pt.8

2.6K 303 0
                                    

Cilla merenung dengan posisi badan telentang dalam kolam berisi penuh bola yang ada disudut kamarnya, layaknya anak kecil berumur lima tahun. Sebenarnya Cilla sudah bersiap-siap pergi mengarungi lautan mimpi dengan piama bergambar unicorn kesayangannya. Tetapi kolam bola masa kecilnya tetap lebih menarik perhatian daripada tempat tidurnya yang dipenuhi oleh banyak bantal dan boneka.

Ingatan Cilla kembali terputar pada peristiwa beberapa jam yang lalu. Saat tangan Luhan dengan ringannya melayangkan pukulan pada rahang Yixing. Menimbulkan bunyi mengerikan yang membuat Cilla bergidik ketakutan.

Satu pukulan tidak cukup, Luhan kembali menarik kerah kemeja Yixing dan terdengar lagi suara tulang yang saling membentur. Cilla takut bercampur panik melihat adegan demi adegan pukul memukul yang ada didepannya. Tidak tahan lagi Cilla berteriak.

"GEGE BERHENTI!" Nyaring teriakan Cilla terdengar menghentikan gerakan tinju Luhan di udara. Luhan maupun Yixing mengalihkan pandangan mereka pada Cilla yang sedang menutup telinganya frustasi.

Cilla tahu Luhan marah karena apa yang dilakukan Yixing pada Cilla. Entah darimana Luhan tahu, tapi tidak begini juga cara Luhan membalas Yixing.

Luhan melepas genggamannya pada kerah Yixing dengan sedikit mendorong dan segera menghampiri Cilla yang telah terduduk menangis dengan telinga yang ditutup rapat sekelebat memori kelam di rumah Bibi Ed berputar di kepala Cilla seolah Cilla-lah porosnya.

Luhan lupa perihal trauma yang dulu dialami oleh Cilla sewaktu masih dititipkan di rumah Bibi Ed. Cilla menyaksikan perdebatan yang selalu berujung pertengkaran serta kekerasan fisik selama hari-harinya di rumah Bibi Ed, yang menimbulkan trauma mendalam pada diri Cilla.

Karena orang tua yang sudah tiada, Luhan selalu menitipkan Cilla pada Bibi Ed saat Luhan pergi bekerja tanpa tahu bahwa Bibi Ed telah bertahun-tahun mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suaminya sendiri.

Cilla terus menangis dengan tangan menutupi telinga mencegah berbagai suara memasuki indera pendengarannya. Suara hanya akan memperburuk keadaannya. Memori saat Bibi Ed jatuh pingsan dengan darah yang mengucur dari kepala sedari tadi tanpa henti berputar menjadikan Cilla poros.

Luhan segera memeluk Cilla menenangkan, seraya menggumamkan kata maaf. Tidak lupa Luhan memindahkan Cilla ke sofa di sudut ruangan. Yixing mengekor dibelakang.

Setelah tangis Cilla mereda, Luhan berjalan mengambilkan air mineral untuk Cilla. Setelah meneguk airnya Cilla berkata, "Gege, beliin makan, Litha lapar." Secepat itu Cilla melupakan kejadian tadi.

Luhan menjawab dengan mengangguk, permintaan Cilla menerbitkan senyum di wajah Luhan, saat Cilla meminta makan itu artinya Cilla tidak sedang marah. Luhan mendekati meja kerjanya, berniat ingin menelepon sekretarisnya untuk membawakan makanan sebelum suara Cilla kembali menginterupsi, "Maunya Gege yang beliin."

Mau tidak mau Luhan yang harus membelikan Cilla makan siang. Tapi untuk meninggalkan Cilla sendiri dengan Yixing dalam satu ruangan Luhan masih ragu. Dengan berat hati sebelum pergi Luhan mencium pipi Cilla tidak lupa memberi tatapan peringatan pada Yixing yang duduk tepat didepan Cilla. Yixing balas mengangguk dengan wajah datar andalannya.

Tinggallah Cilla dan Yixing sepeninggalan Luhan. Suasana berubah hening. Cilla menatap Yixing lurus. Mengamati lebam dan luka di wajah Yixing akibat pukulan Luhan. Cilla merasa bersalah.

Cilla bangkit berdiri mendekati lemari pajangan yang tidak jauh dari sofa yang ia tempati sebelumnya. Mengambil kotak P3K yang selalu Luhan simpan di laci bagian paling bawah. Kemudian mengambil tempat duduk disebelah Yixing.

Yixing menatap Cilla heran. Cilla membuka kotak P3K mencari alkohol dan kapas untuk membersihkan luka Yixing, sementara Yixing hanya diam memandangi.

Cilla membasahi kapas dengan alkohol. Pelan Cilla mencondongkan tubuhnya mendekati Yixing dan mulai membersihkan luka serta lebam di wajah Yixing dengan telaten.

Sebagai akhir, tidak lupa Cilla mengoleskan salep pada memar di wajah Yixing. Cilla tidak sadar, ada hati yang berdenting membentuk harmoni sempurna yang manis di telinga.

Yixing lagi-lagi hanya mampu diam, menyadari petikan hati terakhirnya tertuju untuk Cilla. Sejak awal bertemu Cilla digerbang sekolah petikan hati itu telah dimulai tanpa Yixing sadari.

"Terima kasih." Sindir Cilla pada manusia batu didepannya yang sedari tadi tidak berhenti menatapnya. Sengaja Cilla menyuruh Luhan membeli makan hanya untuk mengobati luka Yixing, tapi orang yang diobati bahkan tidak mengucapkan terima kasih.

"Ah-ya, terima kasih." Yixing mengucapkan terima kasih dengan tulus, tidak lupa senyum yang jarang atau bahkan tidak pernah terlihat itu muncul. Yixing tahu Cilla sengaja menyindirnya.

"Terima kasih juga untuk yang 'tadi'." Sambung Yixing dengan memberi isyarat tanda kutip dengan jari telunjuk pada kata tadi.

"Tadi?" Cilla tidak mengerti.

"Iya,"

"Harusnya Om minta maaf sekali lagi, bukan terima kasih." Cilla menyadari kemana percakapan ini menuju. Memang sempat Yixing berbisik meminta maaf pada Cilla sebelum menciumnya. Untung saja bisikan sehalus kapas itu masih bisa Cilla dengar. Tapi bukan berarti permintaan maaf sekilas itu Cilla terima hanya karena ia mendengarnya. Cilla tidak menuntut permintaan maaf kembali dilayangkan padanya jika kosong tanpa ketulusan, Cilla hanya mau satu permintaan maaf tulus dari Yixing. Setidaknya itu bisa menghibur hati Cilla setelah kehilangan first kiss-nya.

"Terima kasih untuk ini," Yixing menunjuk lebam diwajahnya, "Dan Maaf untuk sebelumnya." Sambung Yixing menatap Cilla yang ada disampingnya tepat di mata.

Senyum Cilla perlahan terbit mendengar permintaan maaf yang serius dari Yixing. Masih dengan senyum semanis gula Cilla mengangkat tangannya, ditaruhnya di atas kepala Yixing. Pelan Cilla menepuk-nepuk kepala Yixing sembari berkata, "Anak baik."

Yixing tertawa pelan, baru kali ini ada yang mengatakan dirinya anak yang baik. Cilla tertegun sejenak, memperhatikan tawa Yixing yang baru pertama kali ia lihat. 'Daebak, Si Om-om gila mesum ternyata bisa ketawa juga.'

Selesai dengan tawanya, Yixing menyodorkan tangannya ke depan, "Kenalin saya Yixing, Zhang Yixing. Teman Gege kamu sedari kuliah."

Cilla langsung menyambut jabat tangan Yixing, "Lalitha Pricilla, panggil aja Cilla. Adik perempuan Gege satu-satunya."

Lama mata mereka bertemu, kemudian tawa geli itu meledak, "Ihh, apaan sih Om. Kok jadi aneh gini?" Disisa tawanya Cilla berbicara.

Yixing kembali menyambung tawanya yang terputus. Setelah tawa mereka berakhir, percakapan kecil mengisi keheningan ruangan diselingi tawa geli Yixing maupun Cilla. Bermacam topik mereka bicarakan, mulai dari kasus kematian Jonghyun Oppa yang menguras air mata Cilla sampai comeback terbaru Red Velvet. Anehnya Cilla merasa nyaman mengobrol dengan Yixing. Rasa nyaman yang menghinggapi Cilla sepertinya tidak asing. Cilla merasa Deja vu setiap berada didekat Yixing.

Cilla menyudahi kilas balik kejadian beberapa jam yang lalu. Mata Cilla sudah meminta untuk segera diistirahatkan. Cilla menuntun dirinya sendiri keluar dari kolam bola menuju tempat tidur empuknya. Begitu kepalanya menyentuh bantal, kesadaran perlahan pergi menjauh dari Cilla. Secepat itu Cilla melepaskan dunia dari benaknya.

-------
Mianhae 😂

Excuse Me? || Zhang YixingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang