada dan,

SROOOOOOT!!!

"AH SORI BEB!" Chinen langsung melempar selangnya ke sembarang arah setelah literally menyemprot Yamada dengan selang sementara yang disemprot sama sekali tidak―atau belum―bereaksi saking kagetnya.

"Sori kukira kamu tadi tanaman makanya kusiram biar cepet tinggi. HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAH!!" Chinen tertawa lepas setelah mengejek Yamada dan secara tidak langsung memberi tahu Yamada bahwa aksinya tadi adalah disengaja. Otomatis, bibir Yamada pun berkedut karena kesal.

"CHIIIINEEEEEEEEEEN!!!!"

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAH―aduh!" Chinen masih terbahak-bahak, sampai-sampai ia tidak menyadari serangan tiba-tiba dari Yamada.

Blugh!

Yamada kini berada di atas Chinen, menduduki pacarnya sambil mencubit-cubit pipinya.

"Situ nggak ngaca ya kalo situ juga nggak tinggi? Hah?"

"Hehehehe, iya maap de maap," Chinen dengan tampang tak berdosanya meminta maaf sambil berusaha menjauhkan tangan Yamada dari wajahnya.

"Cipok dulu baru tak maapin," Yamada menyeringai, maksudnya ingin mengerjai balik. Tanpa basa-basi, Chinen pun langsung menurut dan menarik kaos Yamada, mendekatkan wajahnya pada wajah Chinen yang lalu melumat bibir Yamada dengan penuh antusias. Setelah beberapa menit berlalu, Chinen akhirnya menarik diri dengan senyuman lebar terpampang di wajahnya.

"Kalo belum dimaafin, aku masih sanggup kok nyipok lagi."

Mendengar perkataan Chinen yang menantang, Yamada tanpa pikir panjang langsung saja menggerayangi Chinen, mendorong lututnya untuk menyentuh selangkangan si yang-menerima-serangan.

"Kali ini aku ga tanggung jawab kalo bokongmu sakit lagi," Yamada berbisik tepat di telinga Chinen, membuatnya auto-merinding.

'Ya kampred salah ngomong w'

Selesai.

yang kuat ya teman-teman. ditahan dulu delusinya. puasa.
Btw 2 chapter berturut-turut isinya basah-basahan terus yha. Yodah gpp de.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Yamada-kun and His Mischievous BaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang