pt. 13

1.3K 130 3
                                    

Cilla duduk bersandar di kursi meja belajar dengan kaki terlipat bersila. Menatap lurus diary beserta kotak putih kecil yang saling susun di depannya. Meja belajar putih bersih itu seakan menyatu dengan kedua benda di atasnya.

Haruskah ia membukanya? Cilla penasaran dengan isinya. Namun rasanya salah untuk mengorek benda bersifat privasi seperti itu. Tapi bagaimana ia akan tau siapa pemiliknya jika tidak mengintip kedalam?

Cilla mengerahkan otaknya untuk berpikir. Bertanya pada Luhan juga rasanya percuma. Seperti orang bodoh yang bertanya arah pada orang buta, tentu saja itu usaha yang sia-sia.

Keputusan Cilla sudah bulat, untuk sementara ia tidak akan membaca diary putih itu sampai ia menemukan petunjuk dalam kotak kecil. Jika petunjuk itu tidak cukup mengarahkannya pada si pemilik, maka Cilla baru akan membacanya.

Drrrt

Getar handphone di sebelahnya menghentikan gerak Cilla membuka kotak. Terlihat Pop-up message dari nomor tidak dikenal.

081XXXXXXXX
Saya dalam perjalanan ke rumah kamu.

Pesan itu hanya di lihat sekilas oleh Cilla. Paling sms nyasar doang batinnya tidak ambil pusing dan kembali meneruskan membuka kotak.

Hal pertama yang keluar dari bibir Cilla ketika kotak itu terbuka adalah, "Oh, God!"

Tangan berjari lentik itu dengan lincah mengeluarkan semua isi kotak. Foto-foto yang di cetak polaroid berhamburan keluar. Terlihat kontras dengan putih warna meja. Terselip Infinity bracelet berwarna rose gold diantara banyak foto yang Cilla keluarkan.

Demi Tuhan, punya siapa ini? Cilla membatin gusar. Ia tidak yakin pernah memilikinya. Namun foto-foto ini seakan menjelaskan jika dirinyalah si pemilik kedua benda tersebut.

Untuk apa orang lain menyimpan fotonya? Bagian lain pikiran Cilla menyahut berusaha membuatnya yakin. Tiba-tiba kamar seakan berputar. Kepalanya pusing, seakan-akan jika ia tidak segera mencari tumpuan, kepalanya akan jatuh terguling. Cilla segera menjatuhkan kepalanya pada tumpukan lengan di atas meja. Mencegah agar dirinya tidak jatuh terguling ke lantai.

Dengan mata terpejam, Cilla coba menerka-nerka siapa sekiranya yang paling mungkin menjadi pemilik kedua benda berwarna putih itu. Yang salah satunya telah Cilla obrak abrik isinya. Disela-sela sakitnya sebersit memori kembali mengusik Cilla.

Saat itu bel rumah berbunyi. Pagi cerah dimana Cilla kecil berdiri menemani Luhan menyiram tanaman di halaman belakang rumah sambil bersenandung ceria. Mendengar bel berbunyi, Luhan sudah ingin meletakan selang air dan beranjak membuka pintu. Namun, Cilla kecil telah lebih dulu berlari ke depan membuka pintu.

Begitu pintu terbuka, dua orang yang telah dikenal baik Cilla kecil tersenyum menyambut. "Kee Ge!" Seru Cilla senang. Melompat ke pelukan laki-laki seumur Luhan dengan mata tajam serta tinggi seperti bule. Mungkin lebih tinggi dari Luhan. Teman Luhan yang lain hanya menatap Cilla sambil tersenyum.

Feeling Cilla mengatakan jika lelaki di samping orang yang telah ia panggil Gege adalah orang yang sama yang telah menjemputnya di sepenggal memori kemarin. Wajah blasteran orang yang ia peluk juga rasanya tidak asing. Walau samar, namun sepertinya Cilla kenal. Tapi siapa? Who's Kee Ge? Pikirannya kembali berteriak.

Memori yang baru bermunculan itu tidak membantu Cilla sama sekali. Malah menambah hal yang harus ia cari tahu.

Ketukan di pintu menarik kembali fokus Cilla. Dengan malas ia melangkahkan kaki melihat siapa gerangan di balik pintu kamar berwarna snow white. Jika Luhan yang datang, tidak mungkin ia mengetuk pintu seperti akan mendobraknya.

Excuse Me? || Zhang YixingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang