Seminggu berlalu. Meninggalkan peristiwa rumah Yixing jauh di belakang. Waktu berlalu cepat. Meninggalkan kejadian nyata hanya dengan sebuah memori. Hubungan Cilla dan Yixing bisa di bilang baik-baik saja. Hubungan yang sebatas perjanjian di dalam ruang kerja David terbukti cukup efektif menghindarkan Yixing dari horor-nya perjodohan. Perjanjian yang membawa keuntungan bagi Cilla, selaku anak kurang kasih sayang orang tua.
Minggu pagi yang cerah, membuat Cilla bersemangat memulai harinya. Tidak ada bunyi alarm yang mengagetkan seperti pagi kemarin. Tidak ada pula ketukan pintu beruntun dari Luhan yang sangat cukup membuat Cilla terlonjak kaget dari tempat tidur. Cukup sinar matahari yang menyelinap masuk melalui celah gorden sudah ampuh membuatnya membuka mata, menyambut pagi cerah di hari kemerdekaannya.
Pelan Cilla bangkit melawan gravitasi kasur yang jauh melebihi 9,807 m/s² gravitasi bumi. Dengan semangat 45 Cilla melompat-lompat di atas tempat tidur. Melepas stress seminggu terkurung bersama banyak buku. Tidur dikelilingi buku. Makan dengan tangan kiri yang memegang buku serta mata yang tidak terlepas memandangi huruf berukuran kecil dengan warna-warni stabilo yang memperindah. Untung saja Cilla masih sedikit waras untuk tidak membawa serta buku paketnya kedalam kamar mandi.
Niatnya hari ini adalah membersihkan kamar. Menata kembali meja belajar serta rak buku yang isinya sudah tumpah ruah memenuhi seisi kamar. Rasanya tidak ada lagi space di kamar Cilla yang tidak terisi buku.
Hal pertama yang Cilla lakukan setelah bangkit dari tempat tidur adalah membuka lebar tirai gorden kamar yang menutupi balkon. Dibukanya pintu balkon dan berdiri menatap lurus ke depan. Ke arah kamar dengan nuansa biru muda. Terlihat jelas di mata Cilla. Raina, Ibu dari anak laki-laki berumur tiga tahun bernama Raeza itu menyibak tirai gorden kamar anaknya. Seraya bersuara membangunkan Rey.
Begitu Rey terbangun, tempat pertama yang ia tuju adalah balkon. Dengan piama bermotif bintang kesayangannya Rey melambaikan tangan kearah Cilla seraya tersenyum menggemaskan. Cilla membalas lambaian Rey tidak kalah senang. Rey tidak lupa dengan kebiasaan mereka untuk saling melambaikan tangan di setiap Minggu pagi.
Tidak lama berselang, Rey berbalik ke arah kamarnya. Berlari kearah Raina, memaksa Raina menggendong anak semata wayangnya. Peristiwa itu jelas mengingatkan Cilla akan sosok perempuan yang di panggilnya Mama. Sosok yang telah tiada. Meninggalkan luka serta kerinduan yang amat sangat. Perempuan yang ia sayangi, yang telah lebih dulu di panggil sang pencipta. Tanpa sadar air mata Cilla menetes. Ia rindu Mama, Papa. Ia rindu orang tuanya. Rindu akan kehadiran mereka. Walau kadang orang yang di panggilnya Mama dan Papa tidak punya waktu luang untuk sekedar bermain bersamanya. Namun, mau di kata apa Cilla tetap merindukan keduanya.
"Ihh, apaan sih La? Kok jadi melow gini?" Cilla berusaha tegar menepis perasaannya sendiri. Segera Cilla menghapus jejak air matanya. Tidak ingin ada orang lain yang tau bahwa dirinya bisa se-melow ini di Minggu pagi yang cerah.
Cilla memutuskan pergi berendam 15 menit. Mengusir penat dan kesedihannya. Ia tidak ingin kembali depresi seperti hari kemarin. Cukup sudah.
Menenggelamkan diri sepenuhnya dalam air adalah hal terbaik yang bisa Cilla lakukan untuk menghilangkan segala stresnya. Tapi belum cukup satu menit ia kembali memunculkan wajahnya di atas air. Sebersit memori kembali mengusik Cilla.
"Gege, namanya siapa?" Cilla kecil bertanya penasaran. "Kenapa Lu Gege minta tolong ke Gege?" Cilla kecil mengayun-ayunkan tangannya yang tertaut dengan tangan lelaki sepantaran Luhan yang datang menjemputnya bermain di taman kompleks.
Cilla takut, tapi genggaman tangan itu membuatnya nyaman. "Aku ---, teman Luhan." Lelaki berwajah Asia di samping Cilla kecil tersenyum.
Memori itu tidak asing bagi Cilla. Hari itu mungkin sembilan tahun yang lalu. Saat Cilla kecil yang masih sibuk-sibuknya bermain di taman kompleks yang baru selesai di bangun. Yang mengherankan adalah Cilla tidak pernah merasa pernah mengalami itu. Anehnya lagi, Cilla tidak benar-benar ingat dengan siapa ia berinteraksi dan orang-orang di sekitarnya saat itu. Nama mereka pun Cilla tidak ingat. Menurut Cilla itu hanya mimpi yang bercampur dengan kenangan masa kecilnya. Ingatan-ingatan yang muncul setelah puncak depresi yang ia alami.

KAMU SEDANG MEMBACA
Excuse Me? || Zhang Yixing
Random"Sorry Om. Gak sengaja" Cilla nyengir meminta maaf pada Yixing si Om-om yang tidak sengaja ditabraknya. Dilihat dari penampilannya, setelan jas mahal, jam tangan mahal serta sepatu yang mengkilap diterpa sinar matahari siang, 'pasti holkay, lah ngap...