“Re, Mamah percaya kok sama Rere.. kamu pasti bisa sayang”“Mah, Rere ga bisa gini terus Mah.. Rere ga kuat Mah”
“Sayang, dia itu lelaki kiriman Tuhan untuk kamu jaga. Jangan kamu sakiti hatinya, dia sudah cukup lelah dengan terluka.. Mamah mau, kamu jaga dia yah sayang”
“Dia? Siapa Mah? Maksud Mamah, Kevin? Ngga ah! Dia kasar!”
Dengan sedikit tertawa, “Kamu jangan nakal yah sayang, Mamah selalu di hati kamu.. ingat pesan Mamah tadi”, “Tapi Mamah mau kemana? Buru – buru amat! Rere masih kangen Mah!”
“MAH! MAMAH!” teriakku terbangun saat sadar itu semua hanya mimpi. Ku hembuskan nafasku berat, rasanya sesak sekali. Keringat di dahiku bercucuran, aku haus. Aku berdiri dengan susah payah sembari mengembalikan kesadaranku. Berjalan pelan menuju meja makan, berharap ada air masak untuk ku minum. Baru empat-lima langkah ku berjalan, ada tangan yang menarik lenganku kasar hingga ku jatuh dalam peluknya. Kevin. Dia memelukku erat, seolah ingin mengatakan ‘tak apa, jangan khawatir’ dengan menepuk pundakku pelan.
“Vin” ucapku lirih
“Ya?” jawabnya singkat
“Boleh minta tolong?” tanyaku
“Apa?” tanyanya balik
“Aku haus, tolong lepas pelukanmu” ucapku terkekeh menyadari Kevin yang sudah menanggapiku serius
Dengan kasar Kevin melepas pelukannya jengkel. Haha, entahlah. Hanya tiba – tiba teringat ucapan Mamah di mimpi, jangan sakiti Kevin? Ah, sudahlah. Ku raih gelas yang telah terisi air masak penuh, ku teguk rakus air masak itu. Akhirnya, pikirku.
Ku lihat Kevin meraih ponselnya yang bergetar hebat sejak tadi. Baru beberapa saat Kevin membaca yang ku pikir ada puluhan pesan, ia langsung menyimpan ponselnya di atas meja dekat sofa dan melepas pakaian atasnya. “Re, maaf.. tapi aku tidak punya pilihan lagi” ucapnya singkat tanpa ada kejelasan, permintaan maaf untuk apa itu? Untuk membuka bajunya di hadapanku hingga aku menutup wajahku dengan kedua tangan mungilku ini?
“Aku mohon, Re.. lepas kemejamu itu” ucap Kevin pelan, memohon?
“Gila kamu! Nggak akan! Kamu pake sana baju kamu!” racauku kesal
“Re, Lena sedang di dalam lift sekarang.. mungkin sekarang dia akan membuka pintu ini dengan kuasanya memerintah pegawai sini!” jelas Kevin agak kesal, meracau mungkin lebih tepat untuk yang dilakukannya
Hah?! Lena?! Oke! Aku akan balas dendam! “Oke!” jawabkuTanpa basa – basi, masih dengan harga diri angkuhku. Aku membuka empat kancing atas kemeja ku dan ku miringkan kerah kemejaku hingga bahuku terpampang jelas. Ku dorong tubuh Kevin ke arah kasur hingga ia terbaring, dengan wajah sinis nan jahil ku peluk tubuhnya dengan gaya yang pernah ku tonton di film horror koleksi temanku yang menjijikan itu. Yap! Tepat sekali! Disaat adegan mengejutkan itu terjadi, Lena telah mendobrak pintu kamar kami! Lebih tepatnya, dia menyuruh pegawai hotel untuk mendobrak pintu. Oke, aku melakukan aksi yang bodoh!
