Mulai hari ini hidupku akan kuanggap tantangan yang menantang. Biasanya aku keluar rumah saat hujan mulai mengguyuri kotaku. Tapi untuk hari ini, aku memilih untuk menutup diriku dengan selimut dan memeluk erat gulingku. Aku masih belum berani menghadapi kakakku.“Re! Cepetan bangun dong! Aku lapar! Sekarang giliranmu masak, cepatlah!” teriak kakakku dari dapur.
“Iya! Dasar perut babi!” jawabku kesal, ia selalu saja lapar.
Akhirnya, aku menyerah dengan beban tanggung jawabku untuk menyiapkan sarapan. Kami tinggal berdua di rumah yang cukup pas untuk kami berdua, orang tua kami sudah meninggal saat aku berumur tujuh belas tahun. Kami memang membuat kegiatan pergantian penyiap sarapan setiap dua hari sekali. Dan giliranku adalah kemarin dan hari ini. Aku mulai mengiris bawang merah dan bawang putih, mengeluarkan nasi dari dalam penanak nasi dan kusimpan diatas piring besar. Kembali lagi kubuat bumbu nasi goreng ‘ala Rere’ dengan memotong bawang daun, mencincang bawang putih, mengiris asal 3 buah cengek. Lanjut dengan menghaluskan bahan – bahan tadi dengan ulekan. Dan kulanjutkan dengan menumisnya, saat sudah mulai hampir mencoklat aku masukkan nasi-nya ke dalam penggorengannya, dan kuaduk merata
Setelah beberapa menit kumasak nasi goreng dan kakakku merapikan dirinya untuk berangkat ke kantor, kuajak kakakku untuk makan karna sarapan sudah siap. Baru saja kami duduk, terdengar suara bel pintu rumah kami yang berbunyi hingga dua kali. Aku menyuruh kakakku untuk tetap melanjutkan sarapannya dan kubuka pintu rumah kami.
“Halo, selamat pagi cantik” sapaan ramah Kevin tanpa senyuman tampannya.
“Eh?! Kamu tau darimana rumahku? Ngapain kesini pagi – pagi?” kagetku.
“Sarapan bersama kakak ipar” jawabnya santai dan tanpa permisi ia masuk mengarah meja makan rumahku dan menghampiri kakakku.
“Halo kak! Aku gabung gapapa kan?” sapaan Kevin pada kakakku.
“A-ku?” tanyaku kaget tapi tidak digubris
“Eh, kamu.. silahkan silahkan, ini nasi goreng buatan Rere loh.. enak kok” jawab kakakku ramah.
Tunggu, sejak kapan mereka seakrab ini? Kok cuma aku yang ga paham dengan situasi ini? Sebenernya apa lagi yang telah Kevin lakuin? Kenapa kakakku bisa sesantai itu dengan atasannya?
“Hello! Ada yang bisa jelasin ini sebenarnya ada apa?” ucapku mencari perhatian mereka. Mereka terlalu sibuk menghabiskan sarapannya.
"Nanti yah cantik, aku habisin dulu sarapannya biar berenergi” jawab Kevin singkat.
“Ih, kalian tuh yah! Inget dong yang masaknya belum makan!” ucapku kesal melihatku jatahku hampir saja habis mereka hembat. Dan mereka berhenti dengan cekikikan. Menyebalkan.
“Mending kamu duduk disebelahku, jadi aku bisa ngerasa diperhatiin sama kamu” ucap Kevin seenaknya menarik tanganku menyuruhku duduk disampingnya
“Jadi gini Re, kemarin Kevin jelasin semuanya ke kakak. Kalian sebenernya udah pacaran sejak acara pertunangan kakak waktu itu kan? Kakak kan emang ngundang Kevin, sebenernya sih buat formalitas eh taunya dia dateng dengan alesan pengen ketemu kamu.. terus kalian PDKT cepet, dan jadian deh.. ya kan Vin?” jelas kakakku menggodai aku. Dijawab Kevin dengan anggukan dan mereka tertawa lepas.
"Vin! Apaan sih ini? Kok aneh?” kesalku.
“Aku cuma mau ngajak kamu nge – date aja kok, kan udah lama kita gak nge – date? Kamu gak kangen sama aku?” jawab Kevin cepat.
“Tapi kan aku belum siap – siap.. aku kucel gini juga!” jawabku kesal
“Kamu gimana aja juga tetep cantik kok” gombal Kevin untuk membujukku.
“Ih, apaan sih! Bentar ah, aku mandi dulu” jawabku singkat.
“Gak usah, yuk sekarang kamu ikut aku yah” jawab Kevin dan dengan cepat aku kabur ke kamar mandi, agar aku bisa mandi dulu.
Dua belas menit berlalu, aku mandi dengan berusaha sebersih mungkin. Aku yakin kakak pasti udah berangkat kerja duluan, dan Kevin pasti nungguinnya di ruang tunggu. Beruntung kamarku bersebelahan dengan kamar mandi yang sedang kugunakan ini. Dengan berbalut selembar handuk saja aku keluar kamar mandi dengan mengendap takut terlihat oleh Kevin. Saat aku buka pintu kamar mandiku, dan baru saja aku melangkah 3 langkah, langkahku terhenti karena Kevin ternyata sejak awal menunggu depan pintu kamar mandi dengan wajah kesalnya. Dan alhasil aku terkejut karna aku dalam keadaan tertutup oleh handuk saja, kupukul wajah Kevin asal agar dia menutup wajahnya, dan dengan cepat pula aku masuk ke dalam kamarku. Aku sangat malu. Ah sial!
“Kamu mau buat aku jantungan apa dengan setengah telanjang begitu?!” amarah Kevin yang jelas dia sedang kesal karna kupukul tadi wajah tampannya.
“Sorry, lagian kamu ngapain coba diem depan pintu kaya gitu?!” jawabku tak kalah kesal
“Ya kamu ngapain keluar cuma pake handuk kaya gitu? Mau bikin aku berbuat mesum di pagi hari gitu?” jawab Kevin menggodai aku membuatku semakin kesal.
“Suruh siapa mau bawa aku keluar tapi aku nya ga dibolehin mandi dulu!” jawabku kesal.
Setelah beberapa menit kugunakan untuk bersiap diri, aku sebenarnya tidak pernah seniat ini untuk berdandan. Biasanya aku hanya membiarkan rambut gelombangku tergerai dengan poniku dan kupadukan bibirku dengan lip tint. Tapi karna omongan wanita sialan itu, aku berusaha tampil semaksimal mungkin. Berharap Kevin membawaku ke tempat yang terlihat oleh wanita itu. Ku gunakan maskara agar bulu mataku terlihat tebal, ku oleskan taburan blush on ke arah pipi dan hidungku vertikal. Ku gunakan pula lip tint yang menurutku cocok dengan dress ku hari ini.
Aku mengenakan dress selutut dengan motif bunga matahari. Ku tata rambutku dengan sebuah jepitan rambut bunga matahari yang manis pada samping poniku. Dan aku menggunakan sepatu boot berwarna coklat, dan tidak lupa aku menggunakan tas selempang kecil merahku. Dan aku siap untuk keluar. Ku buka pintu kamarku, dan ku hampiri Kevin yang sedari tadi menunggu di ruang tamu.
“Vin, ayo” ajakku singkat. Tidak lupa kupasang senyum agar dia tidak kesal karna menungguku lama.
“Eh, iya.. ayo.. ternyata kamu bisa yah tampil manis gini” jawab Kevin.
“Baru tau kan, namanya juga Cinderella.. Cantiknya tertutupi hehe” jawabku asal.
“Yaudah, Cinderella.. sekarang kita berangkat oke?” ajak Kevin meledek.
“Sialan” jawabku kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEVIN is MINE
Teen Fiction"Mereka hanya ingin tahu, tanpa peduli", ucap Kevin padaku.