Berkas – berkas ini sungguh memuakkan, ingin rasanya membiarkan saja semua berkas ini terlantarkan. “Tania, saya rasa kamu seharusnya membuat bagian ini masuk dalam power point untuk saya presentasi nanti di China. Karna, bagian ini akan menjadi detail point yang bagus” jelas saya kepada Tania, sekertaris saya yang paling gesit ini. Aneh, kenapa Rere menganggapnya genit? Selama ini saya rasa dia tidak pernah mengganggu saya.
“Oke, Pak.. kalo gitu saya kerjakan sisanya di kamar saya aja yah Pak. Bapak istirahat saja” ucap Tania
“Oke, terima kasih Tania”, kata saya singkat. Tunggu, kenapa saya biarkan Tania pergi? Saya disini hanya berdua dengan cewek ini? Saya juga lelaki normal. Saya tidak sesuci itu, kenapa bisa dia tidur sepulas itu disaat dia sekamar dengan seorang lelaki yang jelas bukan suaminya? Apa dia tidak takut? Saya telan ludah susah payah, menahan perasaan yang terlarang itu. Tidak boleh, Kevin! Ingat! Kamu tidak boleh merusak harga dirinya. Dengan banyak lelah yang saya rasakan, saya merebahkan tubuh saya di atas sofa yang bisa diduduki oleh 3 orang dengan kasar. Kesal rasanya tidak bisa tidur di tempat yang nyaman.
Satu hal yang mengganggu pikiran saya. Kenapa wajahnya seperti itu? Wanita yang sedang tidur di kasur empuk itu, cantik. Saya merasa ada yang tidak beres dengan saya. Tapi, kenapa dia berkeringat? Dahinya penuh dengan keringat, sepertinya dia bermimpi buruk. Setidaknya, tidak hanya aku yang tersiksa disini.

KAMU SEDANG MEMBACA
KEVIN is MINE
Teen Fiction"Mereka hanya ingin tahu, tanpa peduli", ucap Kevin padaku.