G e l a p

507 36 24
                                    

Malam ini Tokyo diterpa hujan badai. Berulang kali kilat muncul, disusul dengan suara petir yang menggelegar. Dapat dilihat dari luar jendela, dengan sangat kencangnya angin dingin di luar sana berhembus, seakan-akan berusaha untuk menembus kaca jendela. Suasana seperti ini benar-benar pas bagi dua sejoli Yamada dan Chinen. Karena sudah jelas, di malam yang dingin ini, mereka jadi punya alasan untuk mendusel-dusel ria.

"Uadem e masa alah..." Gumam Yamada yang sedang berselonjor di atas kasur seraya menyeruput cokelat panas buatan Chinen. Chinen yang juga kedinginan membalut sekujur tubuhnya dengan selimut dan dengan nyamannya senderan di atas dada bidang Yamada.

"Yam, pinjem hape." Chinen yang sedang gabut menengadahkan satu tangannya, meminta iPhone Yamada. Karena ia tidak sedang memakai iPhonenya, Yamada pun langsung mengeluarkan gadgetnya dari saku celananya.

"Nih." Yamada menyerahkannya iPhonenya, "Mainin Candy Crush ku dong. Dari minggu kemaren aku stuck di level itu terus."

"Hmm~" Chinen mengiyakan permintaan Yamada hanya dengan gumaman. Setelah itu, ia langsung membuka aplikasi game yang dimaksud oleh Yamada sebelumnya. Hanya dalam waktu tak sampai hingga lima menit, Chinen Yuri sang jenius akhirnya bisa menaklukkan level yang tidak bisa diselesaikan oleh Yamada dalam seminggu.

"Lah. Kok sangar awakmu?" Yamada terheran-heran melihat Chinen dengan mudahnya menyelesaikan hard-level tersebut.

"Iya dong. Chinen Yuri sang jenius getoh." Dengan wajah smug, Chinen membanggakan dirinya sendiri.

"Raimu. Tulung dikondisikan." Wajah songong Chinen itu langsung saja dicubit pipinya oleh Yamada, sementara yang dicubit hanya nyengir dengan imutnya. Ia sungguh gemas pada makhluk imut yang satu ini.

"Lanjutin mainnya." Perintah Yamada pada bebebnya sembari ia memeluk pinggang Chinen dan meletakkan kepalanya di bahu Chinen. Chinen pun menuruti perintah Yamada dan melanjutkan permainan di iPhone Yamada. Satu level terkalahkan, satu kecupan lembut di bibir Chinen ia dapatkan. Sungguh, dinginnya hujan badai tak mempengaruhi kehangatan yang menyelimuti sepasang kekasih menggemaskan ini.

Setelah kurang lebih satu jam saling menghangatkan diri, tiba-tiba saja Yamada melepaskan pelukannya.

"Sek, sek. Kebelet pipis." Dengan tergesa-gesa, Yamada turun dari kasur dan melenggang menuju toilet. Chinen yang masih asyik bermain pun hanya menganggukkan kepalanya santai sembari goleran di atas bantal kesayangannya.

Tak lama kemudian, masih dalam suasana hujan badai, satu petir ekstra menggelegar tiba-tiba menyambar. Dan dalam beberapa detik setelahnya.....

Pet!

Yak. Mati lampu.

"Yaelah. Mati lampunya." Ujar Chinen setengah kesal setengah santai. Untung saja iPhone Yamada sedang ia pegang. Setidaknya layar hapenya masih bisa dijadikan senter.

Yamada.

Ah iya. Yamada sedang di toilet. Ga bawa apa-apa. Mengingat hal tersebut, otak iseng Chinen kambuh. Ia yakin, dalam beberapa saat, Yamada akan meneriakkan namanya.

"CHINEEEEEEEEEEEEEEN!!! SENTEEEEEEEEEER!!!!" Benar saja dugaan Chinen. Rupanya Yamada paham kalau penyebab mati lampu adalah karena sambaran petir. Chinen yang mengetahui apa yang ada di pikiran Yamada tersenyum jahil. Setidaknya Yamada tidak akan menduga bahwa Chinen akan melancarkan aksi jahannam terhadap dirinya.

"IYAAAAAA INI AKU BAWA SENTER DI RUANG TENGAH!! YAMA KESINI AJA KALO UDAH SELESAI!!" Teriak Chinen penuh kebohongan. Padahal aslinya ia sudah berada di dapur, ruangan yang paling dekat dengan toilet.

"OKE. JANGAN KEMANA-MANA LOH, BEB." Balas Yamada. Jujur saja, keringat dingin sudah membasahi wajah Yamada. Ia takut gelap. Namun, seperti biasa, ia berusaha menyembunyikan hal tersebut dengan sifat tsunderenya. Tapi tetap saja, sekeras apapun ia menyembunyikan sesuatu, selalu saja Chinen berhasil membongkarnya.

Oke. Kembali ke dalam toilet. Yamada akhirnya selesai dengan urusannya dan dengan segera ia meraba-raba pintu di depannya, berusaha mencari kenop pintu. Sementara itu, Chinen dengan wajah nakalnya sudah siap sedia berdiri di depan pintu toilet, tangannya menggenggam iPhone Yamada yang sudah diaktifkan senternya, dan diarahkannya senter itu pada wajahnya dari bawah.

Setelah beberapa saat, Yamada akhirnya berhasil menemukan kenop pintu toilet. Sesegera mungkin ia memutar kenopnya, lalu membuka pintunya, dan belum sempat ia melangkah keluar, tiba-tiba saja ia mendapat serangan.

"HYAAAH!!!" Chinen dengan semangatnya mengageti Yamada.

Yamada terperanjat, dan refleks, ia melangkah mundur dan menabrak tembok di belakangnya. Saking terperanjatnya, Yamada sampai tidak sempat berteriak, tubuhnya melemas seketika. Dan...

Blugh.

Ia jatuh terduduk. Dan pada saat itu pula, lampunya kembali menyala. Yamada mendongak, mendapati Chinen tertawa terbahak-bahak.

"Chinen jahat..." Gumam Yamada lirih sembari menangis. Ya siapa pula yang tidak akan menangis jika dijahili seperti itu.

Melihat reaksi yang tidak seperti biasanya―Yamada berteriak memarahi Chinen―Chinen seketika menghentikan tawanya. Rupanya ia sadar ia sudah kelewatan.

"MAAF!" Chinen langsung saja meminta maaf dan memeluk Yamada yang sesenggukan. Tanpa sadar, Chinen pun ikut menangis. Ya ampun. Kayak anak SD saja ya.

Setelah beberapa saat, Yamada mengakhiri sesi menangisnya, namun tidak dengan Chinen. Ia masih terisak sambil memeluk Yamada erat.

"Chinen." Yamada menyebut nama kekasihnya, namun jawaban yang ia dapatkan hanyalah isakan.

"Chinen.." Sekali lagi, Yamada memanggil bebebnya.

"Maaf...." Balas Chinen pelan, tanpa menatap wajah Yamada.

"Yuri..." Yamada memanggil nama kecil Chinen lalu mengangkat kepalanya agar mata keduanya saling memandang.

"Kamu tau kan aku mesti parno beneran kalo di ruang gelap?"

Chinen mengangguk pelan.

"Jangan lagi ya, sayang..." Dengan sabarnya, Yamada menasehati Chinen, membuat si kecil merasa semakin bersalah.

"Maaf..."

Yamada mengelus rambut Chinen perlahan, lalu mencondongkan wajahnya untuk melumat lembut bibir sang kekasih.

"Iya... Tak maafin... Udah jangan nangis..." Yamada membelai lembut punggung Chinen, "Ayo bobok aja ya..." Ajak Yamada yang lalu menggendong Chinen ke kamar untuk tidur.

Dan begitulah, keisengan Chinen kali ini, bisa dibilang berhasil, tapi juga bisa dibilang gagal. Ya sudahlah. Biarkan saja.

Selesai.

Yamada-kun and His Mischievous BaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang