Suara riuh pekikan penggemar mulai memenuhi hall, saat itu bahkan stage masih kosong dan para penggemar baru dipersilahkan memasuki hall untuk mengisi seat masing-masing. Teriakan demi teriakan yang menggema disana, bahkan terdengar hingga ke backstage.
Seorang pemuda bergigi kelinci duduk membatu, menetralkan debar jantungnya yang menggila. Disaat member lain berkeliaran dihadapannya, Jungkook justru tak dapat bernafas dengan baik. Bayang-bayang ibu sang kekasih yang melihatnya dari bangku penonton terus menghantuinya, membuat batin Jungkook semakin tertekan.
"Kook, are you okay?"
Hanya butuh satu pertanyaan dari Namjoon, untuk membuat Jungkook kembali menghela nafas panjang. Senyuman yang menghasilkan dimple manis itu terulas, saat dilihatnya ekspresi sang adik bungsu yang begitu keruh. Jungkook frustasi, ia menggeleng pelan.
"Bisa beritahu hyung, kenapa kau harus menjadi begitu tertekan saat ini?"
"Aku... takut melakukan kesalahan, aku takut tak dapat memenuhi harapan dan ekspektasi beliau. Pikiran-pikiran tentang bagaimana beliau akan menilaiku muncul seperti sebuah peluru yang melesat menembus kepalaku, bagaimana jika akhirnya.. beliau menganggap hubungan kami adlah sebuah kesalahan?"
Kali ini Namjoon turut menghela nafas. Berat. Jungkook memang masih kekanakan, ia sangat mengerti itu. Yang tak ia sangka, Jungkook justru memikirkan hal-hal yang cukup berat seperti itu. Tampaknya ia benar-benar mencintai Lisa, perasaannya pada gadis itu membuat Jungkook mulai memikirkan berbagai aspek secara matang.
Ia benar-benar yakin, jika Jungkook benar-benar serius untuk berkencan dengan Lisa. Meski awalnya ia mengira Jungkook melakukannya untuk bersenang-senang, semakin kesini Namjoon dapat melihat kesungguhan dalam diri sang maknae.
Jungkook mulai mempertimbangkan pemikiran orang-orang terdekat Lisa, memikirkan pandangan mereka terhadap dirinya maupun hubungan keduanya. Namjoon tak pernah menyangka, Jungkook akan sejauh ini bersama Lisa. Ia berubah menjadi semakin dewasa, dalam segi pemikiran, dan itu membuat Namjoon diam-diam merasa bangga.
"Bagaimana jika kau menunjukkan apa adanya dirimu?"
"Maksud hyung?"
"Jadilah seorang Jungkook BTS yang biasanya, yang selalu dapat menyihir para Army saat berada di atas stage. Yang bernyanyi sepenuh hati, menari dengan semangat, dan selalu berbicara dengan percaya diri seperti biasanya. Karena beliau sedang bertemu denganmu, yang seorang Jungkook BTS.
Biarkan mama Lisa melihat sisi dirimu yang seperti ini, yang bersinar bagaikan Bintang di atas panggung. Setelah itu, biarkan beliau menilai. Karena kau tak dapat melakukan apapun mengenai pemikiran orang lain terhadapmu, jikapun ada bagian dari dirimu yang tak beliau sukai, maka kau tak dapat melakukan apapun"
Tangan Namjoon meremat pundak Jungkook, menguatkan. Senyuman hangat bersahaja terulas, memberikan setitik harapan dalam keputusasaan sang maknae.
"Satu-satunya yang bisa kau lakukan adalah menunjukkan setiap sisi dari dirimu padanya, karena tak ada manusia yang sempurna dalam berbagai aspek. Jika, hanya jika. Ada bagian dari dirimu yang tak beliau sukai, maka biarkan beliau melihat sisi lain dari dirimu. Tunjukkan sisi yang lebih baik disana.
Dan saat nanti beliau bertemu denganmu saat di luar stage, dengan Jeon Jungkook yang seorang siswa SOPA. tunjukkan Jeon Jungkook yang biasanya, yang pemalu, yang rendah hati, yang terkadang membutuhkan orang lain sebagai sandarannya."
"Hyung..."
Jungkook terenyuh, mendapatkan perhatian yang luarbiasa dari hyung kebanggaannya. Namjoon selalu dapat mengerti dirinya, pria itu selalu dapat memberikan masukan yang sangat dibutuhkan olehnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/142287441-288-k386314.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FEAR 2017 ㅡSeason II [END]
FanficTakut? Mungkin iya. Tapi apapun itu, baik Lisa maupun Jungkook. Keduanya hanya ingin mengingat masa-masa ini, menikmati setiap detik yang keduanya habiskan bersama. Karena semua tau, hati mereka yang saling terkoneksi selalu ada untuk satu sama lain...