Waktu sudah menunjukkan pukul 16:05 yang artinya bel pulang sudah berbunyi sejak dua jam yang lalu. Selama dua jam pula Nadine duduk termenung sambil menggunakan earphone ditelinganya. Tak terasa air matanya sudah mengalir deras sejak tadi bahkan sudah mengering dengan sendirinya. Nth apa yang membuatnya menangis sendiri dipinggir lapangan basket. Bahkan ia juga tidak sadar ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan gerak-geriknya.
Ketika ia sadar dari dunia khayalannya gadis es tersebut langsung melepaskan earphone yang sedari tadi terpasang ditelinganya. Ia juga baru menyadari ternyata ponselnya sudah kehabisan batrai sejak tadi.
Langkah lesu gadis tersebut tiba-tiba saja terhenti ketika ia melihat satu motor terparkir rapi tanpa ada sang pemiliknya.
"Motor siapa" tanyanya dalam hati ketika ia melihat motor ninja tersebut sedang terpakir diarea sekolahnya saat ini. Jam sudah menunjukkan pukul 16:15. Tanpa berpikir panjang tentang siapa pemilik motor tersebut gadis itu segera berjalan dengan langkah yang sedikit berlari meninggalkan area sekolahnya. Tampaknya cuaca sore ini kurang mendukung.
Setelah jauh dari area sekolah gadis itu sama sekali tidak mendapat angkutan umum. Dan dengan terpaksa ia harus berjalan lebih jauh lagi atau ia harus berjalan kaki untuk sampai kerumahnya tanpa menaiki angkutan umum.
Baru beberapa langkah ia berjalan tiba-tiba langkahya terhenti. Pasalnya ia melihat dua laki-laki berpenampilan layaknya preman tengah berdiri sambil menyender dibawah pohon. Awalnya ia ragu untuk berjalan melewati dua preman itu, tapi ini satu-satunya jalan yang lumayan cepat untuk sampai kerumahnya. Tak ada pilihan lain ia harus berjalan melewati dua preman itu lagipula sebentar lagi hujan akan turun.
"Sendirian aja neng"ucap salah satu preman tersebut.
"Abang temenin ya neng bahaya kalo jalan sendirian"sahut preman satu lagi.
Tak ada sahutan dari gadis es itu. Ia hanya fokus berjalan menatap lurus kedepan tanpa memperdulikan dua preman tersebut yang sudah berjalan mengiringi langkahnya.
"Sombong amat neng" ucap preman tersebut sambil menyentuh tangan Nadine.
"Don't touch me!"
"Anjir pake bahasa english bro"sahut preman satu lagi sambil menggerak-gerakkan kedua matanya sebagai kode kepada preman satunya lagi. Nth apa maksud kode tersebut hanya mereka berdua yang tau.
"Lepasin tangan gue!" ucap gadis itu dengan nada tingginya.
Dengan keadaan panik begini gadis itu tak bisa berpikir sama sekali bagaimana caranya agar terlepas dari manusia jahanam ini. Tak ada cara lain selain menginjak kedua kaki preman itu tanpa ampun dan segera berlari dari hadapan manusia jahanam itu.
Namun sayang langkahnya terlalu lamban untuk berlari.
"Gak bisa lari lo sekarang"
"udah bos bawa aja"
"LEPASIN GUE!"ucap gadis itu dengan nada meninggi.
Tak berapa lama terdengar suara motor berhenti tepat dihadapan mereka bertiga.
"Woi cupu lepasin tuh cewek"ucap laki-laki yang baru saja turun dari motor ninjanya.
"Mau jadi pahlawan kesiangan lo"
Tanpa aba-aba laki-laki itu langsung memukul dua preman tersebut tanpa ampun. Sementara Nadine si gadis es tersebut hanya bisa terduduk lemah sambil meringkuk memeluk kedua kaki nya. Kini ia menangis ketakutan dengan kepala yang sengaja ia tundukkan. Pasalnya ia paling benci sekaligus takut melihat perkelahian apalagi perkelahian ini ada didepan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadine
Teen FictionApa jadinya ketika cowok baik-baik bersahabat dengan cowok berandalan. Gadis dingin dan dua cowok yang menyimpan banyak luka. Namun mereka punya cara tersendiri untuk menyimpan lukanya rapat-rapat. Cerita ini mengisahkan tentang persahabatan anak...