“KEVIN!” teriak Lena geram
Ku toleh wajahku bersamaan dengan wajah Kevin yang tadinya terkejut akan tingkah bodohku, “Lena” ucap Kevin lebih terkejut lagi. Sepertinya, Kevin tidak menyangka dengan tingkahku yang seberani itu hingga tepat waktu dengan kedatangannya Lena. Jujur, aku sangat malu. Ingin rasanya ku tampar diriku sendiri, sudah seperti wanita murahan saja aku.
“Lo! Ga usah deket – deket sama Kevin gue yah!” marah Lena padaku sambil mendorong bahuku kasar hingga aku jatuh.
“Lena! Kamu ngapain sih?! Lagian, ini gak seperti yang kamu kira” oke, akting Kevin ku akui cukup bagus. Aku tidak mau kalah dong
“Aku, aku, aku ga seperti yang kamu pikirin itu Lena.. aku tadi..” ucapku berusaha terbata – bata agar Lena semakin marah
“Re, gue ga nyangka lo kaya gini” ucap seorang lelaki yang mendobrak pintu tadi, yang tadinya ku kira adalah pegawai hotel. Tapi ternyata, bukan. Ini diluar dugaanku.
“Kiki” ucapku kaget, kali ini bukan akting.
Oke, sempurna sudah rencana Kevin untuk menikah denganku. Kiki yang di luar dugaan hadir. Hadir dengan keadaan yang kacau nan bodoh ini. Sial!
“Lena, sebaiknya sekarang kamu pulang.. tadi, kami hanya..” belum beres Kevin bicara, Lena sudah memotongnya
“STOP IT! Gue capek yah Vin ngertiin lo yang selalu banyak kejutan tiap harinya! Gue berpakaian yang kira – kira bisa bikin birahi lo muncul, tapi nyatanya lo ga nyentuh gue sedikitpun! Bahakan buat liat gue aja nggak! Dan sekarang lo lagi ngelakuin itu dengan wanita yang kayak dia?! Wanita murah ini?!” teriak Lena marah, sangat marah. Wajahnya memerah seperti sambal goang
“Rere bukan wanita murah! Saya mohon, kalian pergi sekarang juga! Kami butuh istirahat!” jelas Kevin tegas, oke akting bagian ini bakal jadi favoritku. Tapi Vin, Kiki ada disini. Aku malu sama Kiki, kamu harus tanggung jawab Vin!
Keluarlah Lena yang menangis tersedu – sedu dengan Kiki yang memasang wajah bertatapan kosong menunjukkan sisi kecewanya yang sedang memuncak. Aku merasa aku telah menyakiti dua orang sekaligus, aku takut karma. Kevin menutup pintu dengan rapat, untungnya pintunya tidak rusak karna tadi didobrak.
“Re, akting kamu terbaik tadi” ucap Kevin senang dengan mengacungkan jempol tangannya
“Hmm, tapi Vin” lirihku menyesal
“Kenapa? Lena? Gak usah dipikirin, dia paling lagi nangis – nangis ngaduin ke mamahnya” jawab Kevin tenang sambil mengenakan kembali pakaian atasnya
Dengan sadar, ku benarkan posisi bajuku sehingga badanku benar – benar tertutup oleh kemejaku kini. “Tapi Vin, tadi ada Kiki” ucapku penuh nada ketakutan
“Kamu tenang saja, saya yakin Kiki gak bakalan bilang ini semua ke kakak kamu” ucap Kevin berusaha menenangkanku
“Kata siapa?” tanyaku kesal
“Ini firasat sesama lelaki yang mencintai gadis yang sama, bodoh” jawab Kevin dengan meledek
“Rese! Tadi cuma akting loh yah! Jadi, kamu tetep aja harus tidur di sofa dan aku yang di kasur” aturku
“Maaf, tapi saya harus tidur di kasur ini.. saya janji cuma tidur, saya tidak akan melakukan itu, besok saya ada rapat penting. Saya harus istirahat senyaman mungkin” jawabnya mengalahkanku dengan sekali telak
“Oke” jawabku angkuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEVIN is MINE
Teen Fiction"Mereka hanya ingin tahu, tanpa peduli", ucap Kevin padaku.