B a s a h

463 19 56
                                    

N/N: Mild smut.

"Hayo. Mandi dulu sana baru bobok."

Yamada dan Chinen baru saja selesai menghabiskan makan malam. Chinen setelah seharian pemotretan langsung melenggang ke kamar dan melempar badannya ke atas kasur. Yamada yang menyusul masuk langsung mengingatkan pacarnya untuk bebersih sebelum tidur.

"Ngga mau. Capek."

"Loh ya, mbandel lagi kamu. Ayo mandi dulu. Pake air anget," Yamada mengulurkan tangannya yang diraih Chinen, lalu menarik si mungil untuk duduk.

"Yaudah aku mandi. Lepasin bajuku tapi~" pinta Chinen manja.

"Iya iya," Yamada dengan sabar menghadapi Chinen yang manjanya luar biasa. Yamada melepaskan baju dan celana Chinen sementara si yang lebih muda memperhatikan Yamada sambil mengayun-ayunkan kakinya. Yamada baru saja akan menurunkan boxer Chinen ketika tiba-tiba si imut menyangkal tangannya.

"Heh! Yang itu gausah! Ntar kelewatan kamu!" omel Chinen.

"Yeeee suudzon bener sih," Yamada membantah, padahal dalam hati ya iya-iya saja.

"Ya gimana, kamu kan sukanya cabul kalo sama aku," ujar Chinen lalu mengusir Yamada, "udah sana minggir. Prince Yuri yang tampan menawan ini mau mandi. Hus hus," sungguh dalam hati, ingin sekali Yamada mencubit gemas Chinen yang narsisnya selangit.

"Jangan lama-lama mandinya! Ga usah nyanyi-nyanyi ga jelas!"

"Baweeeeel!!!" Teriak Chinen yang sudah keluar dari kamar dengan handuk terkalung di lehernya.

Suasana pun mendadak sunyi. Yamada yang kesepian akhirnya beranjak ke ruang tengah lalu menyalakan televisi, menggonta-ganti saluran mencari tontonan. Ruangan pun didominasi suara televisi, sebelum beberapa menit kemudian suara gaduh nan cempreng mengalahkan suara bising dari saluran layar kaca.

"PANCENE KOWE PABUUUUU NURUTI IBUKMUUUUU JARE NEK RA NINJAAAAA RA OLEH DICINTAAA~"

Bibir Yamada berkedut tanda kesal. Chinen tidak mengindahkan peringatannya―untuk tidak mandi sambil bernyanyi. Apalagi lagu yang dinyanyikan adalah lagu dangdut pantura. Raden Mas Yamada Ryosuke Suryo Galuhdiningrat yang notabene adalah penggemar setia dangdut klasik Rhoma Irama pun jadi semakin sebal.

"CHINEN BRISIIIIIIIIK!!!" teriak Yamada dari ruang tengah. Alih-alih berhenti menyanyi, Chinen yang ditegur malah berganti menyanyi judul yang lain.

"APA SALAH DAN DOSAKU SAYANG~
CINTA SUCIKU KAU BUANG-BUANG~"

Yamada tidak tahan. Bukan lagi karena Chinen yang mengabaikan tegurannya ia menjadi sebal, tetapi karena suara Chinen yang kelewat high-pitch yang membuat pekak telinganya. Akhirnya, dengan kesal Yamada beranjak dari sofa lalu berjalan dengan kasar menuju kamar bilas dan mendobrak paksa (padahal tidak dikunci) sementara Chinen masih terus bernyanyi.

"LIHAT JURUS YANG KAN KUBERIKAN~"

"Chinen! Dibilangin jangan―"

Srooooooottt!!!!

Yamada basah kuyup.

"Jaran goyang~ Jaran goyang~"

Chinen mengakhiri nyanyiannya. Ia berhasil memancing Yamada masuk ke kamar mandi. Dengan badan telanjang bulat dan gagang shower―yang dipakainya untuk menyemprot Yamada―di tangan kirinya, Chinen tersenyum inosen sambil memandang Yamada.

"Chineeeeeeeen!!!!" Yamada memekik sebal. Baju dan celananya basah semua. Padahal ia sudah mandi sebelum Chinen pulang.

"Hehe," hanya itu reaksi Chinen. Melihat reaksi yang seakan tidak ada rasa bersalah, Yamada menghampiri Chinen dan mencubit pipinya.

"Ini apaan maksudnya?? Aku tadi udah mandi sekarang harus mandi lagi kan jadinya???" Chinen yang disembur Yamada hanya diam dan tersenyum sembari ia melepaskan pipinya dari cubitan Yamada dengan santai.

"Yaudah. Tinggal mandi lagi aja kan beres," ujar Chinen, "lagian kan asik Yuri jadi ada temennya mandi. Kita udah lama ga mandi bareng sambil ngobrol-ngobrol loh, gara-gara Yama jarang di rumah."

Lagi-lagi Yamada tertohoc. Memang benar dulunya―sebelum Yamada menerima job sebagai fotografer alam―Yamada dan Chinen sering kali mandi bersama. Bagi keduanya, waktu ketika sedang mandi bersama itu sangat berharga. Sesi curhat paling sering terjadi saat momen berendam bersama. Agak aneh memang, tapi kenyataannya mereka nyaman. Entah itu disambi dengan bercinta atau tidak, pasti selalu ada waktu dimana Chinen atau Yamada mencurahkan isi hatinya tentang apa saja.

"Ayo mandi?" ajak Chinen, senyumnya menggemaskan―dan sebagai pengingat, badannya telanjang bulat.

Pada akhirnya, Yamada tak sanggup menolak ajakan Chinen. Bukan hanya karena ia sudah terlanjur basah, tetapi juga karena memang ada beberapa curhatan yang ingin ia ceritakan pada kekasihnya. Sekalian saja, siapa tahu nantinya Chinen bersedia bercinta dengannya di dalam sana.

Selesai.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.








Omake:

"A-AGH! RYOSUKE!!!! P-PELAN...NGHH...!"

Pekikan dan desahan keras terdengar dari dalam kamar mandi. Ren kecil yang sedang tiduran di depan ruang bilas langsung meloncat kaget dan berlari ketakutan ke ruang televisi begitu ia mendengar jeritan tuannya yang sedang ditusuk dari belakang oleh bebebnya.

Beneran selesai.

Yamada-kun and His Mischievous BaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang