S e m p o l

488 36 44
                                    

"Beb~ aku laper~" Chinen seperti biasa, merengek-rengek manja kepada sang bebeb, Yamada.

"Bentar, gih. Nasi sama sayurnya belum mateng," jawab Yamada dengan suara lembutnya.

"Pingin sempol aku Yam," Chinen mengedip-ngedipkan matanya, berharap Yamada akan memberinya sedikit uang untuk membeli sempol di abang-abang tukang sempol langganan Chinen di depan kompleks apartemen mereka.

"Ga boleh. Maem nasi sama sayur aja," Yamada dengan tegas melarang dan menolak kode Chinen untuk membeli sempol.

"Yama kok gitu!" Chinen mengerucutkan bibirnya. Yamada hanya diam saja dan tetap melanjutkan aktivitas memasak sayur oseng-oseng kangkung.

Merasa dirinya tidak diperhatikan, Chinen menghampiri Yamada yang sedang asyik menggoyang-goyangkan wajan. Ia berniat untuk mengganggu Yamada yang sedang memasak, dengan tujuan agar Yamada memintanya berhenti mengganggu dan memberinya uang untuk membeli sepuluh tusuk sempol.

"Itu sayur apa Yam?" Chinen bertanya pada Yamada, dengan wajah sok-sok penasarannya.

"Kangkung," jawab Yamada singkat.

"Ooh... kangkung air ato kangkung tanah?"

"Kangkung tanah."

"Ooh... Oiya, kamu tau ga, Yam? Kangkung air tu katanya lebih enak loh."

"Hmm..." Yamada hanya membalas dengan gumaman, karena memang aslinya dia tidak suka berbicara dan diajak bicara ketika sedang sibuk menyiapkan makanan.

"Aku boleh coba masak ga, Yam?"

"Gausah."

"Loh kenapa?"

Yamada tidak menjawab.

"Kok Yama ga jawab sih? Kenapa aku kok ga boleh masak???" Chinen menggoyang lengan Yamada, dan seketika itu Yamada kehabisan kesabarannya.

"Kon iki meneng diluk ae iso gak se?!" Yamada yang sudah kehabisan kesabaran akhirnya memarahi Chinen dengan bahasa dari daerah asalnya. Ia berkacak pinggang dan memberikan tatapan galaknya kepada Chinen.

"Sempol," dengan polosnya, Chinen mengabaikan Yamada yang sedang marah. Ia menengadahkan satu tangannya dan menatap Yamada dengan ekspresi imutnya.

"Kalo Yama bilang ga boleh ya ga boleh!" ucap Yamada lugas.

"Aah~ Yama jahaaaat~" Chinen merengek sambil menghentak-hentakkan kakinya, persis seperti anak kecil yang tidak dituruti permintaannya oleh mamanya.

"Ora ngurus," jawab si cowok yang lebih tua acuh tak acuh. Karena permintaannya yang ditolak mentah-mentah oleh bebebnya, Chinen pun melenggang pergi dari dapur dengan wajah sedih.

Tak lama kemudian, Yamada pun menyelesaikan kegiatan memasaknya. Karena ia mendapati tidak ada Chinen di dapur, ia pun segera memanggil kekasihnya dari situ.

"Chinen! Mamamnya dah jadi nih! Ayo mamam!" Teriak Yamada mengajak Chinen untuk makan malam. Cukup lama Yamada menunggu, namun Chinen tak kunjung muncul juga.

'Waduh... jangan-jangan ngambul ni anak,' batin Yamada dalam hati. Akhirnya, Yamada pun memutuskan untuk menjemput Chinen di kamar tidur mereka.

"Chinen... Ayo maem..." Ajak Yamada sesampainya di depan pintu kamarnya yang setengah terbuka, namun ia tetap tidak mendengar jawaban dari sang cintanya. Yamada pun hanya bisa menghela napas panjang. Ia lalu memegang kenop pintu dan membuka pintu kamar.

"Yuri sayang, kamu jangan ngam―"

Byur!!

Omongan Yamada terpotong seketika begitu ia merasa tubuhnya basah kuyup dan pandangannya tiba-tiba menjadi gelap. Ia lalu meraba-raba kepalanya dan segera mengangkat benda yang menghalangi pandangannya itu dari kepalanya.

Ember...?

Masih dengan muka yang terkaget-kaget, Yamada pun mengalihkan pandangannya dari ember yang ia pegang ke sosok yang sedari tadi tertawa terbahak-bahak melihat Yamada yang basah kuyup.

"CHINEEEEEEEEEEEN!" Dengan mata berkaca-kaca, Yamada menghampiri dalang dari keisengan yang baru saja dialaminya dan langsung mencubit kedua pipi dalang imut tersebut.

"CHINEN JAHAT BANGET! TEGA SAMA YAMA!"

"Salah sendiri ga mau kasih duit buat beli sempol," Balas Chinen yang lalu menjulurkan lidahnya.

"Tapi ya ga gini juga! Ini tuh udah jam 7 malem Chii! Mana ada mas-mas tukang sempolnya jam segini!" Protes Yamada dengan sesenggukan.

"Tapi kan masnya bisa delivery. Aku punya nomer telponnya," Ujar Chinen bangga.

"Duh! Sakkarep!"

Mendengar respon ngambek dari bebebnya, Chinen pun nyengir dan memeluk bebebnya yang masih menangis.

"Utututu cup cup cup. Jangan nangis, Ryo sayang," Ucap Chinen sembari menepuk-nepuk lembut punggung Yamada, "Mandi bareng, yuk?"

Mendengar ajakan Chinen, Yamada langsung berhenti menangis. Ia menarik diri dari pelukan Chinen lalu menganggukan kepalanya berkali-kali. Melihat reaksi imut dari Yamada, Chinen pun tersenyum lebar dan dengan semangat ia menarik Yamada menuju kamar mandi.

Selesai.

Hmhm. Plot twist banget ya, hehehehe *apaan*
Buat yang penasaran Sempol itu apa, Sempol itu cemilan yang dibuat dari adonan tepung kanji sama daging ayam, yang terus dikasih tusuk, terus dicelupin ke telur kocok, lalu digoreng deh!

 Plot twist banget ya, hehehehe *apaan*Buat yang penasaran Sempol itu apa, Sempol itu cemilan yang dibuat dari adonan tepung kanji sama daging ayam, yang terus dikasih tusuk, terus dicelupin ke telur kocok, lalu digoreng deh!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya, kira-kira begini tampilannya. Enak loh ini. Tapi jujur, saya gak terlalu suka *ih curhat*. Wwww.

Yamada-kun and His Mischievous BaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang