Brakk
Jennie membanting pintu kamarnya, namun baru sekejap tertutup pintu bercat cokelat itu kembali terbuka perlahan dan ditutup dengan begitu pelan oleh gadis yang menyusul masuk.
Jisoo berdiri disana, hanya menatap punggung Jennie yang bergetar.
Frustasi, sudah jelas. Ada begitu banyak perasaan yang dipendam Jennie, ini bukan semata-mata tentang dirinya. Ia bukan seseorang yang seperti itu, Jennie sangat perduli pada orang lain, teman-temannya, lebih dari yang orang luar pikirkan dan nilai hanya dari imagenya.
"Sudah?"
Suara Jisoo mengalun santai, Jennie berbalik kemudian hanya untuk mendapati member tertua itu tengah berdiri sembari melipat tangan ㅡmenatap datar Kearahnya.
"Unnie..."
"Kenapa, karena Lisa pacaran sama si kelinci Bangtan itu?"
"Unnie.. Bagaimana..?"
Tentu saja Jennie terkesiap di tempatnya, bagimana Jisoo bisa tahu. Tidak, lebih tepatnya sejak kapan ia tahu? Bagaimana ia bisa tampak begitu santai? Disaat dirinya masih terdiam disana, Jisoo mengambil langkah pelan mendudukkan diri di atas kasur Jennie.
"Mudah saja, jika kau terbiasa mengamati manusia ada makna yang berbeda dari setiap tatapannya. Jika kau dapat memahami perbedaan itu, melihat perasaan manusia hanya akan seperti membaca sebuah buku yang terbuka"
Kini Jennie jadi gagal paham. Ia segera mengambil tempat dihadapan Jisoo, ikut mendudukkan diri di atas bedcover berwarna hitam. Saat itu Jisoo menjentikkan jarinya didepan wajah Jennie, gadis itu mengernyit saat Jisoo tersenyum.
"Dari waktu ke waktu, makna dalam tatapan Lisa terhadap Jeon itu telah bergeser. Dari pertemuan pertama saat tatapannya masihlah pure kekaguman, berubah seiring berjalannya waktu menjadi ketertarikan terhadap lawan jenis.
Hingga panggung Gayo Daejun terlewati, makna tatapannya saat sosok Jeon berada dalam jarak pandangnya berubah. Menjadi perasaan menggebu-gebu, penuh gairah, penuh rasa yang tertahankan, seolah mereka saling mengirimkan sejuta hati lewat tatapannya"
Senyum cantik Jisoo terulas lagi saat dilihatnya Jennie begitu serius menatapnya.
"Kau akan tahu jika melihat Lisa ataupun bocah Jeon itu saat berada dalam satu teritori yang sama. Ketika salah satu sedang tampil atau menjadi sorotan, maka yang lainnya akan menatap penuh rasa. Menggemaskan"
Jennie benar-benar tak habis pikir. Wajahnya ngeblank, sementara Jisoo tampak begitu tenang.
"Bagaimana mungkin... Bagaimana unnie bisa mengetahui segalanya hanya dengan mengamati Lisa, mengamati perilakunya. Dan bagaimana unnie bisa begitu tenang sementara unnie mengetahui segalanya?!"
Sungguh, ia benar-benar tak habis pikir dengan Jisoo. Jennie tahu gadis itu terkenal dengan kepribadian 4D nya, namun ia tak pernah menduga jika sang unnie se-unpredictable ini. Bagaimana mungkin Jisoo bisa tetap berdiam diri, menyimpan segalanya seolah tak terjadi apapun.
"Listen, Jen. Aku melakukannya karena aku harus, aku adalah yang tertua di antara kita. Blackpink tak memiliki leader, jadi jika bukan aku maka siapa lagi yang akan memperhatikan kalian? Aku tahu Lisa berkencan, ya, lalu kenapa? Kau marah karena teringat Jinnie dan Hannah bukan?"
Awalnya Jennie hendak menyangkal, namun pada akhirnya gadis yang pernah menuntut ilmu di New Zealand itu menghela nafas.
"Aku kesal. Padahal bukan hanya dia, tidak, maksudku kita semua berjuang bersama. Kita, Jinnie, Hannah, mereka yang berakhir gagal. Kita tak mengikuti ajang survival, tapi bahkan bagi kita semua yang berada di bawah YG Entertainment, setiap hari merupakan sebuah survival, menanti hari dimana kita berhasil survive dari ruang latihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEAR 2017 ㅡSeason II [END]
FanfictionTakut? Mungkin iya. Tapi apapun itu, baik Lisa maupun Jungkook. Keduanya hanya ingin mengingat masa-masa ini, menikmati setiap detik yang keduanya habiskan bersama. Karena semua tau, hati mereka yang saling terkoneksi selalu ada untuk satu sama lain...