Pagi hari ini adalah awal dari musim hujan yang akan menyegarkan Kota yang sudah mulai terasa membakar kepalaku bila saat musim panas menghadang. Aku dari kecil sangat menyukai hujan, apa pun alasannya akan selalu kugunakan untuk bermain disaat hari hujan.
'kring-kring' suara lonceng sepedahku, disertai dengan gelak tawaku saat mendengar si penyiar radio yang sedang kudengarkan bersendawa saat ia sedang mengintrogasi bintang tamunya. Aku yakin, dia pasti sedang menahan rasa malunya kuat - kuat. Aku bersepedah dengan tujuan mengantarkan bekal makan siang untuk kakakku di kantornya yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah.
Sesampainya di dekat kantor kakakku, aku memarkirkan sepedaku di parkiran seberang kantor kakakku yang biasanya dijadikan parkiran sepeda motor para karyawan kantor. Aku mengirim pesan suara melalui alat komunikasiku kepada kakakku bahwa aku sudah sampai di depan kantornya. Dan dijawab dengan pesan suara yang menyuruhku untuk menghampirinya di lobi kantornya.
Aku berjalan ke arah lobi kantor kakakku, karena ia hanyalah pegawai biasa aku tidak berani untuk menghampirinya lebih dari area lobi. Beberapa karyawan lainnya yang tidak lain adalah teman - teman kakakku mulai menyapaku saat melihatku, dan kubalas dengan senyuman sopan disertai anggukan. Beberapa menit yang kurasa cukup lama untuk menunggunya terasa mulai menyebalkan, kupilihlah duduk di kursi yang terdekat area lobi agar tetap terlihat oleh kakakku.
Baru dua langkah aku melangkah menuju kursi, secara tidak sadar ada tangan seorang pria berjas putih dengan kemeja hitam tanpa dasi menggenggam tanganku dengan erat.
"Perkenalkan ini pacar saya, penggantimu" ucap pria itu dengan nada bangga.
"Oh, jadi seleramu sekarang cewek dengan rambut ponian kayak gini disertai sendal jepit lusuhnya yah? Menurun drastis ternyata" jawab seorang wanita cantik dihadapanku kini dengan nada sinis dan disertai dengan langkah jengkel menuju pintu keluar kantor.
"Eh, kayanya ini salah paham deh.. kayanya anda salah orang" jawabku untuk menghindar. Tapi sialnya, tanganku sulit terlepas karna genggaman pria itu kuat sekali.
Beruntung kakakku datang dan langsung melepaskan genggaman pria itu dengan sigap. Kakakku menarikku ke belakangnya.
"Apa ini? Kenapa kamu memegang tangan bosku? Dia ini CEO disini bodoh! Em, pak.. maaf yah adik saya terlalu lancang kepada bapak" ucap kakakku dengan nada kesal.
"Eh? Bukan aku yang memegangnya kak, dia yang bajingan pegang - pegang tangan mahalku!" jawabku kesal, aku tidak merasa salah sama sekali karna memang bukan aku yang salah.
"Kamu tidak mau mengakui saya sebagai kekasihmu? Kenapa? Apa kamu malu terhadap kakakmu?" potong pria itu diantara perdebatan sengitku dengan kakakku.
Alhasil kakakku dibuat bengong dengan ucapan si pria aneh itu. Dia bingung dan mulai memasang wajah jahil.
"Apa ini Re? Kamu gamau cerita sama kakak? Kalo kamu cerita dari awal kan kakak pasti bisa mudah naik jabatan, ya kan calon ipar?" tanya kakakku menggodai kami.
"Apaan sih kak?! Kita ga pacaran, aku aja ga kenal siapa dia!" jawabku ketus.
"Saya kenal kamu dengan baik kok Re, bahkan suara dengkuran kamu pun saya ingat"
"Loh kok? Beneran nih kalian pacaran?" tanya kakakku.
"Iya kok, nanti saya mau bicara dengan anda eh kakak ipar di ruangan saya saat jam pulang gimana kak? Sekarang saya pinjam dulu adiknya yah" tawaran yang secara ga langsung itu adalah paksaan.
Sialnya kakakku malah mengangguk dengan cepat dan mengambil bekal makan siangnya itu. Dan dengan secepat itu pula kakakku pergi meninggalkan aku dengan pria aneh ini. Aku dibawanya ke ruangan kerjanya. Dengan lift. Hmm, terasa aneh. Aku bingung, sebenernya ini itu apaan sih? Kenapa orang ini bisa dengan mudahnya membawaku ke ruangan kerjanya? Dan kenapa kakakku dengan mudahnya memberikanku kepada orang aneh ini? Ada apa dengan hari ini? Aku ingin keluar! Aku ingin bermain hujan - hujanan!
Sesampainya di ruangan kerja pria aneh itu, aku dipersilahkan duduk di sofa tamu ruangan itu. Dan aku menurutinya karna aku masih bingung dengan keadaan ini. Pria aneh itu mengambil laptopnya dan dibawanya ke arah tempat dudukku. Ia menaruh laptopnya di meja tamu dan ia duduk di seberangku.
"Oke, sekarang saya akan menjelaskan detailnya supaya kamu tidak kebingungan terus menerus seperti ini, siap?" jelas pria aneh itu. Dan kujawab dengan anggukan.
"Pertama, maaf tadi saya memanfaatkan kamu agar saya bisa berhenti diganggu oleh wanita tadi. Namanya Lena, Magdalena. Oiyah, nama saya Kevin. Kamu bisa panggil saya Kevin tanpa 'Pak'. Kedua, sebenernya saya sangat butuh kerjasama kamu untuk mengerti keadaan saya. Ketiga, Lena itu wanita yang kebelet pengen dapetin saya, supaya saya bisa menjadi miliknya yah saya harus mau menikah dengannya. Tapi saya tidak bisa, karna dia bukan selera saya. Dia terlalu agresif sebagai cewek dan parahnya dia arogan. Dan yang terakhir kalo saya belum punya pasangan juga, dia akan mengambil alih perusahaan ini dan memaksa orang tua saya untuk menikahi saya dengannya. Jadi, saya mohon kamu mau yah berpura - pura menjadi pasangan saya untuk dua bulan saja?" jelasnya rinci, dan sangat mengejutkan sih.
"Tunggu, boleh saya minum dulu?" jawabku dengan berusaha menyadarkan diri kalo ini bukan mimpi buruk. Dijawabnya dengan anggukan disertai senyuman. Tampan.
"Dia itu mantan kamu, Vin?" tanyaku santai. Dia yang menyuruhku untuk tidak memanggilnya 'bapak'. Dijawabnya dengan sekali anggukan tanpa senyum.
"Kamu mau saya pura - pura jadi pacar kamu selama dua bulan?" lanjutku dengan menaikkan sebelah alisku.
"Yap, kamu mau kan? Saya akan mulai mengetik kontraknya ini. Tapi, usahakan keluargamu jangan sampai tau tentang ini semua, gimana?" tanya Kevin antusias sembari mulai mengetikkan beberapa kalimat
"Oke, tapi ada beberapa syarat yang kalo dilanggar berarti kontrak gagal, gimana?" jawabku cerdik.
"Apa syaratnya?" tanya Kevin singkat.
"Ketik! Pertama, gaada yah ciam - cium. Terus yang kedua, dilarang keras masuk ke ruangan pribadi seperti kamar misalnya. Ketiga, jangan sampe kontrak ini ngeribetin hidup saya. Keempat, dilarang mengganggu urusan pribadi. Kelima, setiap makan bersama atau pergi bersama pihak laki - laki yang harus membayar. Sudah" jelasku lebih cerdik lagi dengan memberikan senyuman terlicikku.
"Maaf, sepertinya untuk nomor dua dan tiga saya tidak bisa menyetujuinya, gimana kalo saya harus menyembunyikan kamu di dalam kamar saya atau saya yang harus sembunyi ke kamar kamu? Gimana kalo diperjelas dengan bila tanpa persetujuan baru dianggap melanggar syarat nomor dua. Dan untuk nomor tiga, saya tidak bisa menjamin hidup kamu tentram" Jawabnya dengan jelas.
"Emangnya hidupku akan terasa seperti di neraka kah?" tanyaku penasaran
"Hampir sih" jawabnya ragu
"Oke, no problem.. cukup menantang" jawabku singkat.
"Saya sudah selesai mengetik kontraknya, tapi satu hal yang saya lupa tanyakan. Nama kamu siapa?" tanyanya yang membuatku cukup kesal.
"Loh? Tadi kamu tau kan, tadi kamu panggil aku 'Re' dengan santai seolah kamu tau nama aku siapa! Namaku Revi Julian, biasa dipanggil Rere" jelasku ketus.
"Oke, saya print ini sekarang. Kamu bisa tanda tangan hari ini juga. Saya Kevin Julisto. Kayaknya kita sama - sama lahir di bulan Juli deh" jawabnya ramah

KAMU SEDANG MEMBACA
KEVIN is MINE
Novela Juvenil"Mereka hanya ingin tahu, tanpa peduli", ucap Kevin padaku